Kamis, 25 Oktober 2018

Yohanes 12 : 1 - 8

Yohanes 12:1-8
Pembacaan Alkitab:
1 Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. 2 Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. 3 Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. 4 Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: 5 Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin? 6 Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. 7 Maka kata Yesus: “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. 8 Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.”

TEMA
SEMUANYA UNTUK TUHAN

Injil ini ditulis oleh Rasul Yohanes anak dari Zebedeus dan saudara dari Yakobus (Mat.4:21). Dia adalah salah satu murid Yesus yang pertama. Yohanes sendiri tidak menyebut dirinya di dalam Injilnya dengan nama Yohanes melainkan dengan sebutan “murid yang dikasihi Yesus” (Yoh.13:23; 19:26; 20:2; 21:7,20). Narasi Yohanes 12:1-8 paralel dengan Matius 26:6-13, Markus 14:3-9; Lukas 7:36-40. Kesamaan kisah dari keempat Injil adalah Yesus diurapi oleh seorang wanita dan menjelang peristiwa penderitaan serta kematian Yesus. Perbedaannya adalah pemilik rumah di Betania. Injil Yohanes 12:1 menyebut tempat tinggal Lazarus, Injil Matius 26:6 dan Markus 14:3 menyebut tempat tinggal Simon si kusta, dan Injil Lukas 7:36 terjadi di rumah seorang Farisi.
Apabila kita memerhatikan konteks narasi Yohanes 12:1-8 dalam struktur Injil Yohanes, maka kita dapat melihat bahwa narasi tersebut ditempatkan di antara dua kisah, yaitu kisah Lazarus dibangkitkan dan peristiwa kematian Yesus. Peristiwa dalam cerita ini adalah peristiwa dimana Yesus mengawali perjalanan terakhirnya menuju Yerusalem sebelum ditangkap dan disalibkan. Menurut Yohanes, sejak peristiwa pembangkitan Lazarus oleh Yesus, IA semakin menjadi pusat perhatian, banyak orang mulai melihat kemuliaan di diri Yesus dengan mujizatNYA yang luar biasa, sehingga hal itu menimbulkan rencana jahat dari Imam Besar dan para pemuka agama Yahudi untuk melenyapkan Yesus. Karena itu Yesus menyingkir ke kota Efraim bersama murid-muridNYA (Yoh.11:54). Dari sanalah IA datang ke Yerusalem untuk penggenapan pekerjaan BAPANYA.

Pertama: Belajarlah untuk melayani Tuhan (ay. 1-2). Hal bersekutu merupakan sesuatu yang tidak pernah diabaikan Tuhan Yesus dalam kehidupan yang dijalaninya di dunia ini. Ia seringkali datang dan bersekutu dengan beberapa orang, dan hal itu juga terlihat dalam pembacaan Alkitab berikut ini, yaitu: Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. (Yohanes 12:1-2). Perhatikanlah kalimat: “Disitu diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, …” (ay. 2), yang dalam terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia Sehari hari (BIS), dikatakan bahwa:”Di sana Yesus dijamu oleh mereka,… “(Yohanes 12:2 BIS). Kedatangan Tuhan Yesus dalam rumah tangga Lazarus, disambut dengan jamuan; dan ini merupakan bentuk penerimaan Lazarus dan saudara-saudaranya terhadap kedatangan Kristus di rumah mereka.  Ada kerinduan untuk kehadiran Tuhan dalam rumah tangga mereka, dan kehadiran Tuhan itu ditanggapi dengan suka cita melalui jamuan khusus untukNya. Kehadiran Tuhan Yesus dalam rumah tangga Lazarus disambut dengan tangan terbuka, dan hal ini merupakan sebuah pembelajaran bagi setiap orang percaya.  Dari sini kita dapat belajar untuk melayani Tuhan. 
Kedua:Belajarlah untuk memberikan yang terbaik kepada Tuhan (ay. 3-5). Tuhan kita berhak menerima yang terbaik dari umatNya, dan hal itu harus kita berikan. Seringkali kita hanya mau memberikan hal terbaik untuk diri kita, untuk keluarga kita, atau untuk orang yang kita kasihi; namun untuk Tuhan, kita seringkali melakukan hal sebaliknya. Yohanes mencatat hal pemberian yang luar biasa baiknya, yaitu sebagai berikut:  Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. Minyak narwastu atau  dalam bahasa Ibrani disebut  “Nerd”,  dalam bahasa Yunani disebut “Nardos”, merupakan salah satu rempah yang cukup berharga didalam Alkitab. Tanaman ini tumbuh di daerah India dan juga ditemukan di pegunungan Himalaya. Pohonnya kecil dengan banyak bagian runcing bergerombol pada batang dekat akarnya. Tanaman ini mengeluarkan bunga-bunga berwarna merah muda. Dari batang dan akarnya inilah diperoleh minyak yang sangat berharga dan menjadi bahan penting dalam pembuatan minyak wangi. Narwastu sejak zaman dulu sering dipakai oleh raja-raja, para imam dan petinggi lainnya dalam masyarakat Mesir, Ibrani dan Hindu.  Balsem wangi yang terbuat dari batang dan akar narwastu yang sudah dikeringkan menjadi wewangian yang sangat disukai. Selain sebagai minyak wangi, minyak ini mempunyai khasiat tinggi sebagai penenang. Minyak narwastu juga dipakai untuk menyembuhkan berbagai alergi pada kulit, serta meremajakan kulit pada sebagian orang. Minyak narwastu murni ditaksir bernilai tiga ratus dinar (lih. Ayat 5). Matius 20:2 memberi informasi yaitu upah satu hari adalah satu dinar, sehingga harga minyak narwastu tersebut adalah upah yang ditabung Maria dari Betania selama satu tahun lamanya. Pada saat itu, upah seorang buruh bekerja satu tahun dibayar dengan 300 dinar, jadi kalau di rupiahkan dulu sekitar 25 s/d 30 juta rupiah.  Maria dari Betania memberikan seluruh tabungannya dalam bentuk minyak narwastu untuk mengurapi kaki Yesus. Yudas mulai mempertanyakan hal itu sebagai pemborosan belaka. “Untuk apa pemborosan minyak narwastu ini?”namun apa yang dilakukan Maria merupakan suatu bentuk dari pengabdiannya kepada Tuhan Yesus. Ia layak menerima hal yang terbaik dari umatNya.  Maria melakukannya bukan untuk mencari pujian, melainkan bentuk pengabdian sebagai orang yang percaya, dan lebih dari itu, ia menggunakan rambutnya untuk menyeka kaki Yesus.  Sedemikian ia merendahkan diri dihadapan Tuhan. Makna tindakan Maria dari Betania merupakan ucapan syukurnya yang begitu dalam karena Yesus telah membangkitkan Lazarus saudaranya dari kematian. Adakah orang Kristen melakukan hal yang sedemikian patut untuk diteladani ini? Belajarlah untuk memberikan yang terbaik kepada Tuhan kita!
Ketiga: Belajarlah untuk hidup benar dihadapan Tuhan (ay. 6-8). Menjadi seorang Kristen, apalagi sebagai hamba Tuhan membutuhkan suatu pola hidup yang bertanggung jawab. Hidup dengan benar akan memberikan kesaksian yang baik. Sayangnya tidaklah demikian untuk beberapa orang. Mereka telah menjadi seorang Kristen yang tidak memberikan kesaksian yang benar.  Yohanes memberikan gambaran orang yang hidupnya tidak benar itu sebagai berikut: Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata:  Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin? Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Maka kata Yesus: “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.” (Yohanes 12:4-8).  Terlihat jujur, terlihat peduli, terlihat baik; namun sesungguhnya “… ia adalah seorang pencuri; … sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.” (ay. 6).  Yudas Iskarioth terlihat begitu baik, dengan jabatannya sebagai murid Yesus, namun pola hidup yang sesungguhnya tidaklah demikian. Sikap Yudas Iskariot yang cinta uang terlihat dari tindakannya yang kelak menjual Yesus dengan harga 30 keping perak (Mat. 26:15). Yudas Iskariot mengutamakan nilai uang sedemikian rupa sehingga ia tidak peduli dengan keselamatan Yesus dan ketulusan Maria dari Betania. Perbuatan Yudas Iskariot tersebut merupakan cermin karakter dan jati-diri yang sesungguhnya, yaitu seorang pencuri uang sehingga ia menghalalkan apapun demi mencapai tujuannya yang duniawi. Bahkan kalimat yang diucapkan Tuhan Yesus, bahwa: “… orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu,” (ay. 8), yang dalam terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia Sehari hari (BIS), menyatakan: “Orang miskin selalu ada di antara kalian, tetapi Aku tidak.” (Yohanes 12:8 BIS).  Makna teguran Yesus mengandung dua hal yaitu: Pertama, Maria dari Betania memperlakukan Yesus dengan penuh kasih dan mengabaikan pandangan orang banyak terhadap harga dirinya sebagai wanita yang mau menyeka kaki Yesus dengan rambutnya, namun Yudas Iskariot tega menjual Dia sehingga disalibkan. Kedua, keberadaan orang miskin bersifat tetap sehingga umat percaya senantiasa memiliki kesempatan yang luas dibandingkan dengan keberadaan Yesus yang saat itu sudah dekat dengan kematian. Dari kedua teguran Yesus tersebut, Yesus mengingatkan kepada Yudas Iskariot dan umat percaya untuk mengutamakan prioritas, yaitu kasih kepada diri-Nya.

Melalui narasi tentang kedua tokoh di Yohanes 12:1-8 yaitu Maria dari Betania dan Yudas Iskariot, setiap umat diajak untuk merenungkan jati-dirinya. Apakah kita telah menjadi sosok Maria dari Betania yang mengasihi Yesus dengan segenap hati sehingga bersedia mempersembahkan yang paling berharga dan tidak mempedulikan penilaian dan hormat dari manusia asalkan kita mengutamakan Yesus, ataukah kita bersikap seperti Yudas Iskariot? Kedua tokoh ini menjadi cermin bagi spiritualitas yang hendak kita kembangkan pada Minggu Prapaskah, yaitu apakah kita mempermuliakan Kristus dengan spiritualitas Maria dari Betania yang mengasihi Yesus dengan cara yang begitu menyentuh, ataukah kita menjual dan memperlakukan Kristus dengan cara yang licik dan jahat dengan polesan kata-kata yang saleh atau rohani. Bukankah dalam kehidupan sehari-hari kita lebih cenderung bersikap seperti Yudas Iskariot? Kita sering berkata-kata dengan penuh kesalehan dan berpihak kepada orang-orang yang menderita, namun sesungguhnya kita sedang mencari keuntungan bagi di sendiri. Kita sering menggunakan ungkapan, misalnya kepentingan jemaat, kepentingan gereja, dan kepentingan orang-orang miskin. Namun kita memanipulasinya untuk kepentingan diri dan ambisi kita. Sikap kita tidak lurus di hadapan Allah dan sesama. Pembelajaran penting yang disampaikan Tuhan kepada setiap orang percaya adalah tiga hal, yaitu:  Pertama: Belajarlah untuk melayani Tuhan, Kedua: Belajarlah untuk memberikan yang terbaik kepada Tuhan, dan  Ketiga: Belajarlah untuk hidup jujur dan motivasi benar dihadapan Tuhan. Dalam mengikut Tuhan apakah sudah kita memberikan yg terbaik dalam kehidupan kita, jika sudah apakah dalam memberikan yg terbaik itu kita juga di sertai dengan motivasi yg benar. Amin. 

Tidak ada komentar:

Mazmur 84 : 1 - 7

Mazmur 84 : 1 - 7 84:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur bani Korah.  84-2 Betapa disenangi tempat kediaman-Mu ,  ya ...