Rabu, 31 Oktober 2018

Filipi 2: 1 - 11

SOLIDARITAS KEPADA SESAMA
Nas ini mengajar kita tentang persekutuan (parsaoran) orang Kristen. Paulus menghimbau agar persekutuan orang Kristen, orang-orang percaya benar-benar menjadi persekutuan yang BERSATU (MARHASADAON), seperti disebut dalam ayat 2 b sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan!Berbicara tentang kesatuan memang sedikit susah-susah mudah? Kenapa? Di satu pihak, kesatuan dan persatuan adalah kebutuhan dasar manusia. Karena itulah kita mau berumahtangga, ada punguan marga, parsahutaon, dll. Tetapi di pihak lain, sepanjang sejarah kita melihat, manusia cenderung berpisah atau bermusuhan. Hampir tidak ada waktu di mana dunia bebas dari perang, diskriminasi, disintegrasi, dan perceraian.
Itulah ajakan Paulus kepada jemaat di Filipi. Di samping mengucap terimakasih atas sumbangan jemaat Filipi yang diterimanya, Paulus juga menyerukan agar jemaat Filipi senantiasa bersukacita dalam segala keadaan. Dan dalam nats ini terutama, Paulus menyerukan agar mereka membangun persekutuan di dalam kesehatian. Karena ketika itu jemaat Filipi sedang diancam bahaya perpecahan, karena di sana mulai tumbuh semangat partai atau kelompok. Paulus dengan tegas menyerukan: Sempurnakanlah sukacitaku dengan ini, hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan! Itu berarti sukacita yang sempurna, bila bagi kita ada persekutuan yang bersehati. Tetapi sebaliknya, bila ada pertikaian, perpecahan atau permusuhan, itu akan mendatangkan kesedihan, kemurungan, mengendorkan semangat, dan merugikan kita.
Untuk menggambarkan indahnya persekutuan dan cara membangun persekutuan tsb Yesus dan Paulus menggunakan gambaran/illustrasi yang indah. Kita baca di 1 Korintus 12. Kesatuan dan persatuan orang Kristen itu digambarkan seperti kesatuan TUBUH. Orang Kristen dikatakan adalah TUBUH KRISTUS, sehingga kesatuan orang percaya adalah kesatuan sebagai tubuh Kristus. Apa artinya?
Pertama, itu menunjukkan bahwa kesatuan orang percaya bukanlah terutama kesatuan organisatoris, melainkan kesatuan visi dan misi. Bukan kesatuan dalam organisasi atau rapat-rapat tetapi terutama kesatuan hati.
Kedua, gambaran sebagai tubuh itu menunjukkan betapa indahnya perbedaan. Semua organ tubuh berbeda satu sama lain, ada kepala, perut, tangan, kaki, mata, dlll, yang saling berbeda tetapi tetap satu sebagai tubuh. Keindahan perbedaan tsb sudah Tuhan tunjukkan mulai dari penciptaan. Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan berbeda dan unik. Namun, pada setiap hari penciptaan tsb, Tuhan berkata: Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik. Ada 7 (tujuh) kali perkataan tsb kita jumpai dalam Kejadian pasal 1. Itu menunjukkan betapa indahnya perbedaan, karena perbedaan adalah kehendak Tuhan. Karena itu, jangan pernah berkecil hati bila saudara berbeda dengan orang lain. Justru bila manusia sama dan sebangun, itu yang membuat kita susah, bukan? Saya tidak bisa bayangkan, betapa membosankannya hidup ini bila semua kita sama dan sebangun. Malah kita akan bingung sendiri; karena membedakan dua orang yang kembar saja sudah susah.
Ketiga, karena itulah, kita diajak agar jangan menggunakan perbedaan tsb untuk memisahkan kita dari orang lain. Justru, sama seperti organ tubuh yang saling berbeda, perbedaan tersebut memaksa kita untuk saling melengkapi, saling membutuhkan, saling bergantung, dapat saling memberi dan saling menerima. Mahluk sosial tidak menjadi sempurna tanpa orang lain. Mari kita melihat jari tangan kita. Masing-masing tangan ada lima jari. Tetapi kelimanya berbeda. Tetapi tahukah saudara, bahwa perbedaan kelima jari itulah yang membuat kita bisa memegang pensil, mengambil makanan dan melakukan pekerjaan kita. Bila semua jari tsb sama dan sebangun, apa yang bisa kita lakukan? Di dalam perbedaan itulah kita bisa saling menolong karena setiap orang unik dan punya kelebihan serta kekurangan.
Keempat. Gambaran sebagai Tubuh Kristus juga berarti bahwa walaupun kita berbeda, tetapi derajat kita sama, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Karena hal inilah maka kita gigih memperjuangkan kesetaraan gender, kesamaan hak laki-laki dan perempuan. Kita sama dalam derajat tetapi berbeda di fungsi.
Apa sajakah yang dapat merusak persekutuan kita? Dengan demikian kita tahu menghindarinya. Mari kita simak di ayat 3 4.
Yang pertama, adalah kesombongan, menganggap diri lebih tinggi, lebih hebat dari orang lain. Kedua, adalah sikap egois, memperhatikan kepentingan diri sendiri, tidak memperhatikan kepentingan, hak, dan perasaan orang lain.
Sekarang, apakah yang harus kita lakukan untuk memperkuat kesatuan dan persatuan persekutuan kita? Paulus mengajar kita di ayat di 5 11. Yaitu dengan meneladani KERENDAHAN HATI YESUS KRISTUS. Walaupun Yesus mempunyai “hak(priviledge) sebagai anak Allah, yang setara dengan Allah, namun justeru Dia mau merendahkan diri, menjadi manusia sama seperti kita, menerima hinaan dan siksaan hingga mati di kayu salib. Kerendahan hati, seperti yang Paulus terangkan di ayat 3b, adalah: menganggap yang lain lebih utama dari diri kita sendiri. Dan Firman Tuhan sangat banyak mengajak orang percaya agar senantiasa bersikap rendah hati (bukan rendah diri), karena orang rendah hati adalah sahabat Tuhan, sedangkan orang yang tinggi hati adalah musuh Tuhan (baca Ef. 4: 2; 1 Pet 5:5; Yak 4:6). Dan, sikap rendah hati inilah perekat persekutuan. Malah ada seorang pengkotbah berkata., bahwa sikap rendah hati itu bagaikan oli (minyak pelumas), yang melumaskan gesekan-gesekan pergaulan. Besi-besi mesin terus bergesekan untuk menggerakkan mobil, tetapi tidak saling menyakiti. Mengapa? Karena ada minyak pelumas atau oli. Demikian terjadi bila semua anggota persekutuan bersikap rendah hati. Walaupun terus menerus ada gesekankarena interaksi, namun tidak akan pernah saling menyakiti.
Pertanyaan berikut, adalah: Bagaimanakah agar dalam diri kita tumbuh sikap rendah hati? Yaitu dengan mengakui segala kelemahan-kelemahan kita dan bersikap sabar (memaklumi) kelemahan-kelemahan orang lain. Rendah hati, bukanlah rendah diri. Sikap rendah hati sangat sedikit memikirkan dirinya, tetapi lebih banyak memberi perhatian untuk melayani orang lain. Buktinya: Mengapa air laut lebih banyak dari air sungai? Jawabnya, pasti, karena laut mau lebih rendah dari sungai. Itulah yang dicontohkan Tuhan kepada Yesus Kristus. Ketika Yesus mau merendahkan diri, justru disitulah Tuhan meninggikan Dia: dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah, Bapa! (ay. 10-11). Karena itu saudaraku, agar kesatuan dan persekutuan kita semakin kuat, mari, teladanilah kerendahan hati Yesus, yang tidak mementingkan diri sendiri tetapi mementingkan kepentingan orang lain. Amin.

Tidak ada komentar:

Mazmur 84 : 1 - 7

Mazmur 84 : 1 - 7 84:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur bani Korah.  84-2 Betapa disenangi tempat kediaman-Mu ,  ya ...