Senin, 07 November 2011

Jamita Partumpolan

Rut 1 : 16 – 17
Jemaat yang dikasihi Tuhan !


Ada pepatah Batak mengatakan : ‘Togu Urat ni Bulu, Toguan Urat ni Padang, Togu nidok ni Uhum, Toguan nidok ni Padan”, artinya Sekuat-kuatnya ikatan hukum, lebih kuat ikatan Janji. Bagi Orang Batak Janji adalah komitment yang harus diijalankan bahkan sampai generasi ke generasi berikutnya. Janji itu disebut PADAN. Ada Janji ( padan ) di antara marga-marga Batak, sebagai contoh : padan antara marga Nainggolan dan Siregar, padan marga Sitompul dan marga Tampubolon, padan marga Sihotang dan marga Lumbangaol, dst. Janji (padan) tersebut tidak tertulis namun sangat kuat dan teguh diyakini serta dipedomani. Tidak boleh ada melawan atau melanggar, sebab dikuatirkan pasti menimbulkan efek kurang sedap. Di kekristenan juga “Janji atau Komitmen” sangatlah penting. Janji dengan sesame manusia terlebih janji kepada Tuhan.

Demikian juga dalam gereja HKBP, proses pemberkatan pernikahan selalu diawali dengan Acara “Ikat Janji ” atau “mar-PADAN di jolo ni Debata” yang biasanya dilakukan 2 minggu sebelum acara pemberkatan nikah. Mengikat janji inilah disebut dengan Martumpol. Dalam kegiatan martumpol dilibatkan sejumlah pihak keluarga berdasarkan Dalihan Na Tolu, yakni dari pihak PARANAK dan PARBORU. Patumpolon merupakan pengikatan janji iman antara kedua mempelai, dan kedua pihak dari Paranak dan Parboru, dengan didampingi oleh para pelayan sebagai janji.

Jemaat yang dikasihi Tuhan !
Ada begitu banyak tokoh di dalam alkitab yang melakukan ikatan perjanjian yakni : antara Adam dan Tuhan, Abraham dan Tuhan, Ishak dan Yakub dan juga di dalam khotbah kita hari ini antara Ruth dan Naomi. Kita bisa melihat disana, setiap yang taat melaksanakan perjanjian maka mereka akan hidup berbahagai tetapi yang melanggar perjanjian seperti Adam kepada Tuhan, dia akhirnya mengalami kesusahan.
Salah satu contoh adalah Rut, wanita Moab menantu Naomi. Belum lama menikmati kebahagiaan dalam berumah tangga, bencana terjadi. Keadaan menjadi berubah seketika: suami Naomi meninggal, demikian juga kedua anak laki-lakinya. Jadi, Rut tidak hanya kehilangan mertua laki-laki, tapi juga suami. Ditambah lagi bencana kelaparan sedang melanda seluruh negeri. Di tengah situasi yang sangat sulit ini Naomi meminta Rut untuk pergi meninggalkan dia, namun Rut berkata, "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya Tuhan menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!" (Rut 1:16-17).
Rut mengambil keputusan yang tidak mudah dilakukan, bahkan ia berjanji apa pun yang terjadi tidak akan meninggalkan Naomi, mertuanya, dan akan setia hingga maut memisahkan! Luar biasa! Tidak semua orang bisa setia di tengah kesulitan dan penderitaan. Ketika keadaan berubah menjadi sesuatu yang tidak bisa diharapkan lagi, dapatkah kita tetap setia seperti Rut ini? Rut tidak hanya setia, ia juga seorang yang taat. Ini bisa dilihat dari pernyataannya, "Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan." (Rut 3:5). Ketaatan Rut ini bukan karena terpaksa, tapi ia lakukan dengan sepenuh hati.

Kesetiaan dan ketaatan Rut tidak sia-sia, Tuhan memperhatikannya. Dia selalu memberikan upah kepada setiap orang yang berlaku setia dan taat. Dengan caraNya yang ajaib Tuhan memberkati Rut. Ayat nas menyatakan akhirnya Rut diperistri oleh Boas (seorang kaya raya) dan mereka dianugerahi seorang anak laki-laki yang diberi nama Obed; dan Obed ini adalah kakek dari raja Daud.

Jemaat yang dikasihi Tuhan !
Apa yang dilakukan Ruth terhadap mertuanya Naomi, bahkan juga untuk Tuhan; dimana kita tahu dia dulunya adalah Sipelebegu (yang tidak percaya kepada Tuhan) dan akhirnya mengikuti Allahnya Naomi akhirnya berbuah yang Manis. Dari sejarah Alkitab kita tahu, Allah menempatkan Ruth sebagai Leluhur dari Messias (Juru Selamat). Di mana Ruth dipersunting oleh Boas seorang yang kaya raya dan terhormat yang dikatakan menjadi Nenek Raja Daud. Inilah dikatakan Berkat Tuhan tersedia bagi orang-orang setia dan taat!
Kita tahu banyak persoalan di dalam rumah tangga Kristen akhir-akhir ini. Sebelum menikah semuanya bisa kelihatan manis tapi bisa sangat berbeda setelah menikah. Persoalan antara Mertua dengan Parumaen, persoalan antara Anak dan orangtua (yang kalau menikah sudah tidak peduli kepada ortu nya), persoalan antara suami dan istri). Oleh karena itu, apa yang dilakukan oleh Rut di dalam khotbah ini sangatlah penting sekali.
Kita lihat dari teladan Ruth. Bagaimanakah sikap ruth terhadap mertuanya? Ia menganggap mertua sebagai orang tuanya sendiri yang perlu ditemani, dirawat, dan dikasihi. Itulah janji yang dikatakan oleh Rut dan tidak asal hanya dikatakan tetapi dipegang dan dilakukan sepanjang hidupnya. Dan ini sangat berbeda dengan manusia di jaman kini, begitu banyak yang mudah untuk berjanji dan begitu cepat untuk mengubah janji tanpa pernah punya resiko melupakan janji yang diucapkan. Memang seperti nyanyian yang sering dinyanyikan orang terhadap yang hanya bisa berjanji tetapi sukar untuk melakukannya :”Memang lidah tak bertulang, tak terbatas kata-kata, tinggi gunung kan kudaki lain digunung lain di hati”.
sikap yang menganggap mertua sebagai orang tua sendiri perlu ditiru. Jadi anggaplah ibu suamimu sebagai ibumu sendiri. Kasih ini harus Anda tunjukkan dengan secara teratur mengunjunginya dan menerimanya dengan ramah jika dia datang berkunjung. Dengan demikian, ibu mertua Anda tidak merasa disisihkan, apalagi disingkirkan. jika Anda mengalami masalah, terutama menyangkut kehidupan rumah tangga, cobalah mintalah nasihat kepada ibu mertua Anda. Tindakan ini akan membuat ibu mertua Anda merasa dihargai. Di samping itu, dengan berkonsultasi kepadanya, dijamin akan terjalin komunikasi yang indah dan harmonis, dan Anda bakal disayangi mertua. Rut mau mendengar nasihat mertuanya. Prinsipnya adalah buatlah hal-hal yang membuat mertua merasa dihargai. Begitu pula pasangan harus seimbang dalam memberi perhatian di mana menghargai keluarga besar pasangan masing-masing.
Beberapa tips yang ditawarkan oleh Rut untuk membangun keluarga yang baik adalah :
a. Untuk mengurangi ketegangan, "Jangan mudah marah karena hal-hal remeh.
b. Pelajarilah budaya dari keluarga suami, dan juga budaya di keluarga istri. Budaya maksudnya disini adalah kebiasan-kebiasaan di keluarga masing-masing yang dipelihara dengan baik dan juga kita anggap baik. Contoh kalau keluarga pasangan kita adalah keluarga Kristen yang baik, suka berdoa maka kita juga harus menjadi pendoa bukan malah tidur ketika keluarga pasangan kita berdoa.
c. Jangan percaya gosip dari pihak lain dan jangan mudah cerita masalah kita kepada sembarangan orang. Kebanyakan masalah keluarga termasuk antara mertua dan menantu adalah adanya laporan cerita-cerita yang disertai bumbu dari orang lain, misalnya ipar, atau keluarga lain atau juga tetangga. Mungkin kita lagi jengkel, sehingga kita ceritakan masalah kita kepada orang lain. Ini sangat berbahaya, karena ketika dilaporkan atau diceritakan kembali sudah berisi tambahan yang bisa memperuncing konflik. Itu sebabnya setiap pasangan agar tidak mudah percaya kepada cerita-cerita pihak ketiga tentang masalah internal keluarga.
d. Hindarilah pikiran negatif mengenai pasangan kita dan keluarganya. Ingat saja, jika perilaku negatif dibalas negatif maka seringkali hasilanya tidak menggembirakan. Membalas kebaikan dengan kejahatan adalah sikap Iblis. Membalas kebaikan dengan kebaikan adalah sikap dunia. Tetapi membalas kejahatan dengan kebaikan adalah sikap anak-anak Tuhan.
e. Bersabar dan berdoa. Ini saran yang sangat penting, karena tidak ada keluarga yang langsung semua beres 100 %, pasti ada saja kekurangan dan kelemahan; yang penting bagaimana kita bersabar dan selalu berdoa.
f. Bila terjadi konflik antara mertua dan menantu, bagaimana seharusnya suami bertindak? Di pihak mana suami kita berdiri? Apakah dengan orang tua atau pasangan? Jawabannya harus jelas bahwa suami harus berdiri di samping pasangannya. Loyalitas sudah harus berpindah dari orang tua ke pasangan. Artinya suami harus berpihak kepada istrinya lebih kepada orang tuanya. Alasannya adalah bahwa kedua pasangan yang sudah menikah sudah menjadi satu daging (Kej 2:24-25) dan dia sudah harus meninggalkan orang tuanya. Itu berarti prioritas ada pada pasangan dan bukan kepada orang tua. Ini tidak berarti kita tidak menghormati orang tua. Justru kita harus taat kepada Firman Tuhan daripada kepada manusia. Pasangan sudah menjadi satu dan bukan lagi dua. Bila salah satu dicubit, harusnya kita berdua merasakan sakitnya, bukan hanya seorang yang sakit (lihat Efesus 5: 28-29). Ia tidak akan membiarkan pasangannya disakiti, karena itu hakikat dari pernikahan Kristen. Amin

Tidak ada komentar:

Mazmur 84 : 1 - 7

Mazmur 84 : 1 - 7 84:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur bani Korah.  84-2 Betapa disenangi tempat kediaman-Mu ,  ya ...