Senin, 21 November 2011

Ceramah Tema di Sinode HKBP Distrik XVIII Jabartengdiy


“Dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan[1]
“Tangkasi hamu ma, manang dia lomo ni roha ni Tuhan i”
(Efesus 5 : 10 )
Pdt. Henry H P Butarbutar[2]
A.     Pengantar
Tema Sinode HKBP Distrik XVIII Jawa Barat, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Jogyakarta (Jabartengdiy) 21 – 24 Nopember 2011 di Purwokerto merupakan Tema besar HKBP menyambut  Tahun Penelitian Penggembangan 2012. Oleh sebab itu, tema ini harus mampu mewarnai dinamika rapat dan keputusan-keputusan yang akan diambil untuk mengarahkan kita memasuki tahun litbang tersebut. Seraya kita menggumuli tema ini, kita juga tidak boleh lupa bahwa tahun 2012 adalah Tahun Pesta Rohani HKBP[3] yakni periodesasi fungsionaris HKBP untuk 4 tahun ke depan 2012 – 2016. Ini menjadi pergumulan tersendiri bagi penulis bahwa :”Apakah masih relevan dan krusial tema litbang ini untuk digumuli dan diaplikasikan di tengah desakkan pikiran dan tenaga untuk memasuki arakan-arakan Sinode Godang 2012”?
Setelah setahun mempergumulkan Jubileum 150 tahun melalui daya, dana, tenaga dan pikiran maka tentu kita tidak ingin berhenti sampai di sana. Ada nun jauh di sana sebuah pertanyaan yang besar bagi kita “bagaimana HKBP tahun 2061 di Jubileum 200 tahun-nya  atau tahun 2111 Jubileum 250 tahun”? Seandainya saja  kita tidak lagi sampai di sana lalu apa yang akan kita wariskan bagi generasi HKBP selanjutnya? Sangat tidak bijak kalau ada yang mengatakan : “Itu bukan urusan saya”? “atau biarkan generasi yang akan datang mempergumulkannya sendiri  dengan situasi dan dinamika mereka”.
  Tanpa meng-kesampingkan pesta rohani HKBP 2012, tahun penelitian dan penggembangan HKBP ini menjadi momentum bagi seluruh jemaat dan pelayanan HKBP untuk mengkonstruksikan bangunan teologi, daya dan dana HKBP secara terus menerus demi kemajuan HKBP. Sebenarnya hal tersebut sudah tertuang di dalam Misi HKBP namun kurang diperdalam dan dipertajam di basis jemaat-jemaat. Seharusnya Misi HKBP harus terus dipergumulkan, di-implementasikan serta dikawal demi mengwujudkan Visi HKBP yang sudah ditetapkan.
B.     Posisi Tema dalam konteksnya
1.      Latar belakang konteks
Surat Efesus adalah surat yang ditulis oleh Rasul Paulus. Dulunya Efesus merupakan ibu kota Asia dari sebuah propinsi Roma. (Drane, 1996. 346). Begitu pentingya kota Efesus sehingga Paulus datang ke sana dan tinggal di sana selama tiga tahun. Dan dari situlah Paulus ke Makedonia dan mendirikan jemaat Filipi, Tesalonika dan Berea (Kis.19:21-26). Efesus merupakan pusat agama kafir. Di kota tersebut terdapat kuil-kuil besar tempat pemujaan kepada dewa-dewi mereka, dan salah satu dewi besar yang dipuja oleh orang-orang di Efesus adalah dewi Artemis (Kis.19:27). Itu sebabnya penginjilan yang dilakukan oleh Paulus di kota  Efesus menimbulkan ketidak nyaman bagi orang-orang kafir.  Bahkan pernah terjadi hura-hara yang besar karena penginjilan dari Paulus yang menentang keberadaan dewa-dewi yang mereka sembah.
Suratnya ini  ia tujukan kepada orang-orang kudus di Efesus atau disebut juga orang-orang percaya[4]  di dalam Kristus Yesus. Dalam Surat Efesus ini kita banyak menemukan tentang “kehendak Allah” (thelema Theou)[5].  Paulus menasihatkan anggota-anggota jemaat di Efesus – anggota jemaat yang dahulu kafir, tetapi sekarang telah menjadi “orang-orang kudus” dan “orang-orang percaya” (1:1) supaya mereka menjadi “penurut-penurut Allah”.    ( Abineno, 1997. 170)
Efesus 5 : 10 sebenarnya masuk di dalam bagian ayat 8 – 14 tentang hidup dalam terang. Paulus mengingatkan mereka bahwa mereka sekarang tidak sama lagi seperti dahulu. Dahulu masih di dalam kegelapan tetapi sekarang telah berubah karena anugerah Tuhan yakni hidup di dalam terang[6].   Terang itu menghasilkan “kebaikan”, kebaikan adalah “kasih dalam perbuatan”. Karena itu hidup mereka harus sesuai dengan situasi mereka yang baru itu. Apa yang mereka uji dan pilih sebagai hasil dari keputusan mereka harus sesuai dengan kehendak Allah. Memang Paulus tidak memperinci hal-hal apa saja yang harus diuji dan menjadi kehendak Allah. Namun Paulus ingin mengajak umat Tuhan mengerti dengan jelas tanggungjawab sebagai anak-anak terang dan ada batas dari apa yang berkenan kepada Allah dan apa yang IA kehendaki.
Terang menyatakan Allah, terang menghasilkan buah tetapi terang juga mengungkapkan apa yang salah. Terang menyatakan kebenaran dan mengungkapkan sifat yang sebenarnya dari segala sesuatu. (Wierbe, 1976. 122). Dan berjalan secara konsisten sebagai anak-anak terang  demi menghasilkan buah terang . Sejak Yesus menjadi terang dunia, Dia selalu berjalan di dalam terang dan melakukan apa yang diinginkan oleh Bapa. Dan sebagai pengikut Tuhan Yesus, kehadiran kita sebagai pengikut Yesus tanpa kecuali harus mendengarkan apa yang di dengar Yesus dari Bapa, dan melakukan apa yang dilakukan oleh Yesus dari perintah Bapa. Roh Kudus menjadi jaminan yang tidak akan pernah berhenti menyertai perjalanan hidup kita. (Louis A.Vos,1967. 232)
2.      Pengertian Etimologis
Salah satu kata yang penting dalam tema ini adalah istilah δοκιμαζοντες  (dokimazontes) atau δοκιμαζο (dokimazo) “δοκιμαζοντες τι εστιν ευαρεστον τω κυριω” (Greek New Testament)  yang diartikan dengan menguji atau membuktikan.  Ada lagi kata yang lain di dalam bahasa Yunani yang mempunyai arti yang sama tetapi bermakna berbeda disebut dengan peirazo (πειραζω ). Dalam bahasa Indonesia, ada perbedaan mendasar antara mencobai dengan menguji, tetapi tidak demikian dalam bahasa Ibrani atau Yunani.  Terkadang kita dibingungkan dengan ayat yang melarang mencobai Allah, di pihak lain ada ayat yang meminta kita mencobai Allah (Maleakhi 3: 10, terjemahan baru, "Ujilah Aku", terjemahan lama "Tjobailah akan Daku")[7]
Dokimazo, yang artinya melakukan pengujian dengan tujuan memperoleh pengakuan Dokimazo bisa mempunyai tujuan yang baik[8] untuk menguji atau memperbaiki sifat seseorang, namun bisa juga bermaksud jahat untuk menunjukkan kelemahan seseorang atau menjebak seseorang untuk berbuat jahat[9]. (Douglas, 1995. 218).. Kata ini pada umumnya berarti pengujian dengan harapan bahwa yang diuji akan lolos, sedangkan peirazo "mencobai" pada umumnya berarti ujian yang dilaksanakan dengan tujuan bahwa yang diuji akan gagal.
Ujian itu menyangkut asal usul mereka, apakah mereka berasal dari Allah atau tidak[10]. Alasan untuk melakukan pengujian tersebut ialah karena banyak pengajaran-pengajaran yang palsu dan bertentangan dengan kehendak Allah. Pengajaran yang berbeda itu di bawah oleh kaum gnostik atau para pengajar filsafat yang menonjolkan pengetahuan empiris.
Pencobaan-pencobaan adalah keadaan-keadaan pengujian, di mana umat Allah menghadapi kemungkinan dua-duanya, yaitu yang baik dan yang jahat, dan diperhadapkan ke berbagai pancingan untuk lebih menyenangi yang terakhir. Tetapi walaupun pencobaan-pencobaan tidak merampas manusia lepas dari kehendak Allah, kenyataannya yang mendorong berbuat salah bukanlah Allah melainkan keinginan diri sendiri. Itu sebabnya Yesus mengajar murid-murid-Nya supaya mereka berjaga-jaga dan berdoa, supaya jangan ‘jatuh ke dalam pencobaan’ artinya jangan menyerah kepada desakannya.
3.      Hal yang berkenan kepada Tuhan
Paulus mengajak untuk menguji apa yang berkenan kepada Tuhan (Efesus 5:10). Untuk mampu menguji, jemaat Efesus harus terus menerus belajar hidup sebagai “anak terang” (ay 8). Istilah “anak terang” dipakai untuk menunjuk pada mereka yang hidup sebagai anak-anak Allah yang taat pada firman dan dalam kasih Kristus. Anak-anak terang adalah pelaku firman Allah yang mengasihi Dia, sebab Kristus sendiri adalah sumber terang. Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup. (Yohanes 8:12). Jika kita terus belajar untuk hidup sebagai anak terang, kita akan mampu membedakan mana yang berkenan di hadapan Tuhan dan mana yang tidak. Kepekaan itu akan memungkinkan kita untuk tidak mudah disesatkan, meskipun setiap hari kita hidup berdampingan dengan orang-orang yang mengejar keduniawian. Bahkan kita akan mampu menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan, tipu daya iblis yang terbungkus rapi sekalipun. “Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang” (Ef.5:13).
Kita hidup di sebuah jaman dimana penyesatan hadir dimana-mana, lewat apa yang kita dengar maupun yang kita lihat. Berbagai hal menggiurkan ditawarkan dunia setiap saat. Terkadang kita akan berhadapan dengan jalan-jalan yang kelihatannya baik, namun ternyata berujung pada maut. “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut” (Amsal 14:12). Tanpa kepekaan rohani, kita akan mudah terjerumus dalam kegelapan. Karena itu adalah penting untuk tetap hidup sesuai firman Tuhan, tetap bertekun dalam doa dan terus berada dalam bimbingan Roh Kudus. Sudahkah kita memiliki rohani yang peka? Kita anak-anak Tuhan diingatkan untuk bangun dari tidur dan bangkit dari kematian dan terus berusaha untuk menjadi anak terang, dimana Kristus akan bercahaya di atas kita (ay 14).
Kehendak Tuhan juga dipakai untuk menyebutkan segala sesuatu yang diingini Tuhan secara jelas; kehendak ini dapat disebut kehendak Allah yang sempurna, misalnya, adalah kehendak Tuhan yang dinyatakan bahwa semua orang selamat (1 Timotius 2:4; 2 Petrus 3:9) dan bahwa orang percaya yang sudah selamat tidak terjatuh dari kasih karunia (Yohanes 6:39). Kehendak Allah dapat juga mengacu kepada apa yang diizinkan atau dibiarkan terjadi oleh Allah, sekalipun hal itu tidak secara khusus diinginkan terjadi; kehendak ini boleh disebut kehendak Allah yang mengizinkan. Memang, banyak yang terjadi di dunia ini bertentangan dengan kehendak Allah yang sempurna (misalnya dosa, nafsu, kekerasan, kebencian, dan kekerasan hati), namun Dia mengizinkan kejahatan itu berlangsung untuk sementara waktu, misalnya, keputusan banyak orang untuk tetap tidak diselamatkan sehingga terhilang untuk kekal, diizinkan oleh Allah, karena Ia tidak memaksakan iman yang menyelamatkan kepada mereka yang menolak menerima keselamatan dari Anak-Nya. Demikian pula, banyak kesulitan dan kejahatan yang menimpa kehidupan seseorang diizinkan oleh Allah (1 Petrus 3:17; 4:19), tetapi hal-hal itu belum tentu merupakan keinginan atau kehendak-Nya yang utama bagi orang tersebut (1 Yohanes 5:19).
Ajaran Alkitab tentang kehendak Tuhan bukanlah hanya pada tataran doktrin atau ajaran saja, melainkan implementasi di dalam kehidupan sehari-hari. Cerminan kehendak Tuhan tidak hanya tergambar melalui buah dari perbuatan kita tetapi juga harus muncul dari sumber yang benar (bnd.Mat.12:33-37).[11]
1.      kita harus mengetahui apakah kehendak Allah itu, yaitu kehendak-Nya yang sempurna sebagaimana dinyatakan dalam Alkitab (termasuk Taurat-Nya). Karena hari-hari ini adalah jahat maka kita harus mengerti kehendak Tuhan (Efesus 5:17).
2.      Setelah kita tahu kehendak Allah yang dinyatakan bagaimana Allah menginginkan kita hidup sebagai orang percaya, kita harus mengabdikan diri untuk melakukan kehendak-Nya. Pemazmur, misalnya, memohon kepada Allah untuk mengajar dirinya melakukan kehendak-Mu (Mazmur 143:10). Permohonan yang sejajar agar Roh menuntun aku di tanah yang rata menunjukkan bahwa pada hakikatnya pemazmur sedang memohon kepada Allah kemampuan untuk hidup benar. Demikian pula, Paulus mengharapkan jemaat di Tesalonika mengikuti kehendak Allah dengan menjauhi kedursilaan seksual dan dengan hidup secara kudus dan terhormat (1 Tesalonika 4:3-4). Di bagian lain Paulus berdoa agar orang Kristen dipenuhi dengan pengetahuan akan kehendak Allah supaya mereka hidup layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal (Kolose 1:9-10).
3.       Orang percaya terpanggil untuk berdoa supaya kehendak Allah terjadi (Matius 6:10; 26:42; Lukas 11:2; Roma 15:30-32; Yakobus 4:13-15); kita harus dengan sungguh-sungguh menginginkan kehendak Allah yang sempurna serta bermaksud menggenapinya dalam kehidupan kita dan kehidupan keluarga kita (Matius 6:10).
Jikalau ini adalah doa dan komitmen kita, kita bisa yakin bahwa masa kini dan masa depan kita ada dalam perlindungan Bapa surgawi (Kisah Para Rasul 18:21; 1 Korintus 4:19; 16:7). Akan tetapi, jikalau ada dosa yang disengaja di dalam kehidupan kita dan pemberontakan terhadap firman-Nya, kita harus sadar bahwa Allah tidak akan menjawab doa-doa kita; kita tidak dapat mengharapkan kehendak Allah terjadi di bumi seperti di surga kecuali kita sendiri berusaha melakukan kehendak-Nya di dalam kehidupan kita sendiri.
4.      Akhirnya, kita tidak boleh memakai kehendak Allah sebagai dalih untuk menjadi pasif atau tidak bertanggung jawab dalam kaitan dengan panggilan-Nya untuk melawan dosa, kejahatan, dan kesuaman rohani. Iblis yang bertanggung jawab untuk zaman sekarang dengan kekejaman, kejahatan, dan ketidakadilannya (1 Yohanes 5:19), dan iblislah yang menyebabkan kebanyakan kepedihan dan penderitaan di dalam dunia (Ayub 1:6-12; 2:1-6; Lukas 13:16; 2 Korintus 12:7). Seperti Yesus datang untuk membinasakan perbuatan iblis (1 Yohanes 3:8), demikian pula dengan jelas Allah berkehendak agar orang percaya memerangi kekuatan-kekuatan jahat itu dengan Roh Kudus (Efesus 6:10-20; 1 Tesalonika 5:8).[12]
C.     Kehendak Tuhan  di  Tahun Litbang HKBP
Jubileum 150 tahun HKBP telah memilih Tema :”Hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia; berakar, dibangun dan bertumbuh di dalam Dia” yang didasarkan pada  Kolose 2:6-7. Tema ini pada konteksnya sukacita besar akan kasih karunia Allah yang dianugerahkan bagi HKBP. HKBP di dalam perjalanannya sebagai gereja sering mengalami ujian yang hebat oleh rupa-rupa tantangan dan pencobaan. Namun satu yang pasti bahwa gereja ini tetap berdiri kokoh di atas dasar yang ditetapkan. Selama HKBP tetap tinggal di dalam Dia, dan berakar dalam iman yang kokoh kepada Kristus akan menerima anugerah pertumbuhan yang terarah kepada Allah dan sedahsyat apa pun ujian dan cobaan yang datang akan dapat dilalui.  (Ramlan Hutahean, Bahan Penelaahan Alkitab Jubileum 150 Tahun HKBP. Vi)
Untuk menguji apa yang berkenan kepada Tuhan di dalam terang tema tahun Litbang HKBP 2012 tidak boleh terlepas dari terang tema Jubileum 150 tahun HKBP. Artinya kita harus tetap dulu di dalam Dia, berakar lalu bertumbuh sehingga dapat mengerti akan kehendak Allah.  Sulit rasanya mengenali kehendak Allah bila kita tidak berada di dalam Kristus (en kristo) atau berada di luar Kristus. Sama seperti bagaimana kita dapat menguji kopi pahit atau kopi manis bila kita tidak sama sekali “masuk” ke dalam-nya yakni meminumnya. Apakah cukup dikatakan oleh orang lain bahwa kopi ini pahit dan kopi yang satu lagi manis? Tentu tidak cukup hanya sedemikian.
Soritua Nababan mengatakan di dalam bukunya bahwa kita berada dalam suatu kurun waktu pembangunan yang cepat berkembang. Perkembangan yang cepat ini telah membawa dan mengakibatkan perubahan-perubahan yang besar, mendasar dan menyeluruh. Perubahan besar karena perubahan itu tidak tanggung-tanggung, melainkan acap sangat menakjubkan atau mengejutkan. Perubahan mendasar karena perubahan-perubahan itu tidak hanya perubahan luar atau di permukaan, melainkan sangat mendalam sampai ke akar-akar kehidupan. Perubahan menyeluruh karena perubahan itu tidak hanya terbatas pada bidang ekonomi, sosial, politik dan sebagainya, melainkan juga mempengaruhi nilai-nilai agama dan iman. (Nababan,1994.476).
Sejalan dengan apa yang disampaikan Nababan bahwa dunia yang kita diami mengalami perkembangan dan perubahan yang luar biasa. Akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia semakin kecil dan datar. Seolah-olah kita berada di sebuah kampung, nama-nya kampung global (global village). Einar Sitompul menegaskan bahwa globalisasi hanya bentuk fisik kehidupan sekarang, tetapi bentuk non-fisiknya ialah cara pandang, sikap dan gaya hidup yang berbeda. Einar melanjutkan bahwa generasi tua masih meyakini kekuatan budaya primordial, sedangkan yang muda telah memiliki cara pandang yang sangat berbeda. Generasi muda menjadi dinamis dan suka akan kemajuan. Mereka tidak lagi merasa terikat dengan lembaga (HKBP) yang telah membentuk mereka sejak awal. Kaum muda ingin me-redefinisi konsep kehidupan baik tentang pernikahan, keluarga, budaya, penghayatan religious, pergaulan, seks, dsb). (Sitompul,Einar, 2011.3-4)
HKBP yang sudah berumur 150 tahun mempunyai hutang yang harus dibayarkan kepada generasi yang akan datang dan juga para missionaris yang telah meletakkan dasar perjalanan HKBP ke depan. Pertanyaan yang mendasar adalah apa yang telah dilakukan HKBP di dalam memahami kehendak Allah? Jangan-jangan bukan kehendak Allah yang kita nyatakan di dalam tugas dan pelayanan kita melainkan kehendak kita atau kehendak manusia. Bukankah begitu banyak jemaat HKBP yang tidak datang lagi ber-ibadah, lalu apa yang kita perbuat untuk mereka. Menurut St. Dr.Payaman Simanjuntak tingkat kehadiran jemaat HKBP untuk beribadah baik di gereja atau kebaktian-kebaktian lainya hampir 25 % sampai 50 % , baik warga HKBP yang ada di Bona Pasogit dan di tano parserahan. (Simanjuntak Payaman, 2011. 97). Belum lagi warga HKBP yang tersangkut kasus-kasus hukum baik pencurian, pembunuhan seperti kasus begu ganjang di Bona Pasogit, korupsi dll.
Berbagai persoalan yang menerpa HKBP seperti penutupan gereja dan tindakan diskriminasi penerbitan peraturan-peraturan daerah (perda) yang akhirnya membatasi ruang gerak pelayanan kita harus menjadi sorotan utama. Persoalan penutupan gereja dan sulitnya izin mendirikan gereja ibarat puncak gunung es yang menunggu kapan mencair lalu menghatam kehidupan ber-agama. Hal ini akan menjadi bom waktu bila tidak diantipasi dengan baik dan benar.
Bahkan sudah saat-nya HKBP juga tidak hanya sibuk mengurus tubuhnya sendiri. Walaupun sudah ada yang dibuat HKBP bagi komunitas lain seperti terjadinya bencana alam di Aceh, Nias, Mentawai dan Jogyakarta bahkan mungkin banyak lagi lain-nya, namun sifatnya selalu dadakan dan terkesan tidak ter-organisir dengan baik. Itu sebabnya sering terjadi mis-pemahaman dan mis-komunikasi antara penentu kebijakan dan pelaksana lapangan. HKBP yang memiliki potensi besar baik dari segi kuantitas dan kualitas dituntut untuk berbuat lebih besar lagi. Jangan hanya pula nama HKBP besar namun output bagi dunia sekitar nya tidak besar atau kecil sekali seakan gema-nya hanya terdengar di dinding-dinding gereja HKBP sendiri. Mengutip apa yang pernah dikatakan oleh dosen saya Pdt.Yonky Karman, Ph.D di ruang kelas STT-Jakarta tgl.31 Oktober 2011 dengan persoalan GKI Yasmin, seharusnya HKBP juga harus hadir memberikan kontribusi nya di sana supaya gaung HKBP yang besar dapat menjewer telinga pemerintah di negeri ini.
Untuk itu kehendak Allah harus dipahami bukan lagi sebatas ke dalam gereja tetapi juga ke luar gereja, tidak hanya urusan ritus agama tetapi juga menyangkut kompleksitas kehidupan manusia dan dunia. Mewujudkan kehendak Allah di dalam pelayanan holistik-nya adalah dengan menembus pakem-pakem kekakuan umat dan pelayan untuk berbuat sesuatu, seperti model asal bapak senang (ABS), patriachat (klan kebapaan), senioritas dan junioritas, pendeta yang paling tahu sedangkan jemaat tidak, dll. Menembus pakem kekakuan bukan lantas kita bertindak sesuka hati namun tetap dijalan kehendak Allah.
D.    Catatan Penutup
1.      Mengetahui kehendak Allah adalah hal yang sangat mendasar di dalam kehidupan kita sebagai pelayan dan warga gereja. Untuk mengetahui kehendak Allah tidak cukup hanya tinggal diam tetapi hendaknya kita menguji atau berusaha mengenal mana kehendak Allah dan yang tidak kehendak Allah. Untuk itu dituntut setiap pelayanan Tuhan dan warga jemaat meningkatkan sumber daya manusianya (SDM) dan juga melaksanakan penelitian dan penggembangan.
2.      Potensi HKBP dengan warga jemaat sekitar 4 juta orang, termasuk terbesar di Asia, tersebar di 26 Distrik, 628 Ressort dan 3.226 Huria digembalakan oleh 2.590 orang Pelayan tahbisan[13]  sangat dimungkinkan menjadi pionir dan ujung tombak di tengah kehidupan kebangsaan dan menegera untuk meng-rekonstruksikan dan men-demonstrasikan kehendak Tuhan di dalam kehidupan ini.
3.      Tuntutan akan peranan dan keterlibatan HKBP yang lebih besar lagi di pergulatan republik ini dalam menjawab isu-isu global tidak lantas melupakan apa yang terjadi di tubuh HKBP sendiri. Ada begitu banyak persoalan yang terjadi di dalam tubuh HKBP akhir-akhir ini seperti rendahnya kehadiran jemaat mengikuti ibadah di HKBP. Menurut Payaman Simanjuntak tingkat kehadiran jemaat di Kebaktian dan partangiangan di daerah parserahan dan bona pasogit hanya sekitar 25 – 50 %. Pertanyaannya dimana 50 % lagi? Belum lagi, ada warga HKBP dan pelayannya yang terlibat dalam hal-hal yang tidak terpuji seperti pengedar dan pengguna narkoba, korban penyakit HIV/AIDS, penjudi, pencuri,  koruptor dan lain-lain. Perbedaan paradigma pelayanan antara generasi muda dengan generasi tua serta pelayan tua dan pelayan muda bukanlah perkara yang ringan namun ini perlu disingkapi dengan serius. Apalagi generasi muda dan pelayan muda ingin cepat-cepat me-redefinisikan semua konsep kehidupan (perkawinan, keluarga, budaya, religius, pergaulan, seks) sesuai dengan alur keinginan mereka, yang tentu berbanding balik dengan sikap primordialisme kaum tua.
4.      HKBP juga belum berhasil memobilasi pengumpulan dana dalam jumlah besar seperti program Dana Tetap, Dana Pensiun dan Asuransi Kesehatan. Apakah hal ini disebabkan rendahnya partisipasi jemaat dan para pelayannya mendukung dan menunjang pelayanan HKBP atau  ada faktor lain misalnya hilangnya trust (saling mempercayai) atau jemaat dan pelayan HKBP tidak mengenal bahwa program tersebut adalah salah satu implementasi kehendak Tuhan.
5.      Kita juga tidak bisa menutup mata munculnya perda (peraturan-peraturan daerah) yang mempersempit dan membatasi gerak langkah HKBP ke depan. Penutupan gereja dan sulitnya mengurus izin gereja berdampak juga sulitnya warga HKBP mengisi jabatan penting di pemerintahan dan pembatasan penerimaan warga HKBP menjadi karyawan perusahaan.  Menyambung apa yang dikatakan oleh Payaman Simanjuntak maka warga HKBP dan Pelayannya harus terus-menerus meningkatkan kompetensi kerja atau keahlian, sikap moral dan tanggung jawab, penguasaan teknologi informasi.  Hal ini juga ditegaskan oleh R E Nainggolan[14] di ceramah sub Tema Rapat Pendeta tahun 2009 bahwa ada kesadaran yang kuat bahwa HKBP merasa ditantang untuk mengembangkan sikap kritis untuk mengerti dan memahami kehendak Allah. Perubahan zaman yang sangat cepat mengajak kita untuk berbenah diri memasuki era dan arena misi pelayanan HKBP di tengah-tengah dunia ini. Tidak cukup hanya larut dalam ritus dan ibadah melainkan memasuki kehidupan jemaat, mendampingi (pastoral), memperkuat dan  mewujudkan peningkatan taraf hidup masyarakat.  Fenomena globalisasi sangat kompleks dan telah berada bersama dengan kita. Dunia tidak lagi dibatasi jarak dan waktu yang secara massif dan terang-terangan mengakibatkan pergeseran nilai, budaya dan agama.
6.      Perwujudan kehendak Tuhan di dalam kehidupan ini dan di tengah perjalanan HKBP ke depan haruslah di mulai dari diri sendiri. Setiap warga jemaat, para pelayan (6 tohonan di HKBP) dan secara khusus yang memiliki otoritas atau wewenang menentukan kebijakan di dalam kehidupan ini dan di HKBP haruslah memahami sungguh-sungguh bahwa mereka ditetapkan oleh Tuhan untuk mewujudkan kehendak Tuhan.
Selamat bersidang.
Daftar Acuan
1.      Abineno, J.L.1997. Tafsiran Alkitab surat Efesus.Jakarta : BPK-Gunung Mulia
2.      Douglas, J.D (Peny.).1995. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I. Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF
3.      Drane, John.1996. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta : BPK-Gunung Mulia
4.      Hutahean, Ramlan.Bahan Penelaahan Alkitab Jubileum 150 Tahun HKBP. Tarutung : Kantor Pusat HKBP
5.      Nababan, S.A.E. 1994. Mencari keseimbangan: enam puluh tahun Pdt.Dr.S.A.E.Nababan. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
6.      Nainggolan, R E. 2009. Pandangan Peran dan Harapan Jemaat terhadap pelayanan Gereja. Tarutung : Percetakan HKBP
7.      Simanjuntak, Payaman. 2011.Mengembangkan Pelayan HKBP Berdasarkan Firman dan Penelitian.
8.      Sitompul, Einar. 2011. Tantangan dan Pelayanan HKBP pada era dan arena baru Misi dalam Acara Syukuran 25 tahun Tahbisan Pendeta Ramlan Hutahaean. Jakarta
9.      Wierbe, warren W.1976.Kaya di dalam Kristus.Bandung : Kalam Hidup
10.  Vos, Louis A.1967.New Testament Commentary. Michigan : Grand Rapids



[1] LAI ( Lembaga Alkitab Indonesia), sedangkan BIS diterjemahkan dengan “Berusahalah mengenal apa yang menyenangkan hati Tuhan”.
[2] Disampaikan pada Sinode HKBP Distrik XVIII JABARTENGDIY di Purwokerto, tgl.22 Nopember 2011
[3] Penulis ingin memakai istilah Pesta Rohani membedakan pesta demokrasi di ranah politik. Walaupun di realitasnya bahwa Pesta Rohani yang seharusnya Allah-lah yang memerintah untuk menetapkan duta-duta Allah di Gereja-Nya sering tercoreng  karena memasuki gelanggang kekuasaan dan otoritas manusia.
[4] Orang-orang percaya (pistoi) sama dengan orang-orang kudus (hagioi). Ini menunjukkan bahwa orang tidak kudus tanpa percaya dan mereka tidak dapat percaya kalau mereka bukanlah orang-orang kudus.
[5] Kehendak Allah adalah yang telah memilih, menyelamatkan dan memberi hidup kepada kita (bnd.2:1-5). Karena itu Paulus membangunkan (mengajak, menasihati) anggota-anggota jemaat di Efesus, supaya mereka berusaha agar kehendak Allah itu mereka ketahui (5:10) dan pahami (5:17), hayati dan laksanakan (6:6) dalam hidup mereka.
[6] Terang (phos) bukan saja hendak mengatakan bahwa mereka berada dalam atau diterangi oleh terang (bnd.1:18; Ibr.6:4) tetapi bahwa mereka adalah terang, bukan terang dari diri mereka sendiri, tetapi terang di dalam Tuhan, karena itu mereka harus hidup sebagai “anak-anak terang” (tekna photos)
[7] Bnd. Maleakhi 3:10
LAI TB, Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.
Alkitab Terdjemahan Lama 1958, Bawalah olehmu akan segala perpuluhanmu kedalam perbendaharaan rumah-Ku, supaja adalah makanan dalam rumah-Ku; dan tjobailah akan Daku dengan demikian, kalau-kalau tiada Aku membukai akan kamu segala pintu langit dan mentjurahkan kepadamu berkat jang tiada sempat kamu taruh; demikianlah firman Tuhan serwa sekalian alam!
[8] Di dalam 1 Kor.11:28 tentang Perjamuan Tuhan atau Perjamuan Kudus. Dikatakan bila seseorang ingin masuk di dalam Perjamuan Kudus maka orang tersebut hendaklah menguji diri masing-masing, apakah layak dan mau meninggalkan segala dosa-dosanya untuk ikut di dalam Perjamuan Kudus.
[9] Bndk. Dalam Matius 4 : 1 – 11 : contoh yang sederhana adalah pencobaan yang dilakukan oleh Iblis terhadap Yesus Kristus di padang gurun. Iblis tidak menguji bahwa Yesus Kristus itu Anak Allah atau tidak, tetapi ia mencobai agar Yesus Kristus jatuh, berubah statusnya dari taat kepada Allah menjadi taat kepada Iblis.
[12] Sumber: The Full Life Study Bible, Life Publishers International © 1992 dalam http://www.sarapanpagi.org/kehendak-allah-vt30.html

[13] Sumber Prof.Dr. Payaman J Simanjuntak, Mengembangkan Pelayan HKBP Berdasarkan Firman dan Penelitian, dalam Buku Panduan Rapat Pendeta & Sinode HKBP Distrik XIX Jakarta 2, 23-26 Oktober 2011 di Lembang-Bandung. 96
[14]  R.E.Nainggolan, Pandangan Peran dan Harapan Jemaat terhadap pelayanan Gereja (Pendeta) dalam Ceramah Sub Tema Rapat Pendeta 3 – 7 Agustus 2009 di Tarutung, Pematang Siantar : Percetakan HKBP. 146

Tidak ada komentar:

Mazmur 84 : 1 - 7

Mazmur 84 : 1 - 7 84:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur bani Korah.  84-2 Betapa disenangi tempat kediaman-Mu ,  ya ...