Hidup di dalam Kristus
dan Mati di dalam Kristus
Kematian pada dasarnya selalu menjadi
bagian yang misterius dan menimbulkan perasaan takut, tidak pasti dan bahkan ketidak berdayaan. Masih banyak
orang mempertanyakan mengapa kita harus mati dan kemana orang yang sudah mati? Hal
ini masih terus menjadi tanda tanya di dalam kehidupan kita? Apalagi Bila
diperhadapkan dengan agama-agama lain di dunia ini dan suku-suku seperti suku
Batak, orang yang sudah mati akan ber-inkernasi atau menjadi mahluk yang lain. Jemaat
Tesalonika tampaknya juga bertanya banyak tentang kematian. Mereka, misalnya,
bertanya tentang saudara-saudara (jemaat) mereka yang telah lebih dahulu
meninggal dunia.
Dalam nas ini, Rasul Paulus
menyampaikan sumber penghiburan bagi orang Tesalonika yang berkabung karena
kematian relasi mereka dan teman-teman mereka yang mati dalam Tuhan. Ada perbedaan antara kematian
Kristen dengan kematian orang yang tidak beriman. Bagi orang kristen, kematian bukanlah akhir dari
segala-galanya, justru untuk menuju
rumah kediaman Bapa di Sorga. kematian sudah kehilangan sengatnya
(1Kor.15:55-57). Karena itu, tidak patut kita sangat berduka terhadap orang yang telah
meninggalkan kita, apalagi harus berputus asa. Seolah-olah
mereka tidak mempunyai harapan (1Tes4:13).
Firman Tuhan ini menerangi batin kita
yang takut akan lorong kematian itu dengan memberi kepastian. Kepastiannya
adalah bahwa orang-orang percaya terdahulu yang meninggal mendapat tempat
bersama dengan Tuhan. Kabar baik ini bukan hanya bagi mereka, tetapi juga bagi
kita, yang juga percaya kepada Kristus.
Di minggu akhir tahun gerejawi ini, kita diingatkan tentang
orang-orang terkasih yang telah lebih dahulu meninggal. Kesedihan bisa tercurah
mengenang mereka. Apalagi jika sarat luka dan kekecewaan, bukan hanya pada
kenyataan meninggalnya mereka, tetapi juga pada Tuhan. Firman ini tidak ingin
“bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal...”, tetapi supaya kita
mengetahuinya dan yakin di dalam pengharapan. Dukacita karena kematian tidaklah
perlu lagi menghanyutkan kita pada kekecewaan dan keputusasaan hidup. Di dalam
Tuhan terdapat pengharapan “dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia”, baik
mereka yang terdahulu, maupun kita.
Hidup di dunia ini bukanlah akhir segalanya. Memang
ada pepatah mengatakan, hidup di dunia ini hanya satu kali saja, oleh karena
itu manusia ada berjuang untuk mendapatkan apa yang dia harapkan. Terkadang
walaupun bertentangan dengan kehendak Tuhan, asalkan dapat yang didambakan.
Bagi orang percaya setiap kehilangan keluarganya terkasih ada sesuatu yang
lebih dari pada duka, sakit hati, kehilangan, air mata yaitu: ada pengharapan.
“Kita percaya bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya bahwa
mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama
dengan Dia” (I Tes 4: 14-17).
Pengharapan orang Kristen adalah nyata, bukan
pengharapan yang sia-sia, walaupun duka ada hal yang jauh dibalik sukacita. Yesus telah mati dan telah bangkit. Yesus membebaskan manusia dari dosa,
juga dari kematian (Ibr.2:14,15). Karena itu, iman kepada Kristus membawa
dengannya harapan akan kebangkitan (Yoh.11:25,26). Kebangkitan Tuhan
membuktikan bahwa ada kebangkitan tubuh. “Sebab jika benar orang mati tidak
dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan” (1Kor.15:16). “Tetapi yang
benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai
yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal” (1Kor.15:20).
Untuk kesedihan karena
kematian relasi, penghiburan kita adalah di dalam Yesus Kristus. Pengetahuan
tentang orang yang mati di dalam Yesus sangat penting dimiliki, karena dari
sanalah ditemui dan dimengerti adanya pengharapan orang percaya. Namun biarlah
bukan sekedar pengetahuan saja, tetapi haruslah percaya akan adanya pengharapan
itu. Percaya bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, Percaya bahwa mereka
yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia
dan kita juga akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. Amen