Jumat, 08 November 2013

Yeremia 1 : 4 – 10


Dipilih dan diutus

                                                                                     
            Salah satu tugas panggilan kita sebagai orang percaya adalah dipilih oleh Tuhan dan diutus ke tengah-tengah dunia ini. Sebagaimana dikatakan di amanat Agung Tuhan Yesus (Matius 28:19-20) “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku....”.  Tugas memberitakan Injil atau Firman Tuhan bukan hanya hak preogeratif (istimewa) pelayan atau parhalado tetapi tugas semua orang percaya. Sayangnya, banyak orang percaya dalam kehidupan konkrit lebih senang menerima berkat dan penyertaan Allah, tetapi sering melupakan tugas dan panggilan utama yakni pemberitaan Injil. Orang senang menjadi anak-anak Tuhan tetapi tidak suka untuk diutus ke tengah-tengah dunia ini, apalagi ke tengah-tengah “serigala”. Mengapa begitu? Memang Tugas pemberitaan Firman Tuhan bukanlah hal yang mudah atau gampang. Begitu banyak rintangan, ancaman bahkan harus kehilangan keluarga dan nyawa. Dalam sejarah gereja, tidak sedikit yang harus kehilangan nyawa karena pemberitaan Injil atau Firman Tuhan. Ada banyak mengalami mati martir seperti yang dialami Munson dan Lyman di tanah Batak dan di tempat lain. Hanya saja bila pun tugas ini berat, apakah pemberitaan Injil atau Firman Tuhan berhenti? Tentu tidak. Tuhan akan tetap memilih dan mengutus orang-orang yang ditetapkanNya.
Seperti itulah di dalam khotbah minggu ini. Tuhan memilih Nabi Yeremia ketika masih di dalam kandungan. Yeremia dikuduskan berarti dikhususkan untuk pekerjaan Tuhan. Pekerjaan Tuhan yang harus dikerjakan oleh Yeremia adalah menjadi nabi yang bertugas menerima Firman dari Tuhan dan menyampaikannya kepada orang-orang lain. Artinya, pilihan Tuhan ini berdasarkan otoritas dan kuasa Allah untuk mewartakan FirmanNya kepada dunia ini.  Melihat tugas perutusan yang berat, Yeremia berusaha menolaknya. Dengan alasan tidak pandai bicara dan masih muda. Kedua hal ini saling berhubungan. Yeremia diperkirakan belum berumur 20 tahun, karena di Israel kuno, biasanya laki-laki menikah pada umur 18 – 19 tahun dan Yeremia tidak kawin karena pamanggilannya itu (16:1-2). Dengan kemudaannya, tentu ia tidak bisa bicara apa-apa (tidak pandai bicara). Karena kemudaannya itu Yeremia merasa belum matang dan tidak sanggup. Sedangkan ada tradisi di di Israel kuno bahwa tua-tua lah yang memberi nasehat, perintah dan yang patut dihormati. Dengan kondisi seperti itu, kalau Yeremia menerima panggilan dan perutusan Tuhan, tentu ia akan menerima olok-olok, dibenci, dianggap tidak sopan dan pemberitaannya pasti tidak diterima, apalagi bangsa yang dihadapi adalah bangsa yang keras kepala dan tegar tengkuk. Inilah kesulitan yang mendasari penolakan Yeremia. Penolakan Yeremia tidak dikabulkan oleh Tuhan. Yeremia dikuatkan untuk tidak takut (ayat 8). Bahkan Tuhan turun tangan menjamah mulut Yeremia (ayat 9). Hal itu berarti apa yang diucapkannya, disampaikan dan diberitakan kepada umat, bukan berasal dari dirinya, dari keinginan maupun imajinasinya sendiri tetapi semata-mata dari Tuhan sendiri. Dengan demikian Yeremia akan bernubuat dan menjalankan tugas dari Tuhan dengan otoritas penuh dari Tuhan. Lengkaplah perutusan Yeremia, ketakutannya diatasi oleh Tuhan. Kemudaan dan ketidakmampuan untuk berkata-kata diubahkan oleh Tuhan dengan otoritas. Itulah penyertaan Tuhan secara nyata bagi orang-orang yang diutusNya.
Di kondisi masyarakat atau dunia yang sedang “sakit”, kebencian ada di mana-mana, permusuhan, sektarianisme, perang, ketakutan, dan sebagainya, maka kita dipanggil untuk hadir di situasi dan kondisi seperti itu. Penolakan dunia, dianggap sok suci atau sok rohani akan kita terima sebagai utusan Tuhan, tetapi biarlah itu kita anggap sebagai tantangan yang perlu dihadapi. Bukankah kita yakin bahwa Tuhan-lah yang memilih dan mengutus kita. Dia akan menyertai kita (bnd.Matius 28:20), bahkan Tuhan akan memberikan kuasa (dunamis) kepada kita (bnd.Matius 10:5 -15).  Jangan katakan kita masih muda, apalagi tidak mampu berkata apa-apa, jangan katakan saya sudah tua (lansia) yang tidak memiliki kekuatan apa-apa, jangan katakan saya bodoh atau saya orang berdosa. Ada banyak alasan untuk kita menolak panggilan dan pengutusan Tuhan. Ada juga banyak alasan untuk tidak melakukan tugas yang telah Tuhan tetapkan bagi kita seperti kisah Yunus. Tetapi ingatlah bila sudah Tuhan yang memilih kita dan akan mengutus kita maka tidak akan pulang demikian perintahNya. Pekerjaan tangan Tuhan akan terus dilakukan oleh orang-orang percaya sampai pada kesudahan jaman. Bila pemilihan dan pengutusan Tuhan ada pada kita, ingatlah bukan kekuatan dan pikiran kita lagi yang berkuasa, justeru Roh Tuhan-lah yang memakai kita. Roh Tuhan akan memberikan kemampuan kepada kita. Jadi marilah kita bersama-sama mengatakan : ini aku Tuhan, utuslah Aku. Amin 

Tidak ada komentar:

Mazmur 84 : 1 - 7

Mazmur 84 : 1 - 7 84:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur bani Korah.  84-2 Betapa disenangi tempat kediaman-Mu ,  ya ...