Dipilih dan diutus
Salah satu tugas panggilan kita
sebagai orang percaya adalah dipilih oleh Tuhan dan diutus ke tengah-tengah
dunia ini. Sebagaimana dikatakan di amanat Agung Tuhan Yesus (Matius 28:19-20)
“Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku....”. Tugas memberitakan Injil atau Firman Tuhan
bukan hanya hak preogeratif (istimewa) pelayan atau parhalado tetapi tugas
semua orang percaya. Sayangnya, banyak orang percaya dalam
kehidupan konkrit lebih senang menerima berkat dan penyertaan Allah, tetapi
sering melupakan tugas dan panggilan utama yakni pemberitaan Injil. Orang
senang menjadi anak-anak Tuhan tetapi tidak suka untuk diutus ke tengah-tengah
dunia ini, apalagi ke tengah-tengah “serigala”. Mengapa begitu? Memang Tugas
pemberitaan Firman Tuhan bukanlah hal yang mudah atau gampang. Begitu banyak
rintangan, ancaman bahkan harus kehilangan keluarga dan nyawa. Dalam sejarah
gereja, tidak sedikit yang harus kehilangan nyawa karena pemberitaan Injil atau
Firman Tuhan. Ada banyak mengalami mati martir seperti yang dialami Munson dan
Lyman di tanah Batak dan di tempat lain. Hanya saja bila pun tugas ini berat,
apakah pemberitaan Injil atau Firman Tuhan berhenti? Tentu tidak. Tuhan akan
tetap memilih dan mengutus orang-orang yang ditetapkanNya.
Seperti itulah di dalam khotbah
minggu ini. Tuhan memilih Nabi Yeremia ketika masih di dalam kandungan. Yeremia
dikuduskan berarti dikhususkan untuk pekerjaan Tuhan. Pekerjaan Tuhan yang
harus dikerjakan oleh Yeremia adalah menjadi nabi yang bertugas menerima Firman
dari Tuhan dan menyampaikannya kepada orang-orang lain. Artinya, pilihan Tuhan
ini berdasarkan otoritas dan kuasa Allah untuk mewartakan FirmanNya kepada
dunia ini. Melihat tugas perutusan yang
berat, Yeremia berusaha menolaknya. Dengan alasan tidak pandai bicara dan masih
muda. Kedua hal ini saling berhubungan. Yeremia diperkirakan belum berumur 20
tahun, karena di Israel kuno, biasanya laki-laki menikah pada umur 18 – 19
tahun dan Yeremia tidak kawin karena pamanggilannya itu (16:1-2). Dengan
kemudaannya, tentu ia tidak bisa bicara apa-apa (tidak pandai bicara). Karena
kemudaannya itu Yeremia merasa belum matang dan tidak sanggup. Sedangkan ada
tradisi di di Israel kuno bahwa tua-tua lah yang memberi nasehat, perintah dan
yang patut dihormati. Dengan kondisi seperti itu, kalau Yeremia menerima
panggilan dan perutusan Tuhan, tentu ia akan menerima olok-olok, dibenci,
dianggap tidak sopan dan pemberitaannya pasti tidak diterima, apalagi bangsa
yang dihadapi adalah bangsa yang keras kepala dan tegar tengkuk. Inilah
kesulitan yang mendasari penolakan Yeremia. Penolakan Yeremia tidak dikabulkan
oleh Tuhan. Yeremia dikuatkan untuk tidak takut (ayat 8). Bahkan Tuhan turun
tangan menjamah mulut Yeremia (ayat 9). Hal itu berarti apa yang diucapkannya,
disampaikan dan diberitakan kepada umat, bukan berasal dari dirinya, dari
keinginan maupun imajinasinya sendiri tetapi semata-mata dari Tuhan sendiri.
Dengan demikian Yeremia akan bernubuat dan menjalankan tugas dari Tuhan dengan
otoritas penuh dari Tuhan. Lengkaplah perutusan Yeremia, ketakutannya diatasi
oleh Tuhan. Kemudaan dan ketidakmampuan untuk berkata-kata diubahkan oleh Tuhan
dengan otoritas. Itulah penyertaan Tuhan secara nyata bagi orang-orang yang
diutusNya.
Di kondisi masyarakat atau dunia yang sedang
“sakit”, kebencian ada di mana-mana, permusuhan, sektarianisme, perang,
ketakutan, dan sebagainya, maka kita dipanggil untuk hadir di situasi dan
kondisi seperti itu. Penolakan dunia, dianggap sok suci atau sok rohani akan
kita terima sebagai utusan Tuhan, tetapi biarlah itu kita anggap sebagai
tantangan yang perlu dihadapi. Bukankah kita yakin bahwa Tuhan-lah yang memilih
dan mengutus kita. Dia akan menyertai kita (bnd.Matius 28:20), bahkan Tuhan
akan memberikan kuasa (dunamis) kepada kita (bnd.Matius 10:5 -15). Jangan katakan kita masih muda, apalagi tidak
mampu berkata apa-apa, jangan katakan saya sudah tua (lansia) yang tidak
memiliki kekuatan apa-apa, jangan katakan saya bodoh atau saya orang berdosa.
Ada banyak alasan untuk kita menolak panggilan dan pengutusan Tuhan. Ada juga
banyak alasan untuk tidak melakukan tugas yang telah Tuhan tetapkan bagi kita
seperti kisah Yunus. Tetapi ingatlah bila sudah Tuhan yang memilih kita dan akan
mengutus kita maka tidak akan pulang demikian perintahNya. Pekerjaan tangan
Tuhan akan terus dilakukan oleh orang-orang percaya sampai pada kesudahan
jaman. Bila pemilihan dan pengutusan Tuhan ada pada kita, ingatlah bukan
kekuatan dan pikiran kita lagi yang berkuasa, justeru Roh Tuhan-lah yang
memakai kita. Roh Tuhan akan memberikan kemampuan kepada kita. Jadi marilah
kita bersama-sama mengatakan : ini aku Tuhan, utuslah Aku. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar