Rabu, 31 Oktober 2018

Minggu, 21 Oktober EV. Roma 12 : 1 - 3
Nyanyian KJ.No. 4:1 “Hai mari sembah Yang Maha Besar, nyanyikanlah syukur dengan bergemar Perisai umatNya, Yang Maha Esa, Mulia namaNya takhtaNya megah
Roma 12:1 “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Ibadah Yang Sejati

Sekarang bukan waktunya untuk terlena, melainkan waktu untuk sadar dan berhati-hati. Saat ini adalah waktu bagi kita untuk mengalahkan dan menyelesaikan masalah kehidupan serta kegelisahan kita dengan bermodalkan iman kepada Tuhan Yesus. Kehidupan yang indah ini harus dijalani dalam langkah iman sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Tuhan kita melalui firmanNya. Oleh Roh Kudus kita dimampukan untuk tetap kuat melangkah menjalani hari-hari dalam kehidupan ini dan dalam menunggu kepenuhan harapan dan kebenaran. Oleh karena itu sesuai dengan tujuan dan kehendakNya melalui Yesus Kristus. Sebagai umat yang telah ditebus oleh darah Kristus sudah seharusnya kita mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, karena ini adalah langkah iman kita untuk merespons kasih dan pengorbananNya; mempersembahkan tubuh kita untuk dipakai sebagai senjata kebenaran dan hidup dipimpin oleh Roh Kudus, sebab "Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut."(Roma 8:2). Jika kebiasaan-kebiasaan manusia lama kita telah diubahkan menjadi kehidupan baru yang kudus, kita akan memiliki kehidupan yang sejati dalam kelimpahan oleh karena Kristus. Oleh Roh kudus kita dilahirkan kembali."Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.  Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa." (Roma 6:6-7). Dengan demikian "...kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru."(Roma 6:4). Ingatlah bahwa di dalam Kristus kita ini adalah ciptaan baru!
Selama kita masih hidup dalam daging dan menuruti segala keinginannya, kita belum layak disebut sebagai saksi-saksi, padahal Tuhan memanggil kita untuk menjadi terang dunia, yang menyinari setiap orang di sekitar kita; dan terang kita itu harus memancar serta bercahaya di tengah-tengah dunia yang gelap ini sehingga mereka pun melihat perbuatan-perbuatan baik kita dan memuliakan Bapa di Sorga. Jika perbuatan baik kita tidak bisa dilihat oleh orang lain, bagaimana kita bisa menjadi terang bagi mereka? Amin. Dilanjutkan dengan doa.

Bernyanyi KJ No. 4: 2 “Hai masyhurkanlah keagunganNya, cahaya terang itu jubahNya/ Gemuruh suaraNya di awan kelam; berjalanlah Dia di badai kencang……Dilanjutkan Doa Bapa Kami.(HBB)

Senin, 22 Oktober 2018
Nyanyian KJ. No. 220:1,  Yesus Kristus memerintah tak terbatas, tak terhingga: alam semesta sujud. Dunia patut memaklumkan:“Yesus Kristus itu Tuhan!” Bangsa-bangsa, bertelut!
Titus 2:12 “Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini”
Meninggalkan Kefasikan dan Hidup di dalam Ibadah

Dapatkah kita mengukur kasih Tuhan dalam kehidupan kita? Sungguh kita tidak akan mampu mengukur "...betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, (Efesus 3:18). Kasih terbesar Bapa dinyatakan ketika Ia memberikan Putera-Nya, Yesus Kristus, kepada dunia supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak mengalami kebinasaan kekal, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16). Begitu juga melalui kematian-Nya di atas kayu salib Yesus telah membuktikan betapa Ia sangat mengasihi umat-Nya hingga nyawa-Nya rela Dia serahkan."Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya."(Yohanes 15:13).
Jika kita sudah mengalami kasih Tuhan yang begitu luar biasa ini, tidakkah kita rindu membalas kasih-Nya? Banyak orang Kristen berkata mengasihi Tuhan, tapi apa buktinya? Mengasihi Tuhan tidak cukup hanya rajin beribadah atau rutin memberi persembahan untuk pekerjaan Tuhan. Alkitab menegaskan bahwa bukti kita mengasihi Tuhan adalah ketika "...kita menuruti perintah-perintah-Nya."(1 Yohanes 5:3). Menuruti perintah Tuhan berarti mampu bersikap tegas terhadap dosa, tidak berkompromi sedikit pun dengan segala hal yang bertentangan dengan firman Tuhan. Penegasan inilah yang disampaikan rasul Paulus kepada Titus bahwa bukti kita mengasihi Tuhan adalah "...meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi…”. Kita harus lebih taat kepada Tuhan dari apapun yang ada di dalam kehidupan ini. Ada banyak orangtua yang bersikap lunak dan cenderung membiarkan ketika melihat anak-anaknya melakukan dosa, seperti yang dilakukan oleh imam Eli. Ketika anak-anaknya melakukan kefasikan dan berbuat dursila ia tidak menegur keras dan tidak memarahi anaknya, sehingga akhirnya keluarga ini pun harus menanggung akibatnya. Rasa sayang kepada anak atau kepada orang lain bukan membiarkan orang tersebut melakukan segala tindakan apalagi yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Membiarkan seseorang hidup di dalam perbuatan dosa akan menjerumuskan mereka kepada kutuk atau hukuman selama-lamanya. Itu juga yang dikatakan oleh Amsal Salomo "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.”(Amsal 13:24). Selama kita masih berkompromi dengan dosa dan enggan meninggalkan segala kefasikan, itu tandanya kita belum mengasihi Tuhan! Amin Dilanjut dengan doa.

Bernyanyi KJ No. 220:2, Raja-raja yang perkasa dan segala yang berkuasa menagungkan namaNya; baik di sorga, baik di bumi kehendakNya dipenuhi; tiap mahluk menyembah! Dilanjutkan Doa Bapa Kami.(HBB)

Selasa, 23 Oktober 2018
Nyanyian KJ. No. 341:1, KuasaMu dan namaMulah hendak kami sebar dan kar’na itu,ya Tuhan, kami takkan gentar. Bagaikan padi segenggam mestilah mati dipendam, supaya tumbuh dan segar, di panas surya mekar berbuahlah. Tuaian pun besar.
1 Timotius 4: 7 - 8 “Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang
Latihlah Beribadah

Kesukaan Daud adalah berada di bait Tuhan karena di situlah ia menemukan, mengalami dan merasakan hadirat Tuhan. Inilah yang menjadi kerinduan dalam hidup Daud! "Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN;"(Mazmur 84:3). Ada banyak orang Kristen yang merasa tidak betah berada di bait Tuhan. Apa buktinya? Mereka tidak serius saat melakukan ibadah, bahkan tidak sedikit di antara mereka yang tampak main-main dan bersenda gurau atau mereka melakukan ibadah hanya sebatas aktivitas jasmaniah dan rutinitas, bukan didasari oleh kasih dan kerinduannya untuk berjumpa dengan Tuhan secara pribadi. "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."(Matius 15:8-9). Selama ibadah kita hanya sebatas rutinitas, tanpa disertai kasih dan kerinduan kepada Tuhan, kita takkan pernah merasakan dan mengalami manifestasi dari hadirat Tuhan.
Rasul Paulus menasihati, "Latihlah dirimu beribadah." (1 Timotius 4:7b). Mengapa? Karena "Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:8). Ayat ini berbicara tentang kedisiplinan rohani! Sering dijumpai orang-orang Kristen yang tidak disiplin rohani: berdoa, membaca Alkitab atau beribadah hanya dilakukan pada situasi dan kondisi tertentu. Ketika sedang menghadapi masalah dan pergumulan hidup yang berat mereka tampak bersemangat mengerjakan perkara-perkara rohani, tapi begitu keadaan sudah beres dan tampak normal, perkara-perkara rohani tidak lagi menjadi hal yang prioritas. Penting sekali untuk mendisiplinkan diri dalam hal-hal rohani, karena disiplin rohani itu sangat bermanfaat bagi kebugaran rohani kita. Jika kita sehat secara rohani, fondasi hidup kita pun akan semakin kuat; seberat apa pun badai kehidupan menerpa, kita akan tetap tegak berdiri dan tak tergoyahkan. Jadi untuk mengalami hadirat Tuhan secara permanen kita harus melatih diri dalam hal ibadah, dan itu butuh kedisiplinan tinggi. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah, tapi marilah semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat (Ibrani 10:25). Amen Dilanjutkan dengan doa.

Nyanyian KJ No. 341:2, Teladan sudah Kauberi deni deritaMu dan melalui salibMu Kaut’rima kuasaMu! Bagian kami tak lebih, seperti segenggam Benih, melintas kubri yang gelap, agar kelak ‘kan menetap BersamaMu di Firdaus gemerlap. Dilanjutkan Doa Bapa Kami.(HBB)
Rabu, 24 Oktobern2018
Nyanyian KJ No. 427:1, Kusuka menuturkan cerita mulia, cerita Tuhan Yesus dan cinta kasihNya, ku suka menuturkan cerita yang benar, penawar hati rindu pelipur terbesar. Ku suka menuturkan, ku suka memasyurkan, cerita Tuhan Yesus dan cinta kasihNya.
2 Tawarikh 30: 8 “Sekarang, janganlah tegar tengkuk seperti nenek moyangmu. Serahkanlah dirimu kepada Tuhan dan datanglah ke tempat kudus yang telah dikuduskanNya untuk selama-lamanya, serta beribadahlah kepada Tuhan Allahmu supaya murkaNya yang menyala-nyala undur dari padamu”
Beribadah kepada Tuhan
Banyak orang merasa masa depan itu sangat gelap. Akibatnya ia cemas dan takut berkepanjangan dan yakin hidupnya tidak berarti. Saya berdoa supaya kita jangan sampai dikuasai perasaan seperti itu. Tetapi, kalau diantara saudara ada yang dikuasai keadaan seperti itu, saudara perlu memperbaharui pemahaman saudara tentang Tuhan dan rancangan-Nya yg ajaib! Hidup dengan penyerahan kepada Tuhan dan konsisten hidup di dalam panggilanNya akan membuat setiap ambisi dan keinginan luhur saudara semakin pasti dan akhirnya menimbulkan sejahtera. Sebab siapakah yang menciptakan waktu dan siapakah yang mendominasi waktu? Tuhanlah yang punya waktu! Oleh sebab kita harus senantiasa berkata kepada Dia yang empunya segala sesuatu, “waktuku untuk Tuhan dan di setiap waktu aku akan terus memuliakan nama Tuhan!”,Artinya, dalam perjuangan kita setiap waktu di dunia, kita terus mengagungkan Tuhan Sang pemberi waktu. Tuhan memberi kita waktu 24 jam satu hari atau 168 jam satu minggu. Sekarang mari kita bersikap jujur, berapa lamakah waktu yang saudara kembalikan kepada Tuhan sang pemberi waktu itu? Apakah hanya dua jam dalam satu minggu atau hanya lima menit dalam satu hari? Ah, jikalau demikian halnya, keterlaluan juga! Saudara habiskan waktu dengan berbagai macam aktivitas, sementara Tuhan saudara lupakan.
Raja Hizkia menyadari makna kehadiran TUHAN di dalam kehidupannya. Ia pun menyadari TUHAN sebagai sumber pekerjaan dan sumber segala yang ia miliki. Hizikia pun memahami bahwa untuk membuatnya berhasil mejalankan tugas-tugas hanyalah dengan memuliakan TUHAN di hari pertama ia dilantik sebagai raja.  Raja Hizkia menghargai waktu yang TUHAN berikan dengan mengingat dan mengutamakan TUHAN yang memberi waktu. Sebagai orang yang mengenal TUHAN, seyogyanya setiap kita mengikuti keteladanan yang ditunjukkan Hizikia. Menyadari TUHAN sebagai pemberi waktu seharusnya mampu memotivasi setiap kita untuk memuliakan Tuhan Yesus dengan mengingatNya di setiap waktu. Mengisi waktu dengan hal-hal yang berguna merupakan sebuah keharusan. Tuhan Yesus berkata: “hanya satu yang perlu!”, Ungkapan tersebut merupakan sebuah janji yang tersirat tentang betapa bermaknanya hidup yang mensyukuri perbuatan TUHAN dengan mengisi setiap waktu sambil terus mencari wajah-Nya. Sudahkah anda mengisi waktu sambil memuliakan Tuhan? Amin, Dilanjutkan dengan doa.

Bernyanyi KJ. No. 427: 3, Ku suka menuturkan cerita mulia, setiap kuulangi bertambah manisnya. Ku suka menuturkan sabdaNya yang besar; dan yang belum percaya supaya mendengar. Ku suka menuturkan, ku suka memasyurkan cerita Tuhan Yesus dan cinta kasihNya . Dilanjutkan Doa Bapa Kami. (HBB)
Rabu, 24 Oktobern2018
Nyanyian KJ No. 250a:1, Allahmu benteng yang teguh, perisai dan senjata; betapa pun sengsaramu, pertolonganNya nyata! Si jahat yang geram berniat ‘kan menang; Ngeri kuasanya dan tipu dayanya di bumi tak bertara.
Yohanes 4:23 - 24 “Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran, sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran”
Menyembah dalam Roh dan Kebenaran

Penyembahan adalah ungkapan penghormatan atas kebesaran, keagungan dan kekudusan Tuhan. Kita perlu menghormati hadirat Tuhan dengan jalan menyembah-Nya bukan lewat kata-kata saja, tetapi juga melalui sikap tubuh kita: bersujud, tersungkur, berlutut sebagai tanda merendahkan diri dan ketidaklayakan kita di hadapan-Nya. Penyembahan adalah bentuk pujian yang tertinggi! Secara umum kita bergerak mulai dari puji-pujian dan kemudian menuju kepada penyembahan. Kata penyembahan berasal dari kata Inggris kuno worship, bermakna: meninggikan kelayakan dan untuk memberikan tanggapan yang benar kepada yang layak mendapatkannya. Ketika seseorang dipenuhi oleh hadirat dan kemuliaan Tuhan, secara spontan ia akan berlutut dan sujud menyembah di hadapan Tuhan. Ini adalah tanda dari rasa hormat Jatuh tersungkur di hadapan seseorang tanda penghormatan yang paling dalam.
Namun perlu diperhatikan, pada waktu menyembah Tuhan jangan melakukannya hanya karena kebiasaan atau suatu kewajiban saja sebab kalau kita hanya sekedar menyembah dengan kata-kata yang dihafalkan, atau asal bunyi, maka penyembahan kita tidak akan berkenan kepada Tuhan dan tidak mendatangkan faedah apa-apa. Apalagi kalau kita sendiri tidak hidup dalam kebenaran dan kekudusan, Tuhan justru akan memalingkan wajah-Nya saat mendengar penyembahan kita. Itulah juga yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi Amos “Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan AKu tidak senang kepada perkumpulan rayamu” (Amos 5:21). Penyembahan kepada Tuhan haruslah benar, karena Tuhan tahu apa yang ada di dalam hati kita. Penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." Menyembah Tuhan dalam roh hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang sudah mengalami kelahiran baru yaitu mereka yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan kemudian bertobat. Menyembah dalam kebenaran artinya kristus adalah kebenaran itu sendiri, yang dimaknai bahwa penyembahan hanya ditujukan kepada Kristus, dan sesuai dengan kehendak-Nya, bukan menurut kehendak sendiri. "Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi!"Mazmur 96:9 Amin Dilanjutkan dengan doa.
Bernyanyi KJ. No. 250a:4, FirmanNya pertahankan t’rus dan puji hanya Dia. Dengan kuasa Roh Kudus, Ia di pihak kita. Kendati hidupmu diambil seteru, pun harta dan benda, akhirnya kitalah yang punya Kerajaan! Dilanjutkan Doa Bapa Kami.(HBB)
Jumat, 26 Oktober 2018
Nyanyian KJ. No. 460:1, Jika jiwaku berdoa kepadaMu, Tuhanku, ajar aku t’rima saja pemberian tanganMu dan mengaku, s’perti Yesus di depan sengsaraNya: Jangan kehendakku, Bapa, kehendakMu jadilah.
Lukas 4: 8b “Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti”.
Hanya Menyembah kepada Tuhan bukan yang lain

Selama hidup di dunia ini kita akan terus diperhadapkan pada ujian dan pencobaan karena dunia di mana kita tinggal ini telah dikuasai oleh dosa, dan sudah sangat jelas bahwa sifat-sifat dosa itu sangat bertentangan dengan kehendak Tuhan. Itulah sebabnya setiap orang yang percaya harus terus berjuang melawan pencobaan dan godaan yang dipanahkan Iblis. Memang tidak mudah menang melawan pencobaan-pencobaan yang menyerang kita, apalagi tubuh kita ini lemah, seperti dikatakan di dalam Firman Tuhan "...roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41). Bagaimana supaya kita bisa menang melawan pencobaan dari Iblis? Cara terbaik adalah harus melekat pada Tuhan dan senantiasa tinggal di dalam firmanNya. Tuhan Yesus telah meninggalkan teladan yang luar biasa bagaimana melawan pencobaan. Ketika sedang dicobai Iblis, tak henti-hentinya Yesus menggunakan firman Allah sebagai pedang Roh untuk mematahkan setiap tipu muslihat Iblis. Sebagaimana tertulis, selama empat puluh hari Yesus berpuasa di padang gurun, di mana kesempatan ini tidak disia-siakan Iblis untuk mencobai Dia. Tiga kali Iblis berusaha untuk melemahkan Yesus dengan harapan Dia gagal menggenapi rencana Bapa dalam hidupNya, agar Dia berbalik dari jalan yang sudah ditentukan oleh BapaNya. Tiga kali pula Yesus membalas serangan Iblis itu dengan memperkatakan firman Tuhan, "Ada tertulis..."Dan akhirnya Yesus menang! Yesus saja sebagai Anak Tuhan tetap dicobai oleh iblis, apalagi kita. Yesus tetap melekat kepada BapaNya dan memakai Firman yang Berkuasa untuk mengalahkan segala tipu daya iblis. Firman itu hidup dan berkuasa karena itu adalah perkataan Allah sendiri! Kuasa itu semakin nyata bila kita memperkatakan firman itu dengan iman. Karena itu, jauhkanlah sikap malas membaca Alkitab? Buang juga dari hidup kita sikap yang tidak mempercayai kuasa Firman Tuhan. Memang betul, Firman itu ibarat tulisan atau kesaksian orang-orang percaya, tetapi Firman yang dituliskan tersebut memiliki kuasa yang besar untuk mengubah hidup kita, memperkuat iman kita menghadapi berbagai tantangan dan cobaan di dalam kehidupan ini. Sebesar apa pun pencobaan yang menyerang kita, sepatah kata dari firman Tuhan yang kita ucapkan dengan iman akan sanggup mengalahkannya. Karena itu, carilah senantiasa Tuhan dan FirmanNya, selagi DIa masih berkenan untuk ditemui. Ada saatnya, Tuhan tidak berkenan untuk dijumpai, apalagi bagi orang-orang yang sudah menyimpang dari jalan Tuhan.Amin Dilanjutkan dengan doa.

Bernyanyi KJ. No. 460:2, Apa juga yang Kautimbang baik untuk hidupku, biar aku pun setuju dengan maksud hikmatMu, menghayati dan percaya, walau hatiku lemah: Jangan kehendakku, Bapa, kehendakMu jadilah. Dilanjutkan Doa Bapa Kami.(HBB)

Sabtu, 27 Oktober 2018
Nyanyian KJ. No. 408:1, Di jalanku ‘ku diiring oleh Yesus Tuhanku. Apakah yang kurang lagi, jika Dia Panduku? Diberi damai sorgawi, asal imanku teguh.Suka-duka dipakaiNya untuk kebaikanku;(2x)
Ulangan 10: 12 “Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan daripadamu oleh Tuhan Allahmu, selain dari takut akan Tuhan Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkanNya mengasihi Dia, beribadah kepada Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu”
Takut Kepada Tuhan

Adakah di antara kita yang tidak pernah megecap kebaikan Tuhan? Pastilah tak seorang pun di dunia ini yang tidak pernah mengalami dan merasakan kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Daud juga mengakuinya,"Engkau Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau!"(Mazmur 16:2). Sungguh,"Tuhan itu baik kepada semua orang," (Mazmur 145:9a). Apa yang dialami bangsa Israel menjadi contoh nyata betapa Tuhan itu baik! Saat berjalan keluar meninggalkan negeri perbudakan (Mesir), tak sekali pun dibiarkanNya bangsa itu berjalan sendirian, Tuhan senantiasa menuntun dan menyertai mereka. Ketika mereka harus melewati padang gurun "Tuhan berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam.. Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu."(Keluaran 13:21-22). Kebaikan Tuhan tidak hanya sampai di situ, perihal makanan jasmani pun dicukupinya. "Orang Israel makan manna empat puluh tahun lamanya,..."(Keluaran 16:35)..
Meski telah mengecap kebaikan Tuhan secara luar biasa, bangsa Israel masih sulit mengucap syukur. Pandangan mereka hanya terarah pada roti (berkat) atau perkara-perkara lahiriah saja. Ketika mengalami masalah sedikit saja mereka langsung memberontak kepada Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan membawa mereka ke padang gurun untuk proses pendewasaan. 40 tahun, umat Tuhan berkeliling di Padang Gurun. Bukannya Tuhan bermaksud jahat atas bangsa ini, tetapi Tuhan hendak mengajar supaya mereka sadar bahwa kehidupan ini bukan hanya urusan perut atau makan minum melulu, tapi ada perkara rohani yang harus diperhatikan karena itu jauh lebih penting, yaitu bagaimana hubungan kita dengan Tuhan dan ketaatan kita melakukan firmanNya. Kadang Tuhan mengijinkan kesulitan dengan segala bentuknya dalam kehidupan kita sebagai bentuk disiplin. Juga melalui setiap kesulitan yang Tuhan ijinkan hadir dalam hidup kita, Dia ingin melatih kita untuk benar-benar bergantung kepadaNya saja. Keinginan Tuhan dari kita tidaklah muluk-muluk atau berlebihan. Takut menghendaki dari kita adalah bersikap takut kepada Tuhan. Takut kepada Tuhan melahirkan sikap cinta atau hormat kepada Tuhan. Amin. Dilanjutkan dengan doa.

Bernyanyi KJ. No. 408:2, Di jalanku yang berliku dihiburNya hatiku; bila tiba pencobaan dikuatkan imanku. Jika aku kehausan dan langkahku tak tetap, dari cadas didepanku datang air yang sedap (2X). Dilanjutkan Doa Bapa Kami. (HBB)
Minggu, 28 Oktober 2018 Ev. Yesaya 58: 4 - 12
Nyanyian KJ No. 450:1, Hidup kita yang benar haruslah mengucap syukur, dalam Kristus bergemar, janganlah tekebur; Dalam susah pun senang, dalam segala hal, aku bermazmur dan ucap syukur, itu kehendakNya
Yesaya 58: 6 “Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk”
Jemaat yang Berdiakonia
Pada tahun 1963, ketika melakukan protes dengan melakukan pawai damai di Washington, DC, Martin Luther King, Jr. menyampaikan pidatonya yang kini terkenal dengan judul I Have a Dream [Saya Memiliki Sebuah Mimpi]. Dalam pidatonya tersebut, ia dengan lantang meminta agar kebebasan dikumandangkan dari setiap puncak gunung di seluruh pelosok negeri. Harga yang harus ditanggungnya secara pribadi dan mereka yang bergabung dengan gerakan protes damainya memang sangat mahal, tetapi perubahan yang nyata segera dimulai. Allah menggunakan pidato tersebut untuk membangkitkan nurani bangsa Amerika Serikat agar membela kebebasan mereka yang tertekan dan tertindas. Pada abad 8 SM, di tengah-tengah ketidakadilan pribadi dan nasional yang terjadi, Nabi Yesaya dipakai Allah untuk membangkitkan hati nurani umat-Nya. Kenyamanan rohani telah membuat mereka melakukan kekerasan dan menjadi tidak peka terhadap sesama manusia. Umat Allah menekan orang miskin dan menggantikan hidup dalam kebenaran yang sejati dengan praktik keagamaan yang kosong (ayat 1-5). Allah lalu mendakwa mereka dan merumuskan suatu kehidupan rohani yang bisa diwujudkan dengan berbalik kepada Allah dalam pertobatan sejati dan dengan membuka belenggu orang-orang (ayat 6-12). Seperti Yesaya, kita telah diutus untuk mengumandangkan kebebasan. Dengan kuasa Roh Kudus, kita harus menyerukan bahwa para tawanan dapat dilepaskan, bahwa orang-orang yang tertindas dapat dibebaskan dari para penjajah mereka, dan bahwa masa kemurahan hati Allah telah tiba. Berpuasa adalah hal yang rutin dilaksanakan oleh umat Tuhan. Namun berpuasa sering dikaitkan dengan tidak makan atau tidak minum dalam kurun waktu tertentu. Walaupun umat Tuhan sering melakukan puasa tetapi perbuatan mereka masih penuh dengan kejahatan, penuh dengan sikap-sikap yang jauh dari kehendak Tuhan. Betapa Tuhan berang ketika umat-Nya menjalankan puasa hanya sebagai ritual belaka, dan menuntut Tuhan menjawab doa karena mereka merasa sudah melakukan kewajiban yang diminta (ayat 1-3). Kelihatannya saja mereka mencari dan merendahkan diri di hadapan Tuhan, tetapi sehari-harinya, mereka tidak takut melakukan apa yang jahat, seolah-olah Tuhan tidak ada. Puasa yang benar adalah bila kita tampil melakukan kehendak Tuhan dan menentang segala kelaliman. Melepaskan segala kuk yang membebani kehidupan dunia ini dengan sikap kita yang mau berbagi, solider, dan juga memperhatikan kehidupan orang lain. Amin. Dilanjut dengan doa.
Bernyanyi KJ No. 450:3, Apa arti hidupmu, bukankah ungkapan syukur, kar’na Kristus penebus berkorban bagimu. Reff…Dalam susah pun senang….Dilanjutkan Doa Bapa Kami. (HBB)

Senin, 29 Oktober 2018
Nyanyian KJ No. 412:1, Tuntun aku, Tuhan Allah, lewat gurun dunia. Kau perkasa dan setia; bimbing aku yang lemah. Roti sorga, Roti sorga, puaskanlah jiwaku, puaskanlah jiwaku.
Kisah Para Rasul 20:35 “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan : Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima”
Bahagia Memberi daripada Menerima

Sudah menjadi sifat alamiah manusia jika maunya hanya menerima atau mendapat, tetapi tidak mau kehilangan atau memberi. Kita berpikir bahwa semakin berhemat untuk diri sendiri, ditambah dengan menerima dari lain, maka kita akan semakin bertambah-tambah dan berkelimpahan. Justru prinsip seperti itu sangat bertentangan dengan prinsip Firman Tuhan. Firman mengatakan “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima”. Sebagai contoh, ketika melayani sebagai gembala Church of the Saviour di Washington, DC, Gordon Cosby bercerita tentang seorang janda yang pendapatannya hampir-hampir tidak cukup untuk menyediakan makanan dan pakaian bagi keenam anaknya. Namun setiap minggu, janda itu dengan setia memberikan persembahan sebesar $4 (hampir Rp. 40.000). Seorang diaken mengusulkan kepada Cosby agar menasihati janda itu untuk memakai uangnya guna memenuhi kebutuhan keluarga. Cosby mengikuti usul itu, tetapi kemudian menyesalinya.“Engkau berusaha merampas hal terakhir yang memberi martabat dan makna hidup bagiku,”kata si janda. Janda itu memahami kunci dari memberi:
Memberi adalah penyeimbang yang tepat untuk kata “menerima”, hanya saja prakteknya terkadang lebih alot dari sekedar menerima. Mengapa demikian? Ketika kita memberi, kita merasa pundi-pundi kita bertambah, kita pasti senang. Sebaliknya, saat kita memberi, kita terkadang merasa ada yang hilang atau berkurang dari pihak kita. Selain itu, memberi seringkali menuntut kita untuk mengorbankan sesuatu, entah itu tenaga, waktu, pikiran, uang, dll. Jadi tidak heran, jika lebih banyak orang yang lebih suka menerima dari pada memberi. Kebutuhan untuk memberi sebenarnya sama penting dengan kebutuhannya untuk menerima. Sikap memberi mengingatkan kita bahwa kita hidup oleh kasih karunia Allah, sama seperti burung dan bunga. Makhluk-makhluk itu tidak khawatir tentang masa depannya; begitu pula seharusnya kita. Dengan memberi, kita mendapat kesempatan untuk menyatakan keyakinan kita bahwa Allah akan memelihara kita sebagaimana Dia memelihara burung pipit dan bunga bakung (Mat. 6:25-34). Di saat duniamengejar kenyamanan, ketenaran, justru Paulus memilih jalan yang tidak mudah yakni memberikan segala yang ada padanya untuk melayani Tuhan.
Amin. Dilanjut dengan doa

Bernyanyi KJ No. 412:2, Buka sumber Air Hidup, penyembuhan jiwaku, dan berjalanlah di muka dengan tiang awanMu. Jurus’lamat, Jurus’lamat, Kau Perisai hidupku, Kau Perisai hidupku. .Dilanjutkan Doa Bapa Kami. (HBB)
Selasa, 30 Oktober 2018
Nyanyian KJ No. 38:1, T’lah kutemukan dasar kuat, tempat berpaut jangkarku, Kekal ya Bapa Kau membuat PutraMu Dasar yang teguh; biarpun dunia lenyap, pegangan hidupku tetap.
Roma 12:13 “Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberi tumpangan”
Tuhan yang berdaulat

Tanda dari seseorang yang telah lahir baru (manusia baru) adalah memiliki kasih. Seseorang yang tidak mempunyai kasih, sebenarnya dia belum manusia baru. Yang menjadi pertanyaan: sudahkah kita menjadi orang Kristen yang penuh dengan kasih? Ini perlu ditanyakan karena kekristenan tidak dapat dipisahkan dari kasih. Alkitab dengan jelas menyatakan:"Jikalau seorang berkata: 'Aku mengasihi Allah,' dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya." (1 Yohanes 4:20). Mengasihi orang lain atau sesama kita adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya. Karena itu kita tidak boleh mengabaikan hal ini, sebab mengasihi orang lain juga merupakan balasan kasih yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Kasih itu bersifat aktif, artinya mendahului, bukan menunggu atau membalas. Kebanyakan dari kita baru mau mengasihi setelah dikasihi, baru mau memberi setelah diberi.
Untuk melakukan kasih sesungguhnya tidak perlu menunggu kaya atau jadi orang hebat dahulu. Karena ukuran melakukan kasih bukan semata-mata melalui materi, tetapi bisa dilakukan dengan banyak hal di dalam kehidupan ini, misalnya menyapa orang lain dengan senyum, mengunjungi orang sakit, atau memberikan tumpangan kepada orang lain seperti yang dikatakan di dalam perikope hari ini. Bukti kasih terhadap sesama harus diwujudkan di dalam tindakan nyata, bukan hanya slogan. Kasih berarti memberi, ketika kita rela melepaskan apa yang ada di tangan kita. Memberikan tumpangan merupakan bentuk kebaikan yang wajar pada masa itu, karena pada masa itu belum ada hotel atau losmen. Para Hamba Tuhan harus melayani dari satu tempat ke tempat yang lain, terkadang harus bermalam atau berhari-hari. Karena itu, tumpangan menjadi hal yang sangat penting untuk menunjang pelayanan mereka. Hari-hari ini, banyak orang sudah takut memberikan tumpangan apalagi kepada orang yang tidak dikenal. Karena ada saja orang yang berniat melakukan kejahatan. Wajarlah kita perlu berhati-hati untuk melakukan kasih terutama memberikan tumpangan. Tetapi tidak lantas, hati kita tertutup untuk semua orang bukan!Jangan pula karena perasaan takut yang berlebihan atau terlalu berjaga-jaga sehingga perbuatan kasih tidak ada lagi. Tentu kita bisa memilah-milah atau menseleksi orang dapat tinggal atau menumpang, terlebih mereka-mereka yang melakukan pekerjaan Tuhan.Amin. Dilanjut dengan Doa

Bernyanyi KJ No. 38:3, Itulah rahmat yang abadi, yang melampaui akalku; Tuhan, Kaurangkul dalam kasih pedosa yang menjauhiMu. HatiMu iba tergerak mencari aku yang sesat...Dilanjutkan Doa Bapa Kami. (HBB)

Rabu, 31 Oktober 2018
Nyanyian KJ No. 438:1, Apapun juga menimpamu, Tuhan menjagamu. Naungan kasihNya pelindungmu, Tuhan menjagamu. Tuhan menjagamu, waktu tenang atau tegang, Ia menjagamu Tuhan menjagamu.
Imamat 23:22 “Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kau sabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu, semuanya itu harus kau tinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing, Akulah Tuhan Allahmu”
Sebahagian yang kita miliki adalah Milik orang lain
Hampir semua suku di Indonesia meng gelar acara ucapan syukur pada saat musim panen. Karena, musim me nuai adalah musim dimana kita men dapatkan hasil dari jerih lelah kita sela ma beberapa bulan. Perayaan dan syu kuran musim panen ini juga diperingati oleh warga India Tamil di berbagai ne gara termasuk di Indonesia yang disebut sebagai Hari Raya Pongal. Perayaan Pongal dianggap seba gai hari syukuran kepada Tuhan yang telah memberi berkat-Nya, yaitu mem peroleh makanan dan air yang cukup, tempat tinggal yang layak dan keluarga yang bahagia serta membantu mengerat kan hubungan kekeluargaan di antara sesama anggota keluarga. Pongal, dalam bahasa Tamil berarti me limpah ruah. Jika dikaitkan dengan Alkitab, festival ini dimaknai sebagai festival panen yang dituliskan dalam kitab Keluaran dan Ulangan. Di su ku Batak Toba ada namanya pesta gotilon (pesta panen). Upacara atau perayaan-perayaan seperti ini haruslah tetap dipelihara di dalam kehidupan ini. Karena acara-acara seperti ini juga sangat sarat dengan nilai-nilai yang membuat kita mengerti betapa pentingnya mengucap syukur atas berkat-Nya kepada kita. Semua yang kita dapatkan di dalam kehidupan ini adalah semata-mata kasih dan anugerah dari Tuhan. Yang kedua, hasil panen adalah saat untuk berbagi kepada orang lain, terutama orang-orang miskin. Firman Tuhan dalam Ulangan 24 : 19 menu liskan “Apabila engkau menuai di la dangmu, lalu terlupa seberkas di ladang, maka janganlah engkau kembali untuk mengambilnya; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda--supaya TUHAN, Allahmu, memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu.”Ketika merasakan hadirat Tuhan dan hadirat Tuhan bekerja dalam kehidupan kita, yang pertama harus kita lakukan adalah datang ke rumah Tuhan dan berikanlah sebagian hasil panenmu yang terbaik ke rumah Tuhan. Mengingat Tuhan dan memberikan yang terbaik kepada Tuhan adalah hal yang terutama. kedua rajinlah bekerja dan jangan jadi umat pemalas. Tuhan tidak suka kepada orang yang tidak mau bekerja. Terlepas seperti apa hasilnya, yang pasti bekerjalah selama masih siang, karena kalau hari-hari telah berlalu maka semua akan selesai. Yang ketiga adalah berbagi dengan warga masyarakat yang kekurangan atau masyarakat miskin yang masih mem butuhkan pertolongan. Sikap berbagi adalah menunjukkan bahwa apa yang kita miliki dan dapatkan terdapat milik orang lain di sana. Amin. Dilanjutkan dengan Doa

Bernyanyi KJ No. 438 :3, DipeliharaNya hidupmu Tuhan menjagamu; dan didengarkanNya doamu, Tuhan menjagamu. Tuhan menjagamu, waktu tenang atau tegang, Ia menjagamu Tuhan menjagamu….Dilanjutkan Doa Bapa Kami. (HBB)
Kamis, 1 November 2018
Nyanyian KJ No. 363:1, Bagi Yesus kuserahkan hidupku seluruhnya, hati dan perbuatanku, pun waktuku milikNya; Bagi Yesus semuanya pun waktuku milikNya, Bagi Yesus semuanya, pun waktuku milikNya
Galatia 6:2 “Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus”
Apa Susahnya Saling Tolong Menolong

Berbuat baik seperti orang menabur benih. Pada saatnya ia akan menuai, tidak akan hilang. Suatu saat ia akan mendapatkannya kembali asal tidak jemu-jemu melakukannya. Memang saat menabur kita tidak langsung menuai, semua ada waktunya. Kalau tidak menuai semasa hidup, kita akan mendapatkannya nanti di sorga. Ingat, keturunan kita pun juga akan menuai dari apa yang telah kita perbuat bagi sesama. Karena itu selama masih hidup di dunia ini banyak-banyaklah berbuat baik. Siapa yang perlu kita tolong? Kita perlu menolong orang lain tanpa melihat warna kulit, keturunan, pendidikan, agama dan latar belakang hidupnya. Tanpa juga melihat apakah orang yang kita tolong itu akan membalas balik perbuatan baik kita atau tidak. Namun Alkitab dengan tegas menasihatkan bahwa yang perlu kita tolong terlebih dahulu adalah saudara seiman: "Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman." (Galatia 6:10). Mengapa Paulus mengatakan berbuat baik terutama kepada kawan-kawan seiman terlebih dahulu? Memang semua harus dimulai dari lingkungan sendiri setelah itu kepada yang lain. Jangan pula berbuat baik kepada orang lain tetapi kepada orang-orang di sekitar kita terlebih yang seiman dengan kita tidak melakukan apa-apa. Itu sama dengan rumah orang lain dibereskan tetapi rumah sendiri berantakan.
Ada banyak orang saat ini yang bingung untuk menghabiskan hartanya, namun sebaliknya ada juga yang rakus dan melakukan tindakan korupsi demi untuk memperkaya diri sendiri. Manusia semakin dipacu seperti gasing untuk mencari sesuatu demi menghidupi keluarga dan diri sendiri. Kehidupan jadi terasa kering dan berlangsung seperti mesin dan akhirnya menimbulkan banyak persoalan kemanusiaan. Nilai kemanusiaan seseorang kini ditentukan oleh berapa banyak uang yang ia miliki dan seberapa hebat posisinya di lingkungan masyakarat. Label duniawi ini semakin menjadikan manusia lupa kepada Sang Pencipta. Lupa mengucap syukur dan lupa kalau dimuka bumi ini ada orang lain juga yang tinggal dan hidup bersama-sama. Rasul Paulus mengingatkan kita untuk saling bertolong-tolonganlah dalam menanggung beban. Memaknai kalimat bertolong-tolonganlah bukanlah dalam kerangka melakukan tindakan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Bertolong-tolonglah adalah prinsip hidup yang mendatangkan kebaikan, keadilan dan kebenaran. Amin. Dilanjut dengan doa.

Bernyanyi KJ No. 363:3, Ya Sejak kupandang Yesus kutinggalkan dosaku, pada Dia ku terpaut Dia JuruSlamatku, Bagi Yesus semuanya, Dia Juru Slamatku, Bagi Yesus semuanya Dia Juru Slamatku. Dilanjutkan Doa Bapa Kami. (HBB)

Jumat, 2 November 2018
Nyanyian KJ No. 362:1, Aku milikMu Yesus Tuhanku, ku dengar suaraMu, ku merindukan datang mendekat dan diraih olehMu. Raih daku dan dekatkanlah pada kaki salibMu, raih daku, raih dan dekatkanlah ke sisiMu Tuhanku.
Ibrani 13:16 “ Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah”.
Ingat Tuhan, Ingat Menolong

Banyak orang bermimpi menjadi filantropi. Filantropi berasal dari dua kata Yunani, 'philein' berarti cinta dan 'anthropos' yang berarti manusia. Filantropi adalah tindakan seseorang yang mencintai sesama manusia, sehingga menyumbangkan waktu, uang dan tenaganya untuk menolong orang lain. Biasanya, filantropi seorang kaya raya yang sering menyumbang untuk mereka yang miskin. Tokoh filantropi terkenal dari Amerika adalah Bill Gates. Pada tahun 2007 saja, Bill Gates tercatat memberikan sumbangan untuk amal sebanyak US$.28 Milyar. Sebuah angka yang tidak sedikit. Dari Indonesia, kita kenal Dato Sri Prof. Dr. Tahir. Lembaga Kantor Berita Antara menganugerahkan Tokoh Filantropi 2014 kepadanya atas kedermawanannya. Sebenarnya, Allah tidak menuntut kita untuk menjadi filantropi, meskipun itu baik. Menjadi orang hebat atau kaya terlebih dahulu baru pun melakukan sesuatu di dalam hidup ini bisa sangat lama, sedangkan hidup ini terus berjalan di dalam kesudahannya. Allah meminta kita mengasihi Tuhan dan sesama di setiap saat tanpa memandang seperti apa situasi dan keadaan yang kita miliki. Itulah perbedaan filantropi dan orang Kristen. Seorang filantropi memberi dari kelimpahannya, tetapi seseorang yang mengasihi Allah dan sesama tetap dapat memberi sekalipun dari kekurangannya. Di sinilah kekayaan makna panggilan dan pengutusan kita sebagai orang percaya. Bukan dari kelebihan kita bisa berbuat sesuatu, tetapi dari segala kekurangan pun kita bisa melakukan sesuatu di dalam kehidupan ini.
Memberi dari kelimpahan itu mudah, tetapi tidak demikian dari kekurangan. Ketika kita memberi dari kekurangan, memang sakit, tetapi mendatangkan sukacita dan ucapan syukur kepada Allah dari orang lain. Penghiburan bagi kita yang memberi dari kekurangan seperti kata Tuhan Yesus tentang persembahan janda miskin adalah: kita memberi lebih banyak daripada mereka yang memberi dari kelimpahan (Lukas 21: 3, 4). Bukankah ini hebat dan luar biasa? Dengan kata lain, di mata pemilik jagad semesta ini, kita jauh lebih kaya dan jauh lebih dermawan dari seorang filantropi ternama manapun, bila kita memberi dari kekurangan kita. Upahnya, "Berilah dan kamu akan diberi... Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu" (Lukas 6: 38). Apapun pemberian atau bantuan kita, itulah tanda korban yang berkenan kepada Tuhan. Korban seperti itulah yang menyadari tentang apapun yang dimiliki sepenuhnya berasal dari Tuhan dan milik Tuhan. Amin. Dilanjut dengan doa.

Bernyanyi KJ No. 362:2, Aku hambaMu, Kau sucikanlah oleh kasih kurnia, hingga jiwaku memegang teguh kehendakMu yang mulia. Reff. Raih daku dan…... .Dilanjutkan Doa Bapa Kami. (HBB)

Sabtu, 3 November 2018
Nyanyian KJ No. 49 : 1, Firman Allah jayalah sampai ujung dunia, kita pun dipanggilnya untuk hidup yang baka.
2 Korintus 9 : 12 “Sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah”
.Melimpah Dengan Ucapan Syukur

Memiliki kasih dan suka memberi adalah karakter yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya. Jika ada orang Kristen yang tidak punya kasih, pelit dan tidak suka memberi berarti belum melakukan kehendak Tuhan, padahal firmanNya jelas menyatakan, "Berilah dan kamu akan diberi:  suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."(Lukas 6:38). Orang Kristen yang tidak punya kasih dan tidak pernah memberi kepada orang lain tak ada bedanya dengan keberadaan Laut Mati. Laut Mati adalah danau atau laut yang airnya tidak dapat diminum karena telah terkontaminasi dan berbau busuk. Kandungan garam di Laut Mati sangat tinggi dan bisa dikatakan bahwa Laut Mati adalah salah satu lingkungan yang paling tidak ramah di dunia. Ikan-ikan tidak dapat bertahan hidup di sana. Secara geografis Laut Mati dialiri oleh sungai Yordan yang bermuara ke laut ini, namun tidak seperti danau lain, Laut Mati tidak memiliki saluran ke luar; laut ini hanya terus menampung air sungai sehingga semua air segar yang mengalir ke dalamnya lambat laun menjadi busuk. Itulah gambaran yang tepat mengenai orang yang hidup mementingkan diri sendiri; orang yang selalu mengharapkan untuk diberi tetapi tidak suka memberi. Bila kita hanya suka menerima, selalu mengambil tetapi tidak pernah memberi, lama-kelamaan kehidupan kita akan berbau busuk: masam, egois, tidak menyenangkan dan selalu berpikiran negatif terhadap orang lain. Itu adalah dampak dari tidak adanya hal yang mengalir keluar dari dirinya.
Dunia berprinsip bahwa untuk menjadi kaya atau cara memperoleh harta adalah dengan menghemat sedemikian rupa, kalau perlu sulit untuk memberi. Memang bisa saja kaya secara harta tetapi miskin secara hati. Apakah kaya secara harta bisa mendatangkan sukacita besar atau kebahagian yang luar biasa? Jawabanya pasti tidak. Justru orang yang tidak memiliki harta berlimpah tetapi hatinya berlimpah memiliki sukacita dan kebahagian yang berkelimpahan. Orang yang mampu memberi berarti dia-lah yang kaya karena dia bisa memberi. Prinsip firman Tuhan orang yang diberkati adalah orang yang menyebar dan menabur hartanya. Tertulis: "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan."(Amsal 11:24) dan "Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga."(2 Korintus 9:6). Tuhan menciptakan kita untuk menjadi seperti sungai yang terus-menerus mengalir.Amin. Dilanjut dengan doa.

Bernyanyi KJ No. 49 : 5, Firman hidup yang kudus, berkuasalah terus, hingga dunia yang gelap lihat fajar gemerlap.  Dilanjutkan Doa Bapa Kami. (HBB)

Minggu, 4 November 2018 Ev.2 Timotius 1:6 -12
Nyanyian KJ No. 450:1, Hidup kita yang benar haruslah mengucap syukur, dalam Kristus bergemar, janganlah tekebur; Dalam susah pun senang, dalam segala hal, aku bermazmur dan ucap syukur, itu kehendakNya
2 Timotius 1: 6 “Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu”
Kobarkanlah Karunia Allah Yang Ada Padamu

Masih perlukah untuk memberitakan Injil? Demikian pertanyaan yang dikemukakan dalam salah satu diskusi di FB (facebook). Memang beragam yang memberikan komentar dan jawaban. Hampir kebanyakan mengatakan masih perlu dan harus tetap dipahami sebagai hal yang penting. Namun, ada salah satu komentar yang menarik mengatakan bahwa penginjilan kepada gereja mungkin lebih diperlukan saat ini. Wah...seperti Jeruk makan jeruk. Itu memang pertanyaan yang menggelitik, tetapi perlu direnungkan dengan baik. Betul tugas gereja adalah untuk memberitakan Injil, tetapi bisa saja semangat gereja sudah mulai kendor, tidak lagi seperti dulu yang bisa menjangkau orang-orang di manapun, bahkan relah menghadapi badai, tantangan dan sampai kehilangan nyawa. Hari-hari ini, justru gereja lebih sibuk mengurus dirinya sendiri. Anehnya, mengurus dirinya sendiri pun tidak tuntas-tuntas. Ada saja jemaat yang tingkahnya seperti anak-anak yang ingin hanya dilayani bukan melayani, hanya ingin diperhatikan bukan untuk memperhatikan yang lain.
Sudahkan seperti Paulus komitmen kita selama ini? Belum menghadapi aniaya dan penderitaan seperti yang dialami Paulus kita sudah enggan mengikut Tuhan. Menyediakan sedikit waktu untuk bersaat teduh dan membaca Alkitab kita tidak disiplin dan malas melakukannya, sedangkan untuk menonton TV atau nongkrong dengan teman, kita betah berlama-lama; ketika tertegur oleh firman yang keras kita langsung tersinggung dan ngambek tidak mau ke gereja lagi; dihimbau untuk terlibat dalam pelayanan, kita sudah menyiapkan 1001 alasan sebagai jurus menghindar. Adalah omong kosong jika kita berkata Kristus yang utama jika tidak disertai tindakan nyata yang menunjukkan kita mengutamakanNya dalam segala hal. Kita masih enggan melepaskan dunia dengan segala kenyamanannya.
Dalam suratnya ini, Rasul Paulus terus memberi semangat dan motivasi agar Timotius terus berjuang dan tidak takut memberitakan Injil, meski harus menghadapai penderitaan dan aniaya.“Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.”(2 Timotius 1:7). Mengapa Paulus tidak gentar terhadap aniaya dan tidak kuatir terhadap penderitaan? Dia menyatakan,“-sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat“ (2 Korintus 5:7). Amin. Dilanjut dengan doa.

Bernyanyi KJ No. 450: 4, Bertekun bersyukurlah hingga suaraNya Kau dengar, sungguh indah anakku, ungkapan syukurku; dalam susah pun senang, dalam segala hal, aku bermazmur dan ucap syukur, itu kehendakNya. Dilanjutkan Doa Bapa Kami. (HBB)

Senin, 5 November 2018
Nyanyian KJ No. 38 : 1, Tlah kutemukan dasar kuat, tempat berpaut jangkar ku, kekal ya Bapa Kau membuat PutraMu dasar yang teguh; biarpun dunia lenyap pegangan hidupku tetap
2 Timotius 4:2 “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran”
Memberitakan Firman, Siap atau Tidak Siap

Setiap orang percaya dipanggil untuk bersaksi (memberitakan Injil) di dunia ini. Tugas bersaksi bukan hanya milik pendeta dan penatua, tetapi semua orang-orang yang percaya. Bersaksi dapat dilakukan dengan bermacam cara. Kesaksian dapat dilakukan melalui kehidupan yang baik atau pelayanan kasih. Ada kalanya orang percaya enggan untuk memberitakan Injil kepada orang lain. Hal ini mungkin dikarenakan kesibukan sehari-hari. Mungkin pula karena merasa tidak siap menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin diajukan kepadanya. Atau mungkin juga ia tidak menyukai orang-orang yang diperhadapkan kepadanya. Tetapi Alkitab menyatakan, "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya" (2 Tim. 4:2a). Setiap orang percaya hendaklah menyadari panggilan Tuhan (2 Tim. 4:1). Memberitakan Injil adalah tugas panggilan dari Tuhan sendiri, walaupun dalam kenyataan sehari-hari Ia memakai hamba-hamba-Nya untuk mengingatkan orang-orang percaya akan panggilan-Nya itu. Paulus berpesan kepada Timotius untuk memberitakan Injil atas dasar pernyataan Allah dan demi kerajaan Allah.
Ketaatan pada panggilan Tuhan harus diwujudkan dengan mempersiapkan diri dengan baik, sehingga dalam waktu yang baik atau tidak baik dia tetap dapat dipakai Tuhan untuk memberitakan firman (2 Tim. 4:2a). Persiapkan diri dengan mempelajari firman Tuhan dan persiapkan hati dengan kerelaan untuk memberitakan Injil. Sangat dibutuhkan kerelaan hati untuk memberitakan Injil dan kesiapan diri untuk melakukannya. Ingat, yang diberitakan adalah firman Tuhan, bukan keinginan sendiri. Firman Tuhan itu punya kuasa untuk menyatakan apa yang salah dan menasehati orang untuk hidup dalam kebenaran (2 Tim. 4:2b). Ya, semua yang tertulis dalam Alkitab diilhami oleh Allah dan berguna untuk mengajarkan yang benar, untuk menegur dan membetulkan yang salah, dan untuk mengajar manusia supaya hidup menurut kehendak Allah. (2 Tim. 3:16). Tugas memberitakan Injil memang tidak mudah, karena pada zaman akhir kebanyakan orang tidak mau menerima ajaran yang sehat, dan lebih suka kepada berita yang memuaskan keinginan telinganya (2 Tim. 4:3). Mereka memalingkan telinga mereka dari kebenaran, dan membukanya bagi dongeng (2 Tim. 4:4). Dalam keadaan yang sulit pada akhir zaman ini, orang-orang percaya harus tetap setia memberitakan firman Tuhan. Amin. Dilanjut dengan doa.

Bernyanyi KJ No. 38: 5, Inilah dasar andalanku biarpun apa kutempuh; Ya Tuhan rahmatMu berlaku sepanjang jalan hidupku! Sampai kekal kupujilah samudra rahmat yang baka.  Dilanjutkan Doa Bapa Kami. (HBB)

Selasa, 6 November 2018
Nyanyian KJ No. 457:1, Ya Tuhan tiap jam ku memerlukanMu, Engkau yang memberi sejahtera penuh, Setiap jam Ya Tuhan, Dikau kuperlukan, ku datang Juruslamat berkatilah
1 Tesalonika 2:2 “Tetapi sungguhpun kami sebelumnya, seperti kamu tahu telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat”
Maju Tanda Berani

Hidup orang-orang Kristen tindaklah mudah karena setiap saat kita harus memiliki kesiapan untuk berperang. Tapi peperangan yang kita hadapi bukanlah peperangan secara fisik, melainkan peperangan rohani, "karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara."(Efesus 6:12). Kita tahu bahwa hari-hari ini adalah sangat jahat, di mana Iblis sedang berjuang keras untuk menipu, mengelabui dan menghancurkan manusia, karena memang dia (Iblis) adalah pendusta dan sangat ahli dalam hal menyamar. Oleh karenanya kita harus berjaga-jaga dan berdoa agar tidak terpedaya oleh tipu muslihat Iblis. Tujuan utama Iblis adalah ingin memisahkan hidup manusia dari kasih Tuhan dan berusaha untuk mencuri firman dari kehidupan oang percaya. Seperti dalam perumpamaan tentang penabur, dikatakan bahwa "Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka." (Markus 4:15). Tak bisa dibayangkan bila seseorang hidupnya menjauh dari Tuhan dan tidak lagi menjadikan firman Tuhan sebagai pegangan dalam hidup, pastilah ia akan hancur. Memang itulah yang diingini Iblis atas hidup manusia mengalami kehancuran dan kebinasaan kekal! Tidak hanya itu, Iblis juga berusaha untuk mendakwa orang-orang percaya, siang dan malam, sehingga kita pun mulai meragukan status kita sebagai anak-anak Tuhan. Akibatnya kita semakin bimbang dan tidak lagi percaya akan janji firmanNya. Ada masalah sedikit saja kita langsung bersungut-sungut, marah dan menyalahkan Tuhan, lalu meninggalkanNya.
Kita tidak bisa berleha-leha (bersantai-santai) apalagi di dalam menghadapi rencana licik iblis. Iblis bisa sebagai dewa penolong bagi manusia dengan menawarkan hal-hal yang indah dan gemerlap dari dunia ini. Setiap saat, kita harus mempersiapkan diri kita melawan iblis dan segala antek-anteknya. Salah satu cara melawan iblis adalah dengan meminta pertolongan dari Tuhan dan hidup di dalam kehendak Tuhan. Orang yang memberikan hidupnya dikuasai oleh kehendak Tuhan maka iblis tidak mudah menghancurkan kita. Karena itu, bergiatlah selalu di dalam pekerjaan Tuhan. Beritakanlah FirmanNya siap atau tidak siap waktunya. Amin. Dilanjut dengan doa.

Bernyanyi KJ No. 457:4, Ya Tuhan tiap jam ajarkan maksudMu b’ri janjiMu genap di dalam hidupku, Setiap jam ya Tuhan, Dikau kuperlukan ku datang Juru Slamat berkatilah. Dilanjutkan Doa Bapa Kami. (HBB)
Rabu, 7 November 2018
Nyanyian KJ No. 39 :1, Ku diberi belas kasihan walau tak layak hatiku, tadiku angkuh kini heran Tuhan besarlah rahmatMu. Kidung imanku bergema rahmaMu sungguh mulia, kidung imanku bergema, rahmatMu sungguh mulia.
Matius 10:7 “Pergilah dan beritakanlah; Kerajaan Sorga sudah dekat”
Injil adalah Kerajaan Sorga
Seruan Yesus ini diperuntukkan para muridNya untuk pergi menjadi pewarta. Tugas utama setiap pewarta adalah menyampaikan kepada orang lain bahwa Kerajaan Surga sudah dekat. Warta itu mengandung arti yang mendalam, yakni Tuhan sendiri telah datang, maka semua orang perlu mengetahuinya, karena Ia membawa keselamatan. Tuhan juga memberikan bekal dan kemampuan kepada mereka yang diutusNya agar dapat menghadapi bahaya dengan berani. Namun tetap harus diingat bahwa bukan ‘kehebatan’ yang menjadi tujuan apalagi yang ingin dipamerkan, melainkan sikap sederhana dan setia. Tugas yang sama sekarang ini dipercayakan kepada kita. Kita diutus ketengah dunia yang berbeda dari zaman para rasul. Namun wartanya tetap sama, yakni kedatangan dan kehadiran Kerajaan Allah dalam diri Yesus di tengah dunia. Jika kita sungguh yakin Tuhan hadir ditengah kita, maka itulah inti pewartaan kita. Sebagai pewarta, marilah kita mulai mewartakan kedatangan Tuhan mulai dengan hal-hal sederhana dalam keluarga, pekerjaan dan lingkungan kita. Pertama, Yesus sendiri yang mengutus kita. Artinya , Yesus memberi kepercayaan kepada kita , manusia yang lemah dan rapuh ini. Siapa yang tidak bahagia kalau diutus oleh Tuhan? Karena itu , ketika Tuhan mengutus kita, kita mestinya dengan mantap menjawab, “Inilah aku, utuslah aku”Kedua, diutus kepada domba domba yang hilang dan tidak boleh menyimpang kepada bangsa lain, berarti kita harus fokus dalam karya perutusan, yakni mencari “yang hilang” dimulai dari sekitar kita. Hari-hari ini, ada saja “domba-domba” yang lari dan hilang dari kehidupan sekitar kita. Memang ada banyak faktor yang membuat “domba-domba” itu lari dan hilang. Tetapi kita tidak hanya sibuk mengurus apa penyebab mereka lari dan hilang. Tugas kita adalah memberitakan Firman Tuhan siap atau tidak siap waktunya. Bukankah menyelamatkan jiwa seseorang jauh lebih membahagiakan? Disurga akan ada sukacita besar, apabila ada seorang pendosa yang bertobat.Kita hanya bisa menabur, tetapi biarlah Tuhan yang menjadikanNya.  Ketiga, kita mewartakan Kerajaan Surga. Satu satunya hal yang tidak akan lekang dan binasa oleh waktu dan perubahan zaman adalah Kerajaan Surga. Segala sesuatu didunia ini akan lenyap, namun Kerajaan Surga akan bertahan untuk selama lamanya. Pastinya, tujuan hidup kita sebagai orang percaya adalah Kerajaan Sorga, bukan! Orang yang hanya berharap kepada dunia ini akan menjadi sia-sia, karena dunia ini bukan tempat kekekalan, bukan selama-lamanya. Karena itu, pandangan kita harus selalu ditujukan kepada Sorga. Amin. Dilanjut dengan doa.
Bernyanyi KJ No. 39: 2, Walau ku patut dihukumkan, Kaulah penuh anugerah; darah putraMu dicurahkan membasuh dosa dan cela. Dimanakah selamatku, hanyalah dalam rahmatMu, dimanakah selamatku, hanyalah dalam rahmatMu Dilanjutkan Doa Bapa Kami. (HBB)
Kamis, 8 November 2018
Nyanyian KJ No. 37b:1, Batu karang yang teguh Kau tempatku berteduh, karna dosa ku berat, dan kuasa menyesak, oh bersihkan diriku, oleh darah lambungMu
Yohanes 15:26-27” Jikalau penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku, tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku”
Saksi Kristus

Mungkin kita pernah melihat atau menyaksikan baik secara live atau di televisi seseorang yang dimintakan untuk menjadi saksi terhadap perkara yang terjadi di pengadilan. Setiap saksi terlebih dahulu diambil sumpahnya sesuai dengan agama atau keyakinannya supaya kesaksian yang disampaikan adalah kesaksian yang benar, jujur, dan apa adanya. Masalahnya adalah ketika memberikan kesaksian di depan pengadilan, situasi pribadi dan lingkungan tetap berpengaruh. Ketika orang yang bersaksi itu mengalami intimidasi atau tekanan dari orang lain maka kesaksiannya pun bisa berubah, tetapi ketika si-saksi merdeka, maka ia akan berani memberikan kesaksian dengan benar dan jujur. Itulah sebabnya di dalam masyarakat kita banyak yang menjadi pesimis dengan peradilan di dunia ini. Belum lagi, kasus mafia peradilan atau jual beli perkara, maka muncul istilah KUHP (Kasih uang habis perkara).
Bagaimana pula menjadi saksi tentang Kristus? Pastinya bisa saja seperti saksi di pengadilan. Ada juga yang menjadi takut karena intimidasi atau dibawah tekanan sehingga kesaksiannya tidak lagi benar. Atau justru ada orang yang berani dan merdeka untuk menjadi saksi walaupun tantangan dan pergumulannya sangat besar. Yesus tahu sekali bahwa untuk memberikan kesaksian iman yang benar, jujur dan adil bukanlah hal yang mudah. Penderitaan dan penganiayaan akan datang bertubi-tubi. Banyak yang tidak menyukai kesaksian yang benar, jujur dan apa adanya. Yesus pernah mengatakan “Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah” (Yoh.16:2). Tanpa alasan yang jelas dunia membenci Kristus dan semua milik kepunyaanNya termasuk kita. Kebencian merupakan esensi dosa. Dunia membenci Kristus bukan karena Kristus mempunyai kesalahan, tetapi Kristus memiliki standar moral yang tinggi. Kristus mengatakan kebenaran. Itulah yang membuat dunia membenci Kristus. Namun apapun tantangannya, apapun persoalannya, panggilan bersaksi tidak bisa berhenti. Roh Tuhan akan selalu memilih dan menetapkan para hambaNya untuk diutus ke tengah-tengah dunia ini. Tuhan akan selalu memampukan dan memberi kekuatan bagi hamba-hambaNya untuk menjadi saksiNya. Sudah banyak yang mati demi nama Kristus, sudah banyak pula yang datang silih berganti. Selama dunia ini ada, maka selama itu jugalah tugas bersaksi akan terus dikobarkan di dalam kehidupan dunia ini.Amin. Dilanjut dengan doa.

Bernyanyi KJ No. 37b:3, Tiada lain kupegang hanya salib dan iman; dalam kehampaanku kudambakan rahmatMu, tanpa Diaku, Tuhanku, takkan hidup jiwaku.  Dilanjutkan Doa Bapa Kami. (HBB)

Jumat, 9 November 2018
Nyanyian KJ No. 220 :1, Yesus Kristus memerintah tak terbatas tak terhingga alam semesta sujud, dunia patut memaklumkan Yesus Kristus itu Tuhan, Bangsa-bangsa bertelut
Markus 8:35 “Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya””.
Mati Bagi Yesus, Hidup Bagi Kita

Kalau kita mau mengikut Tuhan Yesus, kita harus siap untuk mengambil resikonya. Tuhan Yesus pun pernah mengatakan, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku”(Mrk. 8:34). Kita bebas untuk memilih mau memikul salib atau tidak. Tidak ada yang memaksa atau ditekan siapapun ketika memilih, apalagi saat memilih keyakinan. Tetapi kalau mau sungguh-sungguh mengikut Yesus, resiko memikul salib harus dipenuhi. Para murid mau mengikut Yesus, tetapi ia belum siap untuk memikul salibnya. Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur Dia ketika mendengar Tuhan Yesus mengajarkan bahwa Dia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit pada hari ketiga. Petrus bukan saja tidak siap memikul salibnya sendiri, tetapi Ia malah menginginkan agar Tuhan Yesus tidak memikul salib-Nya. Tuhan Yesus marah kepada Petrus dan menghardiknya dengan keras, “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia”(Mrk 8:33). Lalu Tuhan Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya serta berkata kepada mereka: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku” (Mrk. 8:34). Memikul salib dimulai dengan menyangkal diri, artinya kita mati bagi keakuan kita dan mulai hidup bagi Kristus. Sekedar menyangkal diri saja belum cukup, kita juga harus memikul salib. Tuhan Yesus berkata bahwa kita harus siap kehilangan nyawa karena Dia dan karena Injil (Mrk. 8:35). Ini adalah ujian dari iman kita yang sesungguhnya. Kita bukan hanya harus menyangkal diri dan memikul salib, tetapi juga harus menyatakan diri sebagai pengikut Yesus tanpa malu dan sanggup bersaksi tentang Dia sekalipun situasinya sulit (Mrk. 8:36-38). Mau mengikut Tuhan Yesus itu memang tidak gampang. Ada perjalanan penderitaan yang harus ditempuh. Kendatipun demikian, perjalanan penderitaan itu adalah perjalanan menuju kepada kebahagiaan yang sejati. Menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Dia membawa kita kepada hidup yang berkemenangan. Jalan salib adalah jalan kepada hidup yang kekal dan mulia. Orang-orang yang mau mengikut Yesus harus siap menempuh perjalanan penderitaan. Marilah kita mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Amin. Dilanjut dengan doa.
Bernyanyi KJ No. 220:5, Kita slamat dalam Dia ditebus dengan kasihNya dan darahNya yang kudus, pendamaian yang lestari, trang dan hidup yang abadi disampaikan penebus. Dilanjutkan Doa Bapa Kami. (HBB)


Sabtu, 10 November 2018
Nyanyian KJ No.446:1 Setialah kepada Tuhanmu, hai kawan yang penat; setialah sokongannya tentu di jalan yang berat; ‘kan datang Raja yang berjaya menolong orang yang percaya, setialah
Lukas 12:43 “Berbahagialah hamba yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang”
Kesetian Yang Tak Berujung

Di hari-hari akhir ini bukan saatnya untuk kita tidur, bermalas-malasan atau berpangku tangan. Tuhan Yesus menasihatkan agar kita selalu siap, berjaga-jaga, semangat melayani dan menjaga agar lampu kita tetap menyala.seperti seseorang yang sedang menunggu tuannya kembali dari pesta kawin, maka ketika Ia datang dan mengetuk pintu, kita dapat dengan segera membuka pintu bagiNya. Tuhan Yesus berkata,"Dan apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati mereka berlaku demikian, maka berbahagialah mereka." (Lukas 12:38).
Masa-masa penantian adalah masa yang sangat menentukan bagi kita. Kita tahu bahwa pekerjaan menanti itu sangat menjemukan, apalagi yang dinanti-nanti tidak kunjung datang. Banyak orang menjadi tidak sabar dalam hal menanti sehingga mereka pun tidak lagi tahan dan akhirnya berubah sikap. Tuhan menghendaki agar kita selalu dalam kondisi siap sedia dan berjaga-jaga. Dikatakan, "Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala." (Lukas 12:35). Kita bisa belajar dari kehidupan Nuh, yang tekun bekerja dan mempersiapkan bahtera, padahal dia tidak tahu kapan air bah itu datang. Alkitab menyatakan, "Karena iman, maka Nuh dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya." (Ibrani 11:7). Nuh taat melakukan segala yang diperintahkan Tuhan kepadanya, sementara orang-orang sezamannya tidak peduli. Akhirnya, ketika air bah itu datang, Nuh dan seisi rumahnya diselamatkan. Oleh karena itu "Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan." (Lukas 12:40)
Mari kita gunakan waktu-waktu yang singkat ini untuk bekerja dan berkarya bagi Tuhan. Apa pun tugas dan panggilan kita biarlah kita kerjakan itu dengan setia. Selagi ada waktu untuk hidup, alangkah indahnya jika kita bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. "Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal ini menimpa mereka secara tiba-tiba. (Pengkotbah 9:12). Amin. Dilanjut dengan doa.

Bernyanyi KJ No.446:3 Setialah, bertahanlah tetap sehingga kau menang; Setialah, selamatmu genap sesudah berperang; meski bertambah marabaya, t’lah hampir habis susah payah, setialah. Dilanjutkan Doa Bapa Kami. (HBB)

Tidak ada komentar:

Mazmur 84 : 1 - 7

Mazmur 84 : 1 - 7 84:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur bani Korah.  84-2 Betapa disenangi tempat kediaman-Mu ,  ya ...