Kita adalah kawan sekerja Allah
Yesus membuat perumpamaan tentang penggarap kebun anggur untuk menjawab
pertanyaan imam-imam kepala dan ahli-ahli taurat yang tidak senang milihat
Yesus. Seorang pemilik tanah yang mempunyai lahan yang luas dan dia berpikir
sangat cocok untuk menanam pohon anggur di kebunnya dan diapun mulai
mengerjakan kebunnya tersebut. Pohon anggurpun telah siap di tanami sambil
menunggu hasilnya si tuan tanah menyewakan kebun anggurnya kepada
pengarap-penggarap atau para petani, karena ia harus menunggu empat tahun
lamanya pohon anggurnya akan menghasilkan buah. Setelah segala sesuatunya telah
dipersiapkan dia untuk kebun anggurnya si tuan tanahpun pergi meninggalkan
kebun anggurnya. Selama dia pergi, penggarap-penggarap mengurus kebun anggurnya
dengan baik. Kebun anggur tersebut telah menghasilkan lalu ia menyuruh hambanya
untuk datang kepada para penggarap untuk mengambil hasil kebunnya, tetapi para
penggarap menangkap, memukulnya dan menyuruhnya pulang dengan tangan hampa,
Kemudian ia menyuruh pula seorang hamba lain kepada mereka dan orang ini mereka
pukul sampai luka kepalanya dan sangat mereka permalukan. Kemudian dengan sabar
si tuan tanah kembali mengirimkan hambanya yang lain, tetapi hamba tersebut
ditangkap, dipukuli, dan dikirim kembali kepada tuannya dengan muka memar-memar
serta memberi pesan kepada si tuan tanah bahwa penggarap-penggarap kebun anggur
tidak ingin membayar atau membagi hasil panen kebun anggur tersebut serta
mengirim kembali hambanya yang sudah dipukulinya dengan tangan hampa. Pemilik
kebun masih sabar dan ia sadar bahwa penggarap-penggarap telah bersikap sebagai
pemilik yang sah dari harta miliknya lalu dia mengirimkan anaknya, dengan
perkiraan bahwa para penggarap akan memberikan hasil panennya pada anaknya dan
mereka akan menghargai anaknya. Lalu dia mengirim anak satu-satunya yang
merupakan pewaris kebun anggur itu. Tetapi penggarap-penggarap kebun tidak
tergerak untuk menyerahkan hasil kebun anggur. Ketika melihat anak itu
mendekat, mereka berpikir bahwa pemilik kebun telah mati dan anaknya yang akan
menggantikan dia. Para penggarap memutuskan untuk membunuh anak itu di luar
kebun anggur dan mengambil warisannya. Pemilik kebun sangat marah dan kecewa
lalu mengusir para penggarap kebun serta membawa mereka ke pengadilan, dia
menuntut hak penuh atas harta miliknya, dan menunjuk penggarap-penggarap lain
untuk merawat kebun anggurnya. Orang-orang ini adalah hamba-hamba yang akan
memberi dia bagian hasil yang sudah ditentukan pada waktu musim panen. Bagaimana
kita menyikapi perilaku para penggarap kebun anggur tersebut yang mau mengambil
yang tidak miliknya. Padahal mereka hanya sebagai pekerja untuk menjaga kebun
anggur hingga berbuah. Mereka tidak menunjukkan sikap yang benar sebagai
pekerja. Pada waktu kebun anggur itu berbuah mereka tidak memberikan apa yang
seharusnya mereka berikan kepada pemilik kebun. Bukannya berterima kasih karena
diajak mengambil bagian dari kebun itu mereka malah bertindak kejam dengan
memukul, melempari dengan batu dan membunuh utusan-utusan si tuan tanah sampai
pada akhinya mereka membunuh anak si-tuan tanah itu dengan berharap mengambil
alih hak waris.
Jemaat Tuhan yang dikasihi Yesus
1.
Didalam kehidupan kitapun sehari-hari sering terjadi hal demikian. sudah di
kasih yang ini mau yang itu, udah dikasih yang itu mau yang ini. Dalam pepatah
Indonesia dikatakan “sudah dikasih jantung lalu meminta hati”. Tidak pernah merasa
puas. Keserakahan dan ketamakan membuat
banyak orang tidak tahu berterimakasih, bahkan tidak menyadari siapakah diri
kita sendiri di tengah kehidupan dunia ini.
2. Sikap
tuan pemilik kebun anggur tersebut mencerminkan sikap Allah yang berkenan
melibatkan umatNya sebagai kawan sekerjaNya. Tetapi kita selaku umat yang
menjadi para pekerja dalam kerajaanNya ternyata sering membalas kebaikan kasih
Allah dengan tindakan yang jahat. Seperti peribahasa berkata: “ Air susu
dibalas dengan air tuba”. Hasil panen yang seharusnya menjadi hak Allah
berusaha kita rebut seluruhnya. Bilamana Allah memberikan kepada kita berbagai
berkat rezeki yang berlimpah, maka kita begitu kikir dan tidak menginginkan sebagian
dari berkat rezeki tersebut disalurkan untuk mendukung pekerjaan Tuhan dan
karyaNya. Kita enggan memberikan kepada Tuhan apa yang menjadi hakNya, sehingga
kita juga enggan menyalurkannya untuk sesama yang membutuhkan. Intinya manusia
selalu ingin memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dan kalau perlu dia
berusaha merebut apa yang sebenarnya bukan haknya. Para pekerja kebun anggur
itu ternyata bukan hanya mengambil hak yang menjadi wewenang Allah,
tetapi juga mereka ingin merampas kebun anggur Allah dengan cara membunuh
Kristus, Anak Allah.
3. Bayangkan
berapa banyak orang sepanjang 2.000 tahun ini yang telah membuat kesalahan yang
sama. Pada setiap zaman, orang-orang yang memiliki kekuasaan, orang-orang yang
hidup nyaman dan kaya-raya seringkali menolak Yesus. Barangkali lebih mudah
bagi orang-orang miskin, orang-orang sakit, dan orang-orang yang yang
tersisihkan dalam masyarakat melihat kebutuhan mereka. Ini adalah orang-orang
yang merangkul Yesus ketika Dia berada di dunia. Orang-orang itu tidak dapat
berpaling ke mana-mana kecuali kepada Yesus, yang mereka percayai sebagai Dia
yang dapat membuat diri mereka utuh.
4. Bilamana
Allah di dalam Kristus adalah Allah yang terus bekerja menyelamatkan umatNya,
maka kita selaku kawan sekerjaNya wajib melakukan pekerjaan dan pelayanan yang
dipercayakan kepada kita dengan penuh rasa tanggungjawab, bahkan dengan segenap
hati dan jiwa kita. Di dalam karya penebusan Kristus, kita
yang sebenarnya tidak layak telah diberi anugerah untuk menjadi mitra Allah.
Sehingga setiap aspek pekerjaan yang kita lakukan pada prinsipnya kita lakukan
dengan nilai-nilai etos sebagai kawan sekerja Allah. Dalam
hal ini kita perlu senantiasa ingat bahwa status kita hanyalah sebagai
pengelola, dan bukan pemilik “kebun anggur”. Sehingga kita tidak boleh
mengambil atau merampas apa yang bukan menjadi hak atau bagian kita.
5. Di
tengah-tengah dunia yang kerapkali jauh dari sikap takut akan Tuhan, maka
selaku pekerja Kristus kita wajib berjalan menurut norma-norma firman Tuhan
sebagaimana yang telah dinyatakan dalam Sepuluh Firman Tuhan (Kel. 20:1-17).
Kita perlu terus mengedepankan integritas iman dan spiritualitas kita, sehingga
tidak terbuka celah sedikitpun dari kuasa dunia untuk mempengaruhi kita menjadi
para pekerja yang berhati jahat. Mungkin semula
kita menjadi para pekerja yang setia dan bertanggungjawab dalam ladang Kerajaan
Allah. Tetapi setelah itu kita berubah menjadi para pekerja yang tergoda
untuk mengambil dan merebut apa yang menjadi hak milik Allah. Karena itu
marilah kita mengarahkan seluruh orientasi hidup kita kepada Kristus sebagai
satu-satunya tujuan utama dari seluruh pekerjaan dan pelayanan kita. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar