Minggu, 15 Februari 2015

Matius 21 : 33 - 41



 Kita adalah kawan sekerja Allah

Yesus membuat perumpamaan tentang penggarap kebun anggur untuk menjawab pertanyaan imam-imam kepala dan ahli-ahli taurat yang tidak senang milihat Yesus. Seorang pemilik tanah yang mempunyai lahan yang luas dan dia berpikir sangat cocok untuk menanam pohon anggur di kebunnya dan diapun mulai mengerjakan kebunnya tersebut. Pohon anggurpun telah siap di tanami sambil menunggu hasilnya si tuan tanah menyewakan kebun anggurnya kepada pengarap-penggarap atau para petani, karena ia harus menunggu empat tahun lamanya pohon anggurnya akan menghasilkan buah. Setelah segala sesuatunya telah dipersiapkan dia untuk kebun anggurnya si tuan tanahpun pergi meninggalkan kebun anggurnya. Selama dia pergi, penggarap-penggarap mengurus kebun anggurnya dengan baik. Kebun anggur tersebut telah menghasilkan lalu ia menyuruh hambanya untuk datang kepada para penggarap untuk mengambil hasil kebunnya, tetapi para penggarap menangkap, memukulnya dan menyuruhnya pulang dengan tangan hampa, Kemudian ia menyuruh pula seorang hamba lain kepada mereka dan orang ini mereka pukul sampai luka kepalanya dan sangat mereka permalukan. Kemudian dengan sabar si tuan tanah kembali mengirimkan hambanya yang lain, tetapi hamba tersebut ditangkap, dipukuli, dan dikirim kembali kepada tuannya dengan muka memar-memar serta memberi pesan kepada si tuan tanah bahwa penggarap-penggarap kebun anggur tidak ingin membayar atau membagi hasil panen kebun anggur tersebut serta mengirim kembali hambanya yang sudah dipukulinya dengan tangan hampa. Pemilik kebun masih sabar dan ia sadar bahwa penggarap-penggarap telah bersikap sebagai pemilik yang sah dari harta miliknya lalu dia mengirimkan anaknya, dengan perkiraan bahwa para penggarap akan memberikan hasil panennya pada anaknya dan mereka akan menghargai anaknya. Lalu dia mengirim anak satu-satunya yang merupakan pewaris kebun anggur itu. Tetapi penggarap-penggarap kebun tidak tergerak untuk menyerahkan hasil kebun anggur. Ketika melihat anak itu mendekat, mereka berpikir bahwa pemilik kebun telah mati dan anaknya yang akan menggantikan dia. Para penggarap memutuskan untuk membunuh anak itu di luar kebun anggur dan mengambil warisannya. Pemilik kebun sangat marah dan kecewa lalu mengusir para penggarap kebun serta membawa mereka ke pengadilan, dia menuntut hak penuh atas harta miliknya, dan menunjuk penggarap-penggarap lain untuk merawat kebun anggurnya. Orang-orang ini adalah hamba-hamba yang akan memberi dia bagian hasil yang sudah ditentukan pada waktu musim panen. Bagaimana kita menyikapi perilaku para penggarap kebun anggur tersebut yang mau mengambil yang tidak miliknya. Padahal mereka hanya sebagai pekerja untuk menjaga kebun anggur hingga berbuah. Mereka tidak menunjukkan sikap yang benar sebagai pekerja. Pada waktu kebun anggur itu berbuah mereka tidak memberikan apa yang seharusnya mereka berikan kepada pemilik kebun. Bukannya berterima kasih karena diajak mengambil bagian dari kebun itu mereka malah bertindak kejam dengan memukul, melempari dengan batu dan membunuh utusan-utusan si tuan tanah sampai pada akhinya mereka membunuh anak si-tuan tanah itu dengan berharap mengambil alih hak waris.
Jemaat Tuhan yang dikasihi Yesus
1.      Didalam kehidupan kitapun sehari-hari sering terjadi hal demikian. sudah di kasih yang ini mau yang itu, udah dikasih yang itu mau yang ini. Dalam pepatah Indonesia dikatakan “sudah dikasih jantung lalu meminta hati”. Tidak pernah merasa puas.  Keserakahan dan ketamakan membuat banyak orang tidak tahu berterimakasih, bahkan tidak menyadari siapakah diri kita sendiri di tengah kehidupan dunia ini.
2.      Sikap tuan pemilik kebun anggur tersebut mencerminkan sikap Allah yang berkenan melibatkan umatNya sebagai kawan sekerjaNya. Tetapi kita selaku umat yang menjadi para pekerja dalam kerajaanNya ternyata sering membalas kebaikan kasih Allah dengan tindakan yang jahat. Seperti peribahasa  berkata: “ Air susu dibalas dengan air tuba”. Hasil panen yang seharusnya menjadi hak Allah berusaha kita rebut seluruhnya. Bilamana Allah memberikan kepada kita berbagai berkat rezeki yang berlimpah, maka kita begitu kikir dan tidak menginginkan sebagian dari berkat rezeki tersebut disalurkan untuk mendukung pekerjaan Tuhan dan karyaNya. Kita enggan memberikan kepada Tuhan apa yang menjadi hakNya, sehingga kita juga enggan menyalurkannya untuk sesama yang membutuhkan. Intinya manusia selalu ingin memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dan kalau perlu dia berusaha merebut apa yang sebenarnya bukan haknya. Para pekerja kebun anggur itu ternyata  bukan hanya mengambil hak yang menjadi wewenang Allah, tetapi juga mereka ingin merampas kebun anggur Allah dengan cara membunuh Kristus, Anak Allah.
3.      Bayangkan berapa banyak orang sepanjang 2.000 tahun ini yang telah membuat kesalahan yang sama. Pada setiap zaman, orang-orang yang memiliki kekuasaan, orang-orang yang hidup nyaman dan kaya-raya seringkali menolak Yesus. Barangkali lebih mudah bagi orang-orang miskin, orang-orang sakit, dan orang-orang yang yang tersisihkan dalam masyarakat melihat kebutuhan mereka. Ini adalah orang-orang yang merangkul Yesus ketika Dia berada di dunia. Orang-orang itu tidak dapat berpaling ke mana-mana kecuali kepada Yesus, yang mereka percayai sebagai Dia yang dapat membuat diri mereka utuh.
4.      Bilamana Allah di dalam Kristus adalah Allah yang terus bekerja menyelamatkan umatNya, maka kita selaku kawan sekerjaNya wajib melakukan pekerjaan dan pelayanan yang dipercayakan kepada kita dengan penuh rasa tanggungjawab, bahkan dengan segenap hati dan jiwa kita.   Di dalam karya penebusan Kristus, kita yang sebenarnya tidak layak telah diberi anugerah untuk menjadi mitra Allah. Sehingga setiap aspek pekerjaan yang kita lakukan pada prinsipnya kita lakukan dengan nilai-nilai etos sebagai kawan sekerja Allah. Dalam hal ini kita perlu senantiasa ingat bahwa status kita hanyalah sebagai pengelola, dan bukan pemilik “kebun anggur”. Sehingga kita tidak boleh mengambil atau merampas apa yang bukan menjadi hak atau bagian kita.
5.      Di tengah-tengah dunia yang kerapkali jauh dari sikap takut akan Tuhan, maka selaku pekerja Kristus kita wajib berjalan menurut norma-norma firman Tuhan sebagaimana yang telah dinyatakan dalam Sepuluh Firman Tuhan (Kel. 20:1-17). Kita perlu terus mengedepankan integritas iman dan spiritualitas kita, sehingga tidak terbuka celah sedikitpun dari kuasa dunia untuk mempengaruhi kita menjadi para pekerja yang berhati jahat. Mungkin semula kita menjadi para pekerja yang setia dan bertanggungjawab dalam ladang Kerajaan Allah. Tetapi setelah itu kita berubah menjadi  para pekerja yang tergoda untuk mengambil dan merebut apa yang menjadi hak milik Allah. Karena itu marilah kita mengarahkan seluruh orientasi hidup kita kepada Kristus sebagai satu-satunya tujuan utama dari seluruh pekerjaan dan pelayanan kita. Amin.

Tidak ada komentar:

Mazmur 84 : 1 - 7

Mazmur 84 : 1 - 7 84:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur bani Korah.  84-2 Betapa disenangi tempat kediaman-Mu ,  ya ...