Habakuk 2 : 1 - 15
Tema : Orang benar hidup di dalam percayanya
Sosok
Pribadi yang berintegritas untuk jaman sekarang ini menjadi sesuatu yang sulit
untuk ditemukan, sehingga ada orang yang mengatakan bahwa: “mencari orang yang
pintar sangatlah mudah tetapi mencari orang yang berintegritas sangatlah
sulit”.
Dalam
KBBI integritas artinya adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan
kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan
kewibawaan; kejujuran. Dapat diartikan juga bahwa pribadi yang berintegritas
artinya adalah seseorang yang mampu menunjukkan sebuah tindakan yang konsisten
dengan berpegang teguh pada prinsip kebenaran dan mampu mengamalkan nilai-nilai
kebenaran tersebut dengan bertanggung jawab, meski tengah berada dalam kondisi
sulit sekalipun untuk melakukannya.
Tokoh
Habakuk adalah sosok pribadi yang memiliki integritas di dalam menjalankan
kepemimpinaannya sebagai seoarang nabi pada waktu itu. Situasi yang sulit yang
dihadapi seperti penindasan, ketidakadilan, dan kekerasan yang dilakukan oleh
orang fasik (orang jahat) atas orang-orang benar tidak membuat mereka untuk
meninggalkan Tuhan, akan tetapi mereka tetap berharap dan percaya bahwa Tuhan
akan melakukan keadilan.
Integritas
diri yang ditunjukkan nabi habakuk antara lain:
1. Tetap setia bertekun dalam Doa (Hab 1:2-4)
Situasi yang dihadapi Habakuk adalah bagaimana ia melihat orang-orang fasik menindas orang yang benar, orang benar menderita, tetapi orang fasik berjaya. Namun meskipun demikian Habakuk tetap memanjatkan doa kepada Tuhan, Dia terus menerus memohon, supaya Allah melihat dan mendengarkan akan setiap pergumulan hidup yang mereka alami. Habakuk di dalam doa tetap merindukan kebaikan dan keadilan dari Allah akan dinyatakan atas umatNya.
1. Tetap setia bertekun dalam Doa (Hab 1:2-4)
Situasi yang dihadapi Habakuk adalah bagaimana ia melihat orang-orang fasik menindas orang yang benar, orang benar menderita, tetapi orang fasik berjaya. Namun meskipun demikian Habakuk tetap memanjatkan doa kepada Tuhan, Dia terus menerus memohon, supaya Allah melihat dan mendengarkan akan setiap pergumulan hidup yang mereka alami. Habakuk di dalam doa tetap merindukan kebaikan dan keadilan dari Allah akan dinyatakan atas umatNya.
Pada
saat bangsa Israel berada dalam kesesakan, Habakuk selaku seorang nabi telah
menjadi perantara antara Tuhan dengan bangsa Israel, dan ia berkata : ”Aku mau
berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau
dan menantikan apa yang akan difirmankanNya kepadaku, dan apa yang akan
dijawabNya atas pengaduanku.” Ia senantiasa menantikan firman Tuhan dan jawaban
Tuhan untuk dapat disampaikan kepada bangsa Israel agar hati bangsa Israel
tetap kuat dalam menghadapi pergumulan yang sedang terjadi.
Saudara, arti dari kalimat “berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara” adalah ia membawa segala pergumulan dan menantikan Tuhan dalam doa. Ia berusaha mencari wajah Tuhan dan kehendakNya lewat doa. Habakuk tidak jemu-jemu dalam menantikan jawaban Tuhan sebab ia telah menerima segala janji Tuhan, dan ia yakin apabila Tuhan berjanji pasti akan digenapi, seperti yang tertulis dalam II Petrus 3:9, ”Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, kerana Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.”
Lalu, bagaimana dengan kita, apakah kita saat ini sedang menantikan jawaban dari Tuhan atas pergumulan kita ? Jika ya, marilah kita naik ke “menara doa” yaitu masuk dalam doa, sebab ketika kita menantikan Tuhan dalam doa,maka kita akan mendapatkan Wisdom (Hikmat). Pada saat kita berdoa kepada Tuhan, maka kita akan mendapatkan hikmat. Dan hikmat yang kita dapatkan bukanlah hikmat yang dari dunia melainkan hikmat dari Tuhan, bahkan Tuhan juga akan memberikan kuasa.
Saudara, arti dari kalimat “berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara” adalah ia membawa segala pergumulan dan menantikan Tuhan dalam doa. Ia berusaha mencari wajah Tuhan dan kehendakNya lewat doa. Habakuk tidak jemu-jemu dalam menantikan jawaban Tuhan sebab ia telah menerima segala janji Tuhan, dan ia yakin apabila Tuhan berjanji pasti akan digenapi, seperti yang tertulis dalam II Petrus 3:9, ”Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, kerana Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.”
Lalu, bagaimana dengan kita, apakah kita saat ini sedang menantikan jawaban dari Tuhan atas pergumulan kita ? Jika ya, marilah kita naik ke “menara doa” yaitu masuk dalam doa, sebab ketika kita menantikan Tuhan dalam doa,maka kita akan mendapatkan Wisdom (Hikmat). Pada saat kita berdoa kepada Tuhan, maka kita akan mendapatkan hikmat. Dan hikmat yang kita dapatkan bukanlah hikmat yang dari dunia melainkan hikmat dari Tuhan, bahkan Tuhan juga akan memberikan kuasa.
2. Tetap Percaya (Hab 2:4)
Keadaan yang sangat sulit sekalipun Habakuk tetap punya keyakinan bahwa orang benar akan hidup karena Percayanya. Percaya adalah suatu yang sangat sulit untuk dilakukan, hal ini pun Habakuk alami, awalnya dia mengeluh kepada Tuhan, mengapa Tuhan memakai orang Kasdim untuk menghukum, mengapa orang jahat yang menghukum mereka. Habakuk sulit untuk memahami apa yang Tuhan kerjakan atau lakukan. Tetapi melalui pergumulannya dengan Allah, dia mengerti dan imannya di kuatkan bahwa orang benar akan hidup karena percayanya. Jadi sekalipun Habakuk sangat sulit memahami rencana Allah, dia tetap percaya.
Keadaan yang sangat sulit sekalipun Habakuk tetap punya keyakinan bahwa orang benar akan hidup karena Percayanya. Percaya adalah suatu yang sangat sulit untuk dilakukan, hal ini pun Habakuk alami, awalnya dia mengeluh kepada Tuhan, mengapa Tuhan memakai orang Kasdim untuk menghukum, mengapa orang jahat yang menghukum mereka. Habakuk sulit untuk memahami apa yang Tuhan kerjakan atau lakukan. Tetapi melalui pergumulannya dengan Allah, dia mengerti dan imannya di kuatkan bahwa orang benar akan hidup karena percayanya. Jadi sekalipun Habakuk sangat sulit memahami rencana Allah, dia tetap percaya.
3. Tetap Bersukacita didalam Tuhan sekalipun
situasi tidak baik
Seseorang yang memiliki integritas yang baik tetap akan mampu bersukacita di dalam Tuhan sekalipun situasi yang dihadapi tidak baik. Karena sukacita tidak ditentukan oleh situasi saja tetapi sukacita itu ditentukan dari dalam hati yang tetap mampu memahami dan memaknai bahwa di dalam kesusahan yang sedang terjadi Allah tetap setia dan turut campur tangan di dalam pergumulan yang dihadapi.
Seseorang yang memiliki integritas yang baik tetap akan mampu bersukacita di dalam Tuhan sekalipun situasi yang dihadapi tidak baik. Karena sukacita tidak ditentukan oleh situasi saja tetapi sukacita itu ditentukan dari dalam hati yang tetap mampu memahami dan memaknai bahwa di dalam kesusahan yang sedang terjadi Allah tetap setia dan turut campur tangan di dalam pergumulan yang dihadapi.
Integritas
diri akan terlihat ketika diperhadapkan di dalam keadaan yang sukar atau sulit.
Apakah kita akan menjadi orang yang tetap setia dan percaya serta mengandalakan
Tuhan? Atau kita menjadi orang yang meragukan kuasa Tuhan dan tidak lagi
percaya kepadaNya.
Suatu kali seseoarang bertanya kepada Ibu Theresa. “Ibu telah melayani kaum miskin di Kalkuta india, tetapi tahukah ibu bahwa masi ada jauh lebih banyak lagi orang miskin yang terabaikan? Apakah ibu tidak merasa gagal?”. Ibu Theresa menjawab: “ anakku, aku tidak dipanggil untuk berhasil, tetapi aku dipanggil untuk setia.”
Suatu kali seseoarang bertanya kepada Ibu Theresa. “Ibu telah melayani kaum miskin di Kalkuta india, tetapi tahukah ibu bahwa masi ada jauh lebih banyak lagi orang miskin yang terabaikan? Apakah ibu tidak merasa gagal?”. Ibu Theresa menjawab: “ anakku, aku tidak dipanggil untuk berhasil, tetapi aku dipanggil untuk setia.”
Suatu
jawaban yang luar biasa, menyadari bahwa tujuan hidup adalah memuliakan Tuhan,
setia melayani Tuhan, meskipun orang lain menganggap tidak ada hasilnya. Setia
melakukan, setia melayani, Inilah yang disebut dengan integritas diri. Apa yang
kita imani bukan hanya sebatas kata-kata saja tetapi iman itu harus memiliki
suatu dampak yang terlihat di dalam tindakan, sehingga orang lain yang melihat
akan melihat Kristus hidup di dalam pribadi kita. Amen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar