Minggu, 15 Februari 2015

Filipi 1 : 20 – 21




FIlipi 1 : 20 - 21

Tentunya, masih ingat di pikiran kita tentang cerita Titanic? Film tersebut diambil dari sebuah kisah nyata yang terjadi pada tahun 1912. Waktu itu malam hari tanggal 14 April 1912, pada pukul 23.40 malam, kapal itu menabrak gunung es lalu gunung es tersebut menggesek dengan amat kerasnya sisi kanan kapal, sehingga menghujani dek dengan es dan mengoyakkan enam bilik yang kedap air. Air yang sangat dingin masuk ke dalamnya. Menurut laporan dokumentasi, segera kapal akan tenggelam. Di atas kapal malam itu ada John Harper dan putri kesayangannya, Nana, yang berusia enam tahun. John Harper langsung membawa putrinya menuju sekoci penyelamat. Ia membungkuk dan mencium putri kecilnya yang amat berharga baginya; ditatapnya mata anak itu sambil berkata bahwa mereka akan berjumpa kembali satu hari kelak. Kilatan-kilatan di langit yang gelap di atas memantulkan air mata di wajahnya ketika ia berbalik dan menuju kerumunan orang yang putus asa di atas kapal yang sedang tenggelam itu.
Ketika buritan kapal mulai terayun ke atas, dilaporkan bahwa Harper tampak berusaha mendaki dek sambil berteriak "Wanita, anak-anak dan mereka yang belum diselamatkan masuk ke dalam sekoci!" Hanya beberapa menit kemudian, Titanic mulai terdengar bergemuruh jauh di bagian dalamnya. Banyak orang yang menyangka bahwa itu merupakan ledakan; padahal sebenarnya kapal raksasa itu secara harfiah sedang terbelah dua. Pada saat itu banyak orang yang melompat dari dek terjun ke dalam air es yang gelap di bawah. John Harper termasuk salah satu di antaranya. Malam itu 1528 orang masuk ke dalam air yang membekukan itu. John Harper tampak berenang dengan tergopoh-gopoh kepada orang-orang dan memimpin mereka kepada Yesus sebelum hipotermia (keadaan suhu tubuh di bawah titik terendah) menjadi fatal. Harper berenang menuju seorang pemuda yang telah naik ke atas kepingan yang terapung. Dengan napas terengah-engah ia bertanya, "Apakah anda sudah diselamatkan?" Pemuda itu menjawab belum. Harper kemudian mencoba menuntunnya kepada Kristus hanya untuk menerima jawaban tidak dari pemuda yang sedang shock itu. Harper membuka jaket penyelamatnya dan melemparkannya kepada pemuda itu sambil berkata "Kalau begitu ini, Anda lebih membutuhkannya daripadaku" dan kemudian berenang menuju orang-orang lain. Beberapa menit kemudian Harper berenang kembali mendekati pemuda tadi dan berhasil memimpinnya untuk menerima keselamatan.
Dari 1528 orang yang masuk ke dalam air malam itu, enam di antaranya diselamatkan oleh sekoci-sekoci penolong. Salah satu di antaranya adalah pemuda yang naik kepingan yang terapung tadi. Empat tahun kemudian pada suatu pertemuan bagi mereka yang selamat, pemuda ini berdiri dan dengan air mata bercucuran mengisahkan kembali bagaimana John Harper, setelah menuntunnya kepada Kristus, berusaha berenang kembali untuk menolong orang lain, namun oleh karena air yang dingin seperti es itu, maka ia telah menjadi terlalu lemah untuk berenang. Kata-kata terakhir sebelum ia tenggelam di dalam air yang membekukan itu ialah "Percayalah kepada Tuhan Yesus dan anda akan diselamatkan". (Sumber: internet).
Kisah di atas menunjukkan kepada kita betapa besar pengorbanan seorang demi menyelamatkan jiwa sesamanya di saat detik-detik terakhir kehidupan. Dia telah melaksanakan amanat Tuhan sampai akhir hidupnya. Ini merupakan suatu teladan yang baik bagi kita, orang Kristen. Kita tidak dituntut untuk mengorbankan nyawa kita demi Tuhan dan sesama kita, sebagaiman kisah John Happer di atas. Kita diminta untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan akal budi serta mengasihi sesama seperti diri sendiri (baca Matius 22: 37 – 40). Janganlah malu melakukan kehendak-Nya, (baca Lukas 9: 26).

Hal ini telah disampaikan Rasul Paulus dalam suratnya yang kedua kepada jemaat Tuhan di Filipi, demikian: “Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku; Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Filipi 1: 20-21). Sekalipun berada di penjara, Paulus tidak merasa malu.  Ia tidak sibuk memikirkan harga diri dan kemuliaannya sendiri. Rasul Paulus memiliki suatu kerinduan yang begitu mendalam dalam hidupnya. Dari Filipi 1:20 kita mengetahui dengan jelas bahwa yang sangat dirindukan oleh rasul Paulus adalah bahwa dalam segala hal yang dikerjakannya Kristus dengan nyata diagungkan, ditinggikan, dan dimuliakan.
Paulus tidak merasa malu untuk memberitakan nama Kristus walaupun dia di dalam penjara. Bagaimana dengan kita? Bukankah kita malu untuk mewartakan Kristus di dalam kehidupan kita? Malu bila berdoa makan di restoran di mana di sana ada banyak orang. Malu membawa Alkitab pergi ke gereja, bahkan malu kalau diketahui orang lain sebagai Kristen.
Akan tetapi, Paulus sedang di dalam penantian hukuman mati. Seandainya, kita menghadapi pilihan antara mati dan hidup, apalagi untuk memilih Kristus, pilihan mana yang akan kita tetapkan? ......................(coba kita renungkan dengan sedalam-dalamnya?) Ketika kita diperhadapkan pada sebuah pilihan, Kristus atau nyawa kita, kita mungkin akan menyangkali Kristus demi menyelamatkan nyawa kita.
Kematian dapat menjadi sebuah ancaman bagi pencapaian tujuan hidup kita. Kematian dapat menggagalkan semua rencana yang telah kita buat. Kematian dapat merampas segala sesuatu yang berharga dalam hidup kita. Mungkin inilah salah satu alasan mengapa kematian terasa menakutkan bagi sebagian orang. Para pemuda mungkin takut mati karena mereka belum mendapatkan apa yang mereka inginkan dalam hidup ini dan para orang tua mungkin takut mati karena kuatir terhadap nasib anak-cucu mereka yang begitu mereka kasihi. Akan tetapi, yang menjadi harta terbesar, pusat perhatian, dan tujuan utama rasul Paulus adalah Kristus. Itulah sebabnya ia tidak pernah memandang kematian sebagai sebuah ancaman yang menakutkan, yang dapat menggagalkan tujuan hidupnya. Sebaliknya, dia justru memandang kematian sebagai sebuah kesempatan yang baik bagi pencapaian tujuan hidupnya yang terutama, yaitu mendapatkan Kristus sebagai harta terbesar dalam hidupnya.
Bagi kita hidup dan mati mungkin Nampak seperti dua hal yang saling berlawanan, hidup ya hidup, mati ya mati. Urusan hidup untuk duniawi tetapi kalau mau mati baru kepada Tuhan. Hal ini tidak benar, hidup dan mati kita adalah Kristus supaya apapun terjadi di dalam kehidupan kita, itu semua adalah keuntungan karena kita sudah memiliki Kristus. Itulah sebabnya dalam Filipi 1:21 Paulus mengatakan: “karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Baik hidup dan mati kita adalah di dalam Kristus. Amen

Tidak ada komentar:

Mazmur 84 : 1 - 7

Mazmur 84 : 1 - 7 84:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur bani Korah.  84-2 Betapa disenangi tempat kediaman-Mu ,  ya ...