JANJI HARUS DITEPATI
Sebagai manusia
adalah mudah bagi kita untuk berjanji, namun untuk menepati janji itu tidaklah
gampang, bahkan seringkali meleset. Banyak orang kecewa karena orang yang
diharapkan ternyata telah ingkar janji. Seorang pemuda berjanji hendak
menikahi seorang gadis, ternyata janji itu tidak ia tepati, ia malah berpaling
ke lain hati dan meninggalkan gadis itu. Janji manusia seringkali
berujung pada kekecewaan, padahal pepatah dunia mengatakan bahwa janji adalah
utang, sebab itu bayarlah janjimu supaya jangan berutang.
Bagaimana dengan
Tuhan kalau Dia berjanji? Alkitab menyatakan bahwa "Tuhan
tidak lalai menepati janji-Nya," (2 Petrus 3:9a) dan "Janji
Tuhan adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali
dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah." (Mazmur 12:7).
Karena itu jangan pernah ragu akan janji Tuhan. Ketika berada dalam
pergumulan yang berat jangan pernah putus pengharapan. Jangan
melihat kepada berapa besar persoalan yang kita alami, tetapi lihat dengan mata
iman betapa besar kuasa dan kemampuan Tuhan kita karena kuasaNya sungguh tak terbatas
untuk menolong umatNya.
Janji Tuhan itu ibarat cek yang
diberikan kepada kita. Cek itu walaupun sudah diserahkan kepada pihak yang
menerima, tetapi selama cek tersebut tidak pernah dicairkan atau diuangkan ke
bank, maka cek itu hanya akan menjadi selembar kertas saja. Cek baru berharga
jika dibawa ke bank dan diuangkan, lalu kita menerima uang sejumlah yang
tertulis di dalam cek tersebut. Sama dengan cerita seorang ibu yang terus
dikirimi oleh anaknya wessel setiap bulan. Semakin lama si-ibu ini mengalami
sakit yang parah karena kemiskinan, dia tidak mempunyai uang untuk membeli obat.
Ketika anaknya pulang dari perantauan, dia sangat heran dengan kondisi ibunya.
Dia mempertanyakan wessel yang tiap bulan dikirimkan. Si-ibu mengatakan itu
hanya surat dan semua disimpan di bawah tempat tidur. Jelaslah, si-ibu ini
akhirnya sakit-sakit karena kemiskinan tanpa menyadari bahwa dia mempunyai
wessel yang sebenarnya adalah uang.
Wessel adalah uang bila ditukarkan ke bank atau kantor pos.
Demikian pula sebenarnya
Tuhan telah memberikan kepada kita begitu banyak “cek atau wessel” yang berisi janji-janji
Tuhan di dalam kehidupan kita, dan semuanya tertulis di dalam Alkitab. Tetapi
selama kita belum “menguangkannya” yaitu dengan cara mengimani janji-janji
tersebut, maka janji tersebut hanya akan menjadi tulisan-tulisan yang tidak
berarti, malah akan lewat begitu saja seperti angin yang datang dan pergi di
dalam kehidupan kita ini.
Itulah sebabnya mengapa
bagi sebagian orang Alkitab hanyalah merupakan tulisan-tulisan biasa, akan
tetapi bagi sebagian orang lainnya, Alkitab adalah sesuatu yang sangat
berharga, bahkan penuh dengan janji-janji Tuhan. Mengapa bagi sebagian orang,
mereka bisa merasa kagum dan sangat bersyukur kepada Tuhan ketika membaca suatu
ayat? Karena mereka telah menemukan janji Tuhan yang tepat bagi mereka, Firman
Tuhan memberikan jaminan di dalam kehidupannya; sementara bagi yang lain, ayat
itu hanyalah ayat biasa tanpa makna yang istimewa.
Kepada siapakah sebenarnya
janji Tuhan itu? Semuanya itu diberikan kepada setiap orang yang telah menjadi
anak-anak Allah. Kita semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus
Kristus (ay. 26). Ketika kita percaya kepada Tuhan, maka status kita diubah
dari anak-anak Iblis (anak-anak dosa) menjadi anak-anak Allah. Kita yang telah
dibaptis dalam Kristus, yaitu yang telah meninggalkan hidup kita yang lama,
maka kita akan mengenakan Kristus dalam hidup kita (ay. 27). Firman Tuhan di
dalam II Korintus 5:17 jelas mengatakan : “Jadi siapa yang ada di dalam
Kristus, ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu” Sama seperti nyanyian
“LAIN DULU LAIN SEKARANG, KINI KUHIDUP DI DALAM TUHAN, BERKAT YANG MELIMPAHI
DIBERIKANNYA, TERIMA KASIH TUHAN Ketika kita
telah dibaptis dalam Kristus, maka kita pun hidup bukan hanya bagi diri kita
sendiri, melainkan harus hidup bagi Tuhan.
Dalam hal ini, status kita
sebagai anak-anak Allah bukan tergantung dari suku kita, atau dari status
sosial kita, atau jenis kelamin kita apa kita perempuan atau laki-laki, atau
siapa orang tua kita. Semua orang bisa menjadi anak-anak Allah, selama kita mau
percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Lebih lagi, semua orang yang telah menerima
Yesus Kristus menjadi satu kesatuan di dalam Kristus Yesus. Anak-anak Allah
tidak dapat dibeda-bedakan apakah mereka orang Yahudi atau Yunani, karena
sesungguhnya identitas mereka hanya satu, yaitu anak-anak Allah (ay. 28) yang
berhak menerima janji Allah.
Janji Allah yang paling
terkenal adalah janji kepada Abraham, yaitu janji berkat yang Tuhan janjikan
kepada Abraham. Abraham mewujudkan janji-janji Tuhan di dalam komitmen, kesetian, dan Imannya
kepada Tuhan. Orang-orang Yahudi memang adalah keturunan langsung Abraham yang
memiliki hak untuk mendapatkan janji-janji Abraham tersebut karena mereka
adalah ahli waris Abraham. Akan tetapi, di dalam Kristus, kita menjadi
keturunan-keturunan Abraham yang baru di dalam iman. Karena itu, kita masuk di
dalam bagian janji-janji Tuhan. Ketika kita percaya kepada Kristus, maka kita
pun secara otomatis mendapatkan hak atas janji-janji Abraham karena Kristus pun
merupakan keturunan Abraham, bahkan lebih dari itu, karena kita
mendapatkan janji langsung dari Tuhan
sendiri.
Permasalahannya tidak
hanya berhenti sampai di situ. Janji tinggal hanya janji bila kita tidak
wujudkan di dalam kesetian, komitmen, dan iman kepercayaan kita kepada Tuhan. Kita
harus sampai pada tahap mengaktualisasikan janji-janji Tuhan itu. Kita sudah punya
hak berupa janji-janji Tuhan, jangan sampai hidup kita berakhir tanpa sekalipun
kita merasakan janji-janji Tuhan itu. Hidup kita akan jauh lebih berarti ketika kita sudah
merasakan janji-janji Tuhan, misalnya janji kesembuhan, janji berkat, janji keselamatan,
janji penyertaan Tuhan, dan lain sebagainya. Begitu banyak janji-janji Tuhan
yang ada dalam Firman Tuhan, tinggal bagaimana kita mampu merealisasikan
janji-janji tersebut.Amen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar