Selasa, 08 Oktober 2013

Yesaya 35 : 5 -10


Sukacita mengikut Tuhan
Pernahkah Anda kehilangan harapan, atau paling tidak hampir kehilangan pegangan hidup? Bagaimana rasanya hidup di tengah-tengah situasi yang tidak menentu, penuh ancaman, bahaya dan penderitaan? Bagaimana rasanya hidup bergereja dan beribadah di tengah-tengah ketidakpastian keamanan di negara kita ini? Bagaimana juga dengan uang simpanan kita di bank yang kemungkinan telah dibobol oleh maling-maling bank? Bagaimana kita menyikapi dan hidup di tengah-tengah kebobrokan moral dan mental anak-anak bangsa ini? Bagaimana kita menjalani masa-masa sulit, masa-masa suram dan bahkan lembah kekelaman dalam hidup ini? Bagaimana pula perasaan kita melihat orang-orang yang dengan jelas-jelas menyalahgunakan kekuasaan, wewenang dan jabatan demi kepentingan diri sendiri, termasuk orang-orang yang memperjual-belikan hukum di negara kita ini?
Masih banyak lagi hal-hal yang bisa kita tanyakan pada diri sendiri dalam hidup ini, yang membuat kita merasa takut dan kuatir. Banyak hal yang dapat menyebabkan kita kehilangan sukacita dan pesimistis, seperti: dukacita dan kesedihan karena kehilangan orang-orang yang dikasihi, perasaan tertolak, marah, iri hati, kebencian, dendam, permusuhan, kekecewaan, dll. Apa yang mesti kita lakukan?  Banyak dari kita yang akhirnya apatis, bahkan berpikir “untuk apa melakukan yang baik, sepertinya tidak ada gunanya” ? Toh yang jahat saja mendapatkan kehidupan yang baik. Akhirnya banyak juga orang hidup berpikir, kalau tidak sekarang dinikmati kapan lagi?
Teks kita hari ini berbicara tentang sukacita yang besar, jauh lebih besar dari masa keemasan raja-raja sebelumnya di Israel, termasuk pada masa raja Hizkia di Yehuda. Diakui memang bahwa dalam banyak aspek bangsa Israel melakonkan peran nyata bukan lagi seperti umat pilihan Allah. Begitu cepatnya hidup mereka berpaling dari Tuhan. Mereka malah menjadi pemberontak. Akibatnya krisis terjadi di mana-mana, seperti krisis politik, ekonomi dan bahkan agama. Kemerosotan-kemerosotan moral dan kehidupan spiritual sudah sangat memprihatinkan, malah dalam arti tertentu bangsa Israel mungkin lebih bobrok dan bebal dari bangsa-bangsa lain di sekitarnya; dan konsekuensinya adalah hukuman yang datang bersamaan dengan hilangnya pengharapan akan keselamatan dan pembaharuan.
Mereka tahu kengerian yang akan terjadi bila Tuhan benar-benar menjatuhkan hukuman. Mereka hanya melihat ketakutan itu tetapi tidak hidup di dalam pertobatan dan kembali ke jalan Tuhan. Justru kejahatan mereka semakin merajalela, membabi buta.
Sebenarnya Tuhan itu sangat baik. Allah tidak pernah langsung menghukum, justru Allah lebih dahulu mengingatkan umatNya sebelum hukuman dijatuhkan. Bahkan Allah mau bernegoisasi (tawar menawar) dengan manusia (contoh kisah Sodom dan Gomora), hanya saja kebaikan Allah disalah mengerti manusia. Sehingga manusia melihat Allah itu tidak tegas, plin-plan dan ragu-ragu mengambil keputusan. Sebenarnya Allah tidak demikian, justru Allah selalu membuka hatiNya untuk kedatangan kita (bandingkan Kisah Anak yang hilang di Lukas 15), bisa saja Allah langsung menjatuhkan hukuman tetapi Allah selalu menunggu kepulangan anak-anakNya dan memberikan kehidupan yang pasti serta penuh sukacita. Kasih dan setia Allah itulah yang kembali menebar semarak pengharapan umat. Pengharapan yang sempat layu dan kering kini digantikan dengan suatu janji yang menyatakan bahwa Allah berpihak pada mereka. Kengerian akan diganti dengan kesukaan, kebinasaan akan ditaklukkan oleh kehidupan baru. Keberpihakan Allah ini terungkap melalui kata-kata: "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!" (ay. 4).Ada kesembuhan, pemulihan hubungan, perubahan alam, kedamaian, pembaruan kondisi hidup. Janji ini tidak dibatasi oleh lingkup jasmani dan rohani saja, melainkan janji yang berdimensi kekal menembus batas-batas keberadaan manusia. Sukacita besar bukan?
Sukacita besar ini diungkapkan paling tidak dalam dua gambaran (sampai pada ayat 7) atau empat gambaran (sampai pada ayat 10):
Pertama, sukacita besar karena Allah sendiri akan membuat suatu perubahan dan pembaharuan yang sangat signifikan dalam diri umat manusia, yang tidak mungkin dikerjakan oleh manusia, bahkan tidak mungkin dilakukan oleh para raja siapa pun. Perubahan dan pembaharuan ini terungkap lewat kata-kata di ayat 5-6a: “Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka.Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai”.
Kedua, sukacita besar karena Allah sendiri akan membuat alam menjadi sumber kehidupan dan kesegaran. Pekerjaan Allah ini terungkap melalui kata-kata di ayat 6b-7: “sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara;tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam, dan tanah kersang menjadi sumber-sumber air; di tempat serigala berbaring akan tumbuh tebu dan pandan”.Kiasan ini ingin menekankan pembaruan yang ajaib dan dahsyat yang jauh melebihi kuasa pemerintahan siapa pun, dan jauh lebih besar dari hukuman yang dijatuhkan.
Ketiga, sukacita besar karena Allah sendiri akan menghantarkan orang-orang yang diselamatkan-Nya memasuki "Jalan kudus", jalan menuju tempat suci, jalan menuju pada keselamatan (ayat 8-9).
Keempat, sukacita besar karena sukacita itu bersifat abadi (ayat 10). Sukacita ini bukan sukacita sesaat, bukan sporadis, dan bukan juga sukacita semu; melainkan sukacita nyata yang abadi.
Nubuat tentang Allah yang datang untuk menyelamatkan umat-Nya ini kadang-kadang dialamatkan kepada beberapa orang dalam sejarah Israel yang dianggap sebagai “tangan” Allah untuk mendatangkan sukacita keselamatan bagi umat-Nya. Tetapi, satu-satunya penggenapan yang penuh, sempurna dan kekal adalah melalui kedatangan Tuhan Yesus ke dunia yang dengan jelas mengungkapkan misi-Nya: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Lukas 4:18-19).  Sukacita itu hanya dapat ditemukan di dalam Tuhan. Semua yang ada di dunia ini hanyalah bagian dari penggenapan janji Tuhan, bahkan di luar dari itu semua hanya sementar. Karena itu, marilah kita selalu mencari Tuhan dan hidup bersama denganNya karena diluar dari Dia hanya akan ada kehidupan yang sementara saja. Amen     

Tidak ada komentar:

Mazmur 84 : 1 - 7

Mazmur 84 : 1 - 7 84:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur bani Korah.  84-2 Betapa disenangi tempat kediaman-Mu ,  ya ...