Sukacita
mengikut Tuhan
Pernahkah
Anda kehilangan harapan, atau paling tidak hampir kehilangan pegangan hidup?
Bagaimana rasanya hidup di tengah-tengah situasi yang tidak menentu, penuh
ancaman, bahaya dan penderitaan? Bagaimana rasanya hidup bergereja dan
beribadah di tengah-tengah ketidakpastian keamanan di negara kita ini?
Bagaimana juga dengan uang simpanan kita di bank yang kemungkinan telah dibobol
oleh maling-maling bank? Bagaimana kita menyikapi dan hidup di tengah-tengah
kebobrokan moral dan mental anak-anak bangsa ini? Bagaimana kita menjalani
masa-masa sulit, masa-masa suram dan bahkan lembah kekelaman dalam hidup ini?
Bagaimana pula perasaan kita melihat orang-orang yang dengan jelas-jelas
menyalahgunakan kekuasaan, wewenang dan jabatan demi kepentingan diri sendiri, termasuk
orang-orang yang memperjual-belikan hukum di negara kita ini?
Masih banyak
lagi hal-hal yang bisa kita tanyakan pada diri sendiri dalam hidup ini, yang
membuat kita merasa takut dan kuatir. Banyak hal yang dapat menyebabkan kita
kehilangan sukacita dan pesimistis, seperti: dukacita dan kesedihan karena
kehilangan orang-orang yang dikasihi, perasaan tertolak, marah, iri hati,
kebencian, dendam, permusuhan, kekecewaan, dll. Apa yang mesti kita lakukan? Banyak dari kita yang akhirnya apatis, bahkan
berpikir “untuk apa melakukan yang baik, sepertinya tidak ada gunanya” ? Toh
yang jahat saja mendapatkan kehidupan yang baik. Akhirnya banyak juga orang
hidup berpikir, kalau tidak sekarang dinikmati kapan lagi?
Teks kita
hari ini berbicara tentang sukacita yang besar, jauh lebih besar dari masa
keemasan raja-raja sebelumnya di Israel, termasuk pada masa raja Hizkia di
Yehuda. Diakui memang bahwa dalam banyak aspek bangsa Israel melakonkan peran
nyata bukan lagi seperti umat pilihan Allah. Begitu cepatnya hidup mereka
berpaling dari Tuhan. Mereka malah menjadi pemberontak. Akibatnya krisis
terjadi di mana-mana, seperti krisis politik, ekonomi dan bahkan agama.
Kemerosotan-kemerosotan moral dan kehidupan spiritual sudah sangat
memprihatinkan, malah dalam arti tertentu bangsa Israel mungkin lebih bobrok
dan bebal dari bangsa-bangsa lain di sekitarnya; dan konsekuensinya adalah
hukuman yang datang bersamaan dengan hilangnya pengharapan akan keselamatan dan
pembaharuan.
Mereka tahu
kengerian yang akan terjadi bila Tuhan benar-benar menjatuhkan hukuman. Mereka
hanya melihat ketakutan itu tetapi tidak hidup di dalam pertobatan dan kembali
ke jalan Tuhan. Justru kejahatan mereka semakin merajalela, membabi buta.
Sebenarnya Tuhan itu sangat baik.
Allah tidak pernah langsung menghukum, justru Allah lebih dahulu mengingatkan
umatNya sebelum hukuman dijatuhkan. Bahkan Allah mau bernegoisasi (tawar
menawar) dengan manusia (contoh kisah Sodom dan Gomora), hanya saja kebaikan
Allah disalah mengerti manusia. Sehingga manusia melihat Allah itu tidak tegas,
plin-plan dan ragu-ragu mengambil keputusan. Sebenarnya Allah tidak demikian,
justru Allah selalu membuka hatiNya untuk kedatangan kita (bandingkan Kisah
Anak yang hilang di Lukas 15), bisa saja Allah langsung menjatuhkan hukuman
tetapi Allah selalu menunggu kepulangan anak-anakNya dan memberikan kehidupan
yang pasti serta penuh sukacita. Kasih dan setia Allah itulah yang kembali
menebar semarak pengharapan umat. Pengharapan yang sempat layu dan kering kini
digantikan dengan suatu janji yang menyatakan bahwa Allah berpihak pada mereka.
Kengerian akan diganti dengan kesukaan, kebinasaan akan ditaklukkan oleh
kehidupan baru. Keberpihakan Allah ini terungkap melalui kata-kata: "Kuatkanlah
hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan
dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!" (ay.
4).Ada kesembuhan, pemulihan hubungan, perubahan alam, kedamaian, pembaruan
kondisi hidup. Janji ini tidak dibatasi oleh lingkup jasmani dan rohani saja,
melainkan janji yang berdimensi kekal menembus batas-batas keberadaan manusia.
Sukacita besar bukan?
Sukacita besar ini diungkapkan
paling tidak dalam dua gambaran (sampai pada ayat 7) atau empat gambaran
(sampai pada ayat 10):
Pertama, sukacita besar karena Allah sendiri
akan membuat suatu perubahan dan pembaharuan yang sangat signifikan dalam diri
umat manusia, yang tidak mungkin dikerjakan oleh manusia, bahkan tidak mungkin
dilakukan oleh para raja siapa pun. Perubahan dan pembaharuan ini terungkap
lewat kata-kata di ayat 5-6a: “Pada waktu itu mata orang-orang buta akan
dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka.Pada waktu itu orang
lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai”.
Kedua, sukacita besar karena Allah sendiri
akan membuat alam menjadi sumber kehidupan dan kesegaran. Pekerjaan Allah ini
terungkap melalui kata-kata di ayat 6b-7: “sebab mata air memancar di padang
gurun, dan sungai di padang belantara;tanah pasir yang hangat akan menjadi
kolam, dan tanah kersang menjadi sumber-sumber air; di tempat serigala
berbaring akan tumbuh tebu dan pandan”.Kiasan ini ingin menekankan
pembaruan yang ajaib dan dahsyat yang jauh melebihi kuasa pemerintahan siapa
pun, dan jauh lebih besar dari hukuman yang dijatuhkan.
Ketiga, sukacita besar karena Allah sendiri
akan menghantarkan orang-orang yang diselamatkan-Nya memasuki "Jalan
kudus", jalan menuju tempat suci, jalan menuju pada keselamatan (ayat
8-9).
Keempat, sukacita besar karena sukacita itu
bersifat abadi (ayat 10). Sukacita ini bukan sukacita sesaat, bukan sporadis,
dan bukan juga sukacita semu; melainkan sukacita nyata yang abadi.
Nubuat tentang Allah yang datang
untuk menyelamatkan umat-Nya ini kadang-kadang dialamatkan kepada beberapa
orang dalam sejarah Israel yang dianggap sebagai “tangan” Allah untuk
mendatangkan sukacita keselamatan bagi umat-Nya. Tetapi, satu-satunya
penggenapan yang penuh, sempurna dan kekal adalah melalui kedatangan Tuhan
Yesus ke dunia yang dengan jelas mengungkapkan misi-Nya: “Roh Tuhan ada
pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik
kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta,
untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat
Tuhan telah datang” (Lukas 4:18-19). Sukacita itu hanya dapat ditemukan di dalam
Tuhan. Semua yang ada di dunia ini hanyalah bagian dari penggenapan janji
Tuhan, bahkan di luar dari itu semua hanya sementar. Karena itu, marilah kita
selalu mencari Tuhan dan hidup bersama denganNya karena diluar dari Dia hanya
akan ada kehidupan yang sementara saja. Amen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar