Salah satu kebutuhan
dasar (pokok) manusia selain makanan, minuman, pakaian adalah juga tempat
tinggal (rumah). Rumah (tempat tinggal) menjadi tempat bersekutu dengan seluruh
keluarga (orangtua dan anak-anak, serta keluarga lain), tempat untuk
membesarkan anak-anak, serta sebagai prestise (kebanggaan). Intinya, ada begitu
banyak hal yang dilakukan di dalam rumah bahkan bisa dari perbuatan-perbuatan
yang terpuji, yang baik, hingga perbuatan yang jelek (negatif) seperti tempat
judi, bandar narkoba, dll. Ada banyak
siaran televisi yang meliput peristiwa tertangkapnya gembong narkoba di sebuah
rumah......jalan....., serta menjadi sarang untuk melakukan teror bom ke tempat
lain.
Kebahagian orang yang
tinggal di dalam rumah bukanlah semata-mata ditentukan bagaimana arsitektur
rumah, atau besar dan megahnya bangunan rumah? Banyak orang bisa membangun
rumah yang marmernya saja diimport dari Eropah, permadaninya dari Turkey, atau
lampu-lampu kristalnya dari Yunani tetapi belum bisa menjamin apakah orang yang
tinggal di dalam rumah itu bahagia? Tetapi ada rumah yang sederhana,
bangunannya biasa-biasa saja, namun orang di dalam rumah itu bahagia dan
senang. Lalu apa permasalahannya? Tentu, rumah tidak hanya bergantung pada arsitekturnya,
bangunannya, atau material bangunan itu, tetapi juga bagaimana kualitas hidup
orang yang tinggal di dalamnya. Itu sebabnya adalah istilah Inggris yang
mengatakan : “a house is not always home”. Kata house dan home sebenarnya sama
artinya rumah. Tetapi house lebih menunjukkan kepada bangunan fisiknya,
sedangkan home adalah orangnya (penghuninya). Rumah secara fisik bisa berubah,
bisa hancur, tetapi home yaitu keluarga tidak akan hancur bila dirawat dengan baik.
Kitab Amsal ini
mengajarkan bahwa rumah orang fasik (jahat) adalah hanya terdapat kutukkan,
sedangkan rumah orang benar akan diberkati. Rumah orang jahat adalah gambaran
neraka di dunia ini. Sedangkan rumah
orang benar adalah gambaran Sorga di bumi. Di dalam rumah orang fasik, setiap
orang di dalamnya akan terbangun sifat-sifat kebencian, iri hati, dendam, dll.
Sedangkan rumah orang benar akan terpencar sifat-sifat kasih, damai, saling
menolong, dan melayani dengan rendah hati. Mungkin kita pernah mendengarkan
cerita tentang Sorga dan Neraka. Ada yang diutus Tuhan untuk melihat kedua
tempat itu. Pertama, dia mengunjungi neraka, di sana banyak orang yang
cantik-cantik, tampan tetapi kurus-kurus. Di meja makan mereka tersedia makanan
yang enak-enak. Dia heran kok banyak makanan enak-ev\nak mereka kurus-kurus.
Lalu dia mengunjungi sorga. Persis seperti neraka bahwa di Sorga juga banyak gadis-gadis
cantik, dan pria tampan. Namun mereka sehat-sehat, badan mereka bagus. Di meja
makan mereka-pun tersedia makanan yang enak-enak. Si-pengunjung ini heran,
persis sama tapi kok beda orang di neraka dan di sorga. Ternyata bila mereka
makan harus pakai sendok yang panjangnya 1,5 meter, dan cara makannya harus
dipegang ujung sendok itu. Di neraka orang-orang berebut makan sehingga setiap
kali mensendok makanan, karena terlalu panjang akhirnya tidak sampai ke mulut
mereka. Sedangkan di sorga, mereka bergantian mensendok dan memberikan makanan
kepada temannya.
Rumah harus menjadi tempat
untuk mempraktekkan sifat-sifat ilahi. Di rumahlah setiap keluarga belajar
untuk melindungi, saling melayani, menolong. Rumah tangga yang baik adalah
rumah yang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri. Walau istri harus tunduk
kepada suami, maka suami yang baik adalah suami yang bijaksana mengatur
rumahnya dengan baik. Apalagi rumah tangga kristiani harus memiliki ciri-ciri
kekhususan yang berbeda dengan rumah tangga yang bukan kristiani. Kalau rumah kristen tiap hari terdengar
piring melayang, gelas pecah, suara menggelegar, maka rumah tangga itu sedang
mengalami sakit yang parah. Karena itu, setiap anggota di dalam rumah itu
harus difungsikan dengan baik. Apalagi fungsi sebagai ibu yang menjadi tumpuan
bagi keluarga. Walaupun bapak (suami) dikatakan sebagai kepala tetapi sejatinya
ibu-lah yang punya andil besar membawa rumah itu menjadi seperti apa.
Membangun rumah yang
bahagia dituntut peran penting seorang ibu. Peran penting ibu di dalam rumah
antara lain :
a. Ibu sebagai
pengatur (manager) : dia bisa sekaligus mengambil tugas seorang bapak yang
harus pergi pagi-pagi dan pulang malam untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
b. Ibu sebagai
guru : dia menjadi sumber pendidikan pertama bagi anak-anaknya. Bagaimana
nantinya anak-anak itu sangat ditentukan oleh tangan-tangan magis seorang ibu.
c. Ibu sebagai
perawat : dia seorang yang telaten/peka melihat, mengetahui kebutuhan mendasar
keluarga.
d. Ibu sebagai
bendahara : dia harus mampu mengelola Anggaran masuk dan keluar dengan
sebaik-baiknya. Bila perlu bisa membantu memberikan penghasilan keluarga, bukan
malah menghabiskan untuk keperluan-keperluan yang tidak jelas.
e. Ibu sebagai
designer : dia harus mampu membuat suasana rumahnya tetapi berseri, tidak
bosan, apalagi tidak ada daya inovasi.
Memang cukup berat tugas seorang ibu. Tetapi bukan berarti anggota keluarga
yang lain menjadi berpangku tangan. Memang tidak bisa dielakkan bahwa seorang
ibu-lah yang mempunyai waktu yang lebih lama di rumahnya daripada anggota yang
lain. Karena itu, tidak ada waktu untuk berhenti belajar, supaya orang yang
masuk dan keluar dari rumah kita akan diberkati oleh Tuhan dan menjadi berkat
bagi orang lain. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar