Berkatalah Elihu selanjutnya (2) Bersabarlah sebentar, aku
akan mengajar engkau, karena masih ada yang hendak kukatakan demi Allah. (3)
Aku akan meraih pengetahuanku dari jauh dan membenarkan Pembuatku; (4) karena
sungguh-sungguh, bukan dusta perkataanku, seorang yang sempurna pengetahuannya
menghadapi engkau. (5) Ketahuilah, Allah itu perkasa, namun tidak memandang
hina apapun, Ia perkasa dalam kekuatan akal budi. (6) Ia tidak membiarkan orang
fasik hidup, tetapi memberi keadilan kepada orang-orang sengsara; (7) Ia tidak
mengalihkan pandangan mata-Nya dari orang benar, tetapi menempatkan mereka untuk
selama-lamanya di samping raja-raja di atas takhta, sehingga mereka tinggi
martabatnya.
Salah menilai orang lain pasti pernah kita lakukan di dalam
hidup ini. Seseorang kita nilai dari kaca mata kita sendiri, kita katakan dia
baik tetapi tidak baik, kita katakan orang lain jahat tetapi sesungguhnya dia
baik. Mengapa hal seperti ini bisa terjadi? Ada banyak faktor sebenarnya
sehingga penilaian kita terhadap orang lain bisa salah, antara lain : pertama, mungkin kita tidak mengenal
seseorang itu secara lebih dalam. Mengetahui apa yang terjadi di dalam
kehidupannya baik di dalam rumah dan di luar rumahnya. Kita hanya mengenalnya
secara terbatas tetapi kita sudah berani untuk memberikan kesimpulan tentang
seseorang itu. Kedua, kita tidak
ingin repot atau berusaha sungguh-sungguh untuk mengatakan yang positif,
sehingga kita lebih suka mengatakan yang negatif. Artinya, banyak orang
terkondisi untuk mencari-cari kesalahan orang lain walau tidak ada kesalahan
dari orang lain itu. Ketiga, Tuhan juga bisa membuat kejadian di dalam hidup
ini dari yang baik menjadi tidak baik demi menguji dan melihat kesungguhan
seseorang untuk mengikut Dia. Apakah seseorang yang mengalami penderitaan bisa
bertahan, bukan karena kejahatan yang dilakukannya sehingga Tuhan menghukumnya.
Seperti itulah yang dialami oleh Elihu sahabat Ayub yang
melihat apa yang dialami oleh Ayub merupakan kejahatan yang diperbuatnya. Kita
tahu kisah Ayub ini adalah kisah yang penuh dramatis (anti klimaks). Bagaimana
Ayub seorang yang saleh, yang takut kepada Tuhan tetapi mengalami kehidupan
yang tragis. (bnd.Ayub 2:3). Di mana pada awalnya, Iblis mencurigai kesalehan
Ayub kepada Tuhan adalah karena harta dan keluarga yang dimilikinya. Bagaimana
seadanyai dia (Ayub) tidak memiliki apa-apa, apakah dia masih mau menuruti
Tuhan yang dia sembah dan puja-puja? Inilah yang membuat akhirnya, Allah mengizinkan
iblis untuk mencobai Ayub. Akhirnya dia mengalami hidup yang mengerikan,
anak-anak (10 orang) mati, hartanya seketika ludes, dan dia juga mengalami
sakit penyakit yang parah.
Inilah yang membuat istri dan sahabat-sahabat Ayub menyerang
balik Ayub dan juga menyerang balik Tuhan. Mereka semua mengajak Ayub untuk
mengutuki Tuhan. Untuk apa lagi berbuat kesalehan kalau yang diterima adalah
penderitaan dan kesengsaraan. Mungkin kita juga di masa sekarang ini, sering
seperti isteri dan sahabat-sahabat Ayub. Bila kita sudah sering ke gereja,
sering berdoa, sering berbuat baik, tetapi kita sering mendapatkan penderitaan,
pergumulan; maka kita akan bertanya-tanya, apa gunanya melakukan yang baik bila
harus menderita??? Bahkan kita juga sering terjebak di dalam hidup ini yang
mengatakan TUHAN TIDAK ADIL. Kita mengatakan bagaimana mungkin orang yang
berbuat jahat, bahkan tidak pernah ke gereja, apalagi berdoa tetapi hidup
mereka baik-baik saja, hidup mereka senang, dan panjang umurnya. Inikan tidak
masuk di akal? Harusnya, orang berbuat baik mendapatkan yang baik bukan ujian
dan cobaan hidup yang pahit. Sedangkan yang jahat harusnya mendapatkan hidup
yang tidak baik.
Apa jawaban Tuhan terhadap pertanyaan ini? Ada baiknya kita
membaca tentang kisah seorang anak yang buta sejak lahir. Banyak orang
berprasangka bahwa anak itu buta karena dosa orangtuanya. Tetapi Yesus
mengatakan bahwa Kemuliaan Tuhan mau dinyatakan di sana. Seperti itulah yang
dialami oleh Ayub, bahwa Kemuliaan Tuhan hendak dinyatakan di sana. Akhirnya sahabat-sahabat
Ayub salah prasangka, dan iblis juga kalah di sana. Ayub akhirnya tetap teguh
dijalan Tuhan. Bagaimana dengan kita sekarang ini? Bukan hanya karena
penderitaan atau pergumulan orang bisa berbalik dari TUHAN, bahkan tawaran
dunia yang menggiurkan, perasaan takut yang berlebihan bisa membuat kita
meninggalkan Tuhan. Dalam minggu ini kita kembali disuguhkan dengan cerita
seorang Kristen yang meninggalkan keyakinannya. Seorang artis yang dicap
aktivis gereja, penyanyi rohani, akhirnya jatuh juga meninggalkan Tuhan yang
telah diimani sejak lahirnya. Dan ini bisa berbahaya bagi generasi penerus
gereja. Ingatlah iblis masih bekerja untuk merayu dan menjatuhkan anak-anak
Tuhan meninggalkan DIA. Kita bisa saja senang seketika karena demi pemuasan nafsu
kedagingan kita, tetapi kita akan hancur/binasa di perjalanan akhir kehidupan
kita. TUHAN tidak pernah buta, Tuhan melihat semua itu. Tuhan akan selalu
berpihak kepada orang-orang yang benar, tetapi Tuhan tidak akan membiarkan
orang-orang jahat itu terus hidup.
Kita harus menyadari dunia yang fana, dunia yang hanya sejengkal
waktu dan tidak ada keabadian di sini, jangan kita kotori hidup kita dengan
perbuatan yang menghancurkan masa depan kita yakni di kehidupan kekal
bersamanya. Kalau kita disenangkan dengan perbuatan-perbuatan jahat yang kita
lakukan di dunia ini, hati-hati itu hanya sebentar seperti “kilat petir” yang
seketika menyambar. Tetapi hukuman yang kita terima adalah selama-lamanya. Hidup
orang kristen adalah hidup yang TERPISAH dari dunia ini walaupun kita hidup di
dunia ini. Kita harus seperti ikan di laut walaupun mereka hidup di air yang
asin tetapi ikan itu tidak berubah menjadi asin (bnd.Roma 12:2). Dan kita kita
harus MENGKHUSUSKAN hidup kita kepada Tuhan, karena kita sudah menjadi
miliknya. Sama seperti kita adalah milik orang Tuhan kita, dan kita akan
ditetapkan menjadi ahli waris dari harta yang dimilikinya. Seperti itulah Tuhan
yang telah menjadikan kita menjadi anakNya supaya kita menjadi bagian dari
segala warisan yang Dia punyai bagi kita. Justru kalau kita keluar atau
menjauhkan diri dari Dia maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Penderitaan
yang kita alami karena mengikut TUHAN akan membuahkan sukacita yang tidak
terbandingkan dengan apapun yang pernah kita rasakan di dunia ini. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar