Selasa, 08 Oktober 2013

Ayub 36 : 1 – 7



Berkatalah Elihu selanjutnya (2) Bersabarlah sebentar, aku akan mengajar engkau, karena masih ada yang hendak kukatakan demi Allah. (3) Aku akan meraih pengetahuanku dari jauh dan membenarkan Pembuatku; (4) karena sungguh-sungguh, bukan dusta perkataanku, seorang yang sempurna pengetahuannya menghadapi engkau. (5) Ketahuilah, Allah itu perkasa, namun tidak memandang hina apapun, Ia perkasa dalam kekuatan akal budi. (6) Ia tidak membiarkan orang fasik hidup, tetapi memberi keadilan kepada orang-orang sengsara; (7) Ia tidak mengalihkan pandangan mata-Nya dari orang benar, tetapi menempatkan mereka untuk selama-lamanya di samping raja-raja di atas takhta, sehingga mereka tinggi martabatnya.


Salah menilai orang lain pasti pernah kita lakukan di dalam hidup ini. Seseorang kita nilai dari kaca mata kita sendiri, kita katakan dia baik tetapi tidak baik, kita katakan orang lain jahat tetapi sesungguhnya dia baik. Mengapa hal seperti ini bisa terjadi? Ada banyak faktor sebenarnya sehingga penilaian kita terhadap orang lain bisa salah, antara lain : pertama, mungkin kita tidak mengenal seseorang itu secara lebih dalam. Mengetahui apa yang terjadi di dalam kehidupannya baik di dalam rumah dan di luar rumahnya. Kita hanya mengenalnya secara terbatas tetapi kita sudah berani untuk memberikan kesimpulan tentang seseorang itu. Kedua, kita tidak ingin repot atau berusaha sungguh-sungguh untuk mengatakan yang positif, sehingga kita lebih suka mengatakan yang negatif. Artinya, banyak orang terkondisi untuk mencari-cari kesalahan orang lain walau tidak ada kesalahan dari orang lain itu. Ketiga, Tuhan juga bisa membuat kejadian di dalam hidup ini dari yang baik menjadi tidak baik demi menguji dan melihat kesungguhan seseorang untuk mengikut Dia. Apakah seseorang yang mengalami penderitaan bisa bertahan, bukan karena kejahatan yang dilakukannya sehingga Tuhan menghukumnya.
Seperti itulah yang dialami oleh Elihu sahabat Ayub yang melihat apa yang dialami oleh Ayub merupakan kejahatan yang diperbuatnya. Kita tahu kisah Ayub ini adalah kisah yang penuh dramatis (anti klimaks). Bagaimana Ayub seorang yang saleh, yang takut kepada Tuhan tetapi mengalami kehidupan yang tragis. (bnd.Ayub 2:3). Di mana pada awalnya, Iblis mencurigai kesalehan Ayub kepada Tuhan adalah karena harta dan keluarga yang dimilikinya. Bagaimana seadanyai dia (Ayub) tidak memiliki apa-apa, apakah dia masih mau menuruti Tuhan yang dia sembah dan puja-puja? Inilah yang membuat akhirnya, Allah mengizinkan iblis untuk mencobai Ayub. Akhirnya dia mengalami hidup yang mengerikan, anak-anak (10 orang) mati, hartanya seketika ludes, dan dia juga mengalami sakit penyakit yang parah.
Inilah yang membuat istri dan sahabat-sahabat Ayub menyerang balik Ayub dan juga menyerang balik Tuhan. Mereka semua mengajak Ayub untuk mengutuki Tuhan. Untuk apa lagi berbuat kesalehan kalau yang diterima adalah penderitaan dan kesengsaraan. Mungkin kita juga di masa sekarang ini, sering seperti isteri dan sahabat-sahabat Ayub. Bila kita sudah sering ke gereja, sering berdoa, sering berbuat baik, tetapi kita sering mendapatkan penderitaan, pergumulan; maka kita akan bertanya-tanya, apa gunanya melakukan yang baik bila harus menderita??? Bahkan kita juga sering terjebak di dalam hidup ini yang mengatakan TUHAN TIDAK ADIL. Kita mengatakan bagaimana mungkin orang yang berbuat jahat, bahkan tidak pernah ke gereja, apalagi berdoa tetapi hidup mereka baik-baik saja, hidup mereka senang, dan panjang umurnya. Inikan tidak masuk di akal? Harusnya, orang berbuat baik mendapatkan yang baik bukan ujian dan cobaan hidup yang pahit. Sedangkan yang jahat harusnya mendapatkan hidup yang tidak baik.
Apa jawaban Tuhan terhadap pertanyaan ini? Ada baiknya kita membaca tentang kisah seorang anak yang buta sejak lahir. Banyak orang berprasangka bahwa anak itu buta karena dosa orangtuanya. Tetapi Yesus mengatakan bahwa Kemuliaan Tuhan mau dinyatakan di sana. Seperti itulah yang dialami oleh Ayub, bahwa Kemuliaan Tuhan hendak dinyatakan di sana. Akhirnya sahabat-sahabat Ayub salah prasangka, dan iblis juga kalah di sana. Ayub akhirnya tetap teguh dijalan Tuhan. Bagaimana dengan kita sekarang ini? Bukan hanya karena penderitaan atau pergumulan orang bisa berbalik dari TUHAN, bahkan tawaran dunia yang menggiurkan, perasaan takut yang berlebihan bisa membuat kita meninggalkan Tuhan. Dalam minggu ini kita kembali disuguhkan dengan cerita seorang Kristen yang meninggalkan keyakinannya. Seorang artis yang dicap aktivis gereja, penyanyi rohani, akhirnya jatuh juga meninggalkan Tuhan yang telah diimani sejak lahirnya. Dan ini bisa berbahaya bagi generasi penerus gereja. Ingatlah iblis masih bekerja untuk merayu dan menjatuhkan anak-anak Tuhan meninggalkan DIA. Kita bisa saja senang seketika karena demi pemuasan nafsu kedagingan kita, tetapi kita akan hancur/binasa di perjalanan akhir kehidupan kita. TUHAN tidak pernah buta, Tuhan melihat semua itu. Tuhan akan selalu berpihak kepada orang-orang yang benar, tetapi Tuhan tidak akan membiarkan orang-orang jahat itu terus hidup.
Kita harus menyadari dunia yang fana, dunia yang hanya sejengkal waktu dan tidak ada keabadian di sini, jangan kita kotori hidup kita dengan perbuatan yang menghancurkan masa depan kita yakni di kehidupan kekal bersamanya. Kalau kita disenangkan dengan perbuatan-perbuatan jahat yang kita lakukan di dunia ini, hati-hati itu hanya sebentar seperti “kilat petir” yang seketika menyambar. Tetapi hukuman yang kita terima adalah selama-lamanya. Hidup orang kristen adalah hidup yang TERPISAH dari dunia ini walaupun kita hidup di dunia ini. Kita harus seperti ikan di laut walaupun mereka hidup di air yang asin tetapi ikan itu tidak berubah menjadi asin (bnd.Roma 12:2). Dan kita kita harus MENGKHUSUSKAN hidup kita kepada Tuhan, karena kita sudah menjadi miliknya. Sama seperti kita adalah milik orang Tuhan kita, dan kita akan ditetapkan menjadi ahli waris dari harta yang dimilikinya. Seperti itulah Tuhan yang telah menjadikan kita menjadi anakNya supaya kita menjadi bagian dari segala warisan yang Dia punyai bagi kita. Justru kalau kita keluar atau menjauhkan diri dari Dia maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Penderitaan yang kita alami karena mengikut TUHAN akan membuahkan sukacita yang tidak terbandingkan dengan apapun yang pernah kita rasakan di dunia ini.  Amin

Tidak ada komentar:

Mazmur 84 : 1 - 7

Mazmur 84 : 1 - 7 84:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur bani Korah.  84-2 Betapa disenangi tempat kediaman-Mu ,  ya ...