Selasa, 07 Maret 2017

Mazmur 119 : 1 - 8



MELAKUKAN PERINTAH TUHAN

Jemaat sebagai persekutuan orang-orang percaya yang menampakkan persekutuannya di dalam kehidupan dunia ini merupakan kawan sekerja Allah.  Mereka menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah melalui pelayanannya dan melalui seluruh aktivitas kehidupannya. Inilah yang sebenarnya merupakan pengertian dari unsur koinonia yang merupakan salah satu dari wujud dan hakikat Gereja. Persekutuan ini memerlukan suatu suasana yang di dalamnya tidak ada iri hati, perselisihan, dendam, mencari keuntungan sendiri, mengorbankan orang lain untuk keuntungan diri sendiri. Namun di sisi yang lain memerlukan adanya kesadaran betapa banyaknya talenta dan karunia yang diberikan yang harus digunakan semaksimal mungkin untuk kemuliaan dan kebesaran nama Tuhan Allah (band. Ibr. 10:24-25).
Di dalam persekutuan dan kebersamaan inilah harus nampak persekutuan antara Allah dan manusia  yang baik dan indah.  Persekutuan inilah yang harus menjadi dasar dan motivasi bagaimana orang- orang percaya, warga gereja, untuk hidup bersama sebagai satu umat Tuhan untuk dapat hidup bersama dengan semua orang lain dari berbagai latar belakang ras, agama, suku, bahasa dan bangsa. Cara hidup seperti nilah yang menunjukkan bahwa sebagai Gereja kita telah berada pada tingkat kedewasaan. Di situ akan nampak kualitas kita sebagai umat Tuhan yang dapat menjadi berkat bagi orang lain dengan mengelola dan memanfaatkan semua talenta dan berbagai karunia yang yang Tuhan telah karuniakan kepada kita.
Jemaat Korintus adalah jemaat yang telah menerima Injil Kristus, namun mereka rentan dengan perselisihan dan perpecahan. Hal ini terjadi, karena jemaat Jemaat Korintus adalah pusat perdagangan pada masa itu, tempat bertemunya berbagai manusia dengan pola pikir, budaya dan agama yang berbeda. Sehingga begitu mudahnya mereka tercampur dan terpengaruh dengan berbagai pengajaran atau hikmat dunia yang menonjolkan persaingan yang tidak baik dan mengarah kepada sikap iri hati dan perselisihan. Iri hati dan perselisihan seringkali menjadi pemicu terjadinya pertengkaran/permusuhan yang akhirnya membawa kepada kehancuran. Di masa sekarang pun hampir setiap hari televisi atau surat kabar menyajikan berita tentang konflik antar golongan, rumah tangga atau negara yang disebabkan oleh karena iri hati (yang merasa lebih hebat, lebih baik, lebih sempurna dari orang lain). Iri hati dan perselisihan ibarat virus yang secara perlahan menggerogoti persatuan dan kesatuan yang sudah terbina. 
Paulus pun menyampaikan hal ini kepada jemaat di Korintus ini. Mereka saling menonjolkan golongan (merk kelompoknya) atau pribadinya, sehingga perkara-perkara rohani terabaikan. Adanya benih-benih perpecahan dalam jemaat Korintus yang disebabkan oleh adanya iri hati dan perselisihan tentang siapa yang lebih penting dari beberapa tokoh iman pada waktu itu. Itu membuktikan bahwa jemaat Korintus belum berhasil bertumbuh secara rohani, mereka masih bayi rohani yang memerlukan susu, yakni ajaran dasar dari iman mereka. Sekalipun mereka sudah menjadi orang percaya mereka masih manusia duniawi  artinya hidupnya masih dikuasai oleh berbagai-bagai perkara duniawi. Yang jelas, orang yang iri hati adalah orang yang selalu tidak bisa menerima kenyataan keberhasilan orang lain. Jadi iri hati menurut Alkitab adalah sangat berbahaya mengakibatkan kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.  Seseorang yang hatinya dipenuhi iri hati dipastikan jarang sekali atau bahkan tidak pernah bisa mengucap syukur kepada Tuhan.  Ia selalu membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain.
Paulus menegur jemaat Korintus dengan menempatkan dirinya dan Apolos sebagai sesama pelayan Tuhan, dan mengajak jemaat untuk mengerti akan peran mereka sebagai pelayan Tuhan. Tidak ada perbedaan antara mereka sebagai pemimpin atau pelayan Tuhan, yang membedakan mereka adalah karunia rohani yang saling melengkapi demi pembangunan Tubuh Kristus. Paulus adalah yang memulai penginjilan di Korintus, tetapi Apolos adalah sosok yang menyiram Injil di Korintus supaya bertumbuh. Kedua peran yang dimiliki oleh para Hamba Tuhan itu sangatlah penting. Tidak ada yang merasa lebih hebat, lebih penting daripada yang lain. Oleh karena itu, tidak perlu untuk membanding-bandingkannya bahkan harus menimbulkan perselisian.  
Hal yang terpenting disampaikan oleh Paulus bukanlah yang menanam atau yang menyiram tetapi yang paling penting adalah yang menumbuhkan yakni Tuhan. Apapun yang dilakukan oleh manusia bila Tuhan tidak bertindak maka semua itu hanya akan kesia-siaan. Oleh karena itu, kita tidak bisa menjadi FANATIK (IDOLA) kepada hamba Tuhan atau manusia sehingga kita melupakan Tuhan. Yang terpenting bagaimana, kita Fanatik kepada Firman Tuhan serta Fanatik kepada Pribadi yang disampaikan di dalam Firman Tuhan yakni Kristus Yesus.
Hidup orang-orang percaya haruslah beranjak dari manusia duniawi kepada manusia rohani, manusia “bayi rohani” yang hanya menginginkan susu, tetapi harus meningkat menjadi manusia dewasa rohani yang sudah siap makan makanan yang keras. Manusia yang dewasa secara rohani (2:15-16) adalah orang yang sudah lahir baru dan bertumbuh dalam rohani, ditandai dengan memiliki pikiran Kristus. Artinya mereka mengerti kehendak dan rencana Allah dalam hidupnya. Memandang dan menilai segala hal dengan cara pandang Allah. Mereka memiliki sikap dan karakter Kristus yang rendah hati, bukan tinggi hati; yang lemah lembut, bukan keras dan kasar (Mat. 11:29); yang melepaskan hak-haknya, jadi hamba dan rela berkorban bagi orang lain (Flp. 2:5-8). Amin

Tidak ada komentar:

Mazmur 84 : 1 - 7

Mazmur 84 : 1 - 7 84:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur bani Korah.  84-2 Betapa disenangi tempat kediaman-Mu ,  ya ...