"Sebab firman Allah hidup dan kuat
dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat
dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup
membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita."
Banyak orang kalau
diperingatkan dengan keras pasti sakit hatinya, tetapi orang disanjung-sanjung
walaupun salah pasti senang hatinya. Banyak hamba Tuhan di gareja
Protestan pernah bercerita bahwa ada banyak
jemaatnya mengusulkan supaya khotbah yang
dibawakan jangan sampai terdengar menyindir atau memakai topik teguran Tuhan
yang keras; “Yang berkat-berkat sajalah, dan jangan lupa pakai banyak humor,
supaya jemaat tidak mengantuk.”
Kecenderungan banyak orang hari-hari
ini hanya ingin mendengar yang baik-baik saja demi pemuasan telinga mereka.
Kalau khotbah berkat, jemaat senang, tetapi sebaliknya jika kotbahnya
menyentuh area dosa, maka banyak jemaat pun menjadi bersungut-sungut atau
bahkan tersinggung. Ironisnya ada banyak gereja yang berkompromi dengan
hal ini. Mereka memilih jalan aman untuk menyampaikan apa yang disukai jemaat
untuk didengar. Mereka lebih peduli terhadap kuantitas ketimbang kualitas,
hanya memikirkan jumlah ketimbang sampai tidaknya suara Tuhan bagi jemaat
mereka.
Wah, bisa kita bayangkan bagaimana
para jemaat yang masih belum mengerti betul akan kandungan Firman Tuhan bisa
terjebak pada harapan akan kekayaan secara materi untuk diri sendiri. Bukan lagi Tuhan yang diutamakan, tetapi sisi
entertainment atau hiburan lah yang penting bagi mereka, bahkan artis-artis
terkenal dijadikan inti dari peribadatan. Promosi pun lebih diutamakan kepada
siapa pendeta atau artis yang bakal hadir, itu ditulis besar-besar untuk
menjaring orang. Pola seperti ini membuat semakin banyak orang yang cenderung memilih
apa yang suka ketimbang mendalami betul apa bunyi Firman Tuhan sepenuhnya.
Beberapa alasan yang cukup krusial
sehingga membuat kita menolak firman Tuhan:
1. Konsep
firman Tuhan berbeda dengan konsep kita.
Artinya manusia sering terperangkap dalam konsep nafsunya. Dia menganggap
segala yang ia lakukan adalah benar dan hanya sedikit melakukan penyelewengan
terhadap kebenaran. Saya garis bawahi bahwa yang namanya penyelewengan walaupun
itu sedikit tetap namanya penyelewengan, apalagi jika itu berkaitan dengan
kebenaran/konsepnya Allah.
2. Kebudayaan mewariskan sistem pemikiran yang bertentangan dengan firman. Ketika kita
hidup dalam budaya tertentu maka akan sangat sulit untuk memisahkan diri dari
budaya tersebut, sebab kebudayaan itu sudah mengkristal. Berdasarkan realitas
ada banyak yang mengaku kristen tapi masih terikat dengan budaya-budaya yang
tidak membangun, bertentangan dengan ajaran Tuhan, pola pikir masih terikat
dengan hal-hal yang berbau mistis.
4. Mata pencaharian seseorang yang tidak sesuai dengan firman ditegur, dia
merasa tersinggung dan melawan. Kita tahu bahwa ada banyak mata
pencaharian yang merugikan orang lain, misal: korupsi, menjual minuman keras,
menjual obat terlarang, penipuan, dll. Orang-orang ini dalam segi finansial
oke, harta berlimpah, namun ia lupa bahwa pekerjaannya itu merugikan dan
merusak orang lain. Bisa dikatakan mereka menari-nari di atas penderitaan orang
lain. Wajarlah kalau ditegur, sebab ia tidak mengasihi sesama manusia tapi
hanya mengasihi dirinya sendiri (sebab ada keuntungan besar yang ia peroleh).
Jujur saja, kadang kala kita terlena
dengan Firman Tuhan yang meninabobokan kita. Memang mungkin Firman yang
disampaikan ketika kita masih di sekolah minggu adalah Firman yang sederhana.
Itu wajar karena kita pun masih kanak-kanak. Tetapi apabila kita sudah dewasa
namun kita tetap menginginkan Firman yang “enak”, berarti ada yang salah dengan
kita. Sama seperti
manusia jasmani kita bertumbuh dari bayi, anak-anak, remaja, hingga dewasa,
demikian juga secara rohani kita juga harus bertumbuh. Jika ketika bayi kita
hanya minum susu, kemudian makanan lembut, dan akhirnya makanan keras, demikian
juga dengan kehidupan rohani kita, yang juga harus memakan makanan rohani yang
keras. Apabila ketika kita mendengar Firman Tuhan yang keras dan kita langsung
mundur, maka sesungguhnya permasalahan bukan terletak pada Firman itu,
melainkan pada diri kita, karena mungkin saja kita masih anak-anak yang belum
siap menerima Firman Tuhan tersebut.
Melalui Firman Tuhan hari ini, jelas mengingatkan kita bahwa Firman
TUHAN bekerja memperbaiki diri kita. Bagaikan pisau operasi seorang dokter
bedah yang memang dengan sengaja harus disayatkan, membelah, dan memisahkan
bagian-bagian tertentu yang menjadi sumber penyakit, demikianlah kuasa Firman
TUHAN "membedah" sisi negatif jauh di dalam diri kita, sampai kepada
"pertimbangan" dan "pikiran hati" kita. Sehingga pada
akhirnya kita dikuasai penuh oleh Firman TUHAN. Terkadang sakit, tetapi itu
adalah obat pahit untuk kesembuhan kita. Paulus mengatakan
: Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar,
untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang
dalam kebenaran ( 2Tim.3:16).
Sekarang apa sih manfaat firman yang diperdengarkan
kepada kita?
Pertama: Firman akan memberikan hikmat.
Pertama: Firman akan memberikan hikmat.
Firman Tuhan yang sudah Allah sediakan bagi setiap
kita sebagai umat-Nya, membuat kita berhikmat di dalam mengatur seluruh
kehidupan kita dengan benar, sehingga hidup kita dijalani sesuai dengan
kehendak-Nya.
Kedua: Firman akan menuntun kepada keselamatan.
Keselamatan yang kita idam-idamkan yaitu hidup kekal bersama dengan Yesus
Kristus.
Ketiga: Firman menyatakan kesalahan. Pengajaran yang
ada di dalam firman menyatakan kesalahan manusia (semua manusia dinyatakan
berdosa).
Keempat: Memperbaiki Kelakuan : Selain menyatakan
kesalahan manusia, maka Alkitab membangkitkan harapan manusia dengan
menjelaskan bagaimana hidup di dalam pola Kristen, sehingga kelakuan lama bisa
diperbaiki sesuai dengan firman Tuhan.
Kelima: Firman akan mendidik kita dalam Kebenaran.
Dari keseluruhan pengajaran firman di dalam Alkitab, menyatakan pendidikan
tentang kebenaran yang berdasarkan kepada Allah.
Biarlah lewat firman kita bersama-sama menjadi pribadi
kristen yang dewasa. Setiap firman yang disampaikan kepada kita adalah sebagai
cambuk bagi kita untuk mentransformasi (merubah diri) diri mejadi lebih
berkulalitas di hadapan Tuhan dan sesama. Terakhir,
yang perlu kita ingat pula adalah kebenaran tidak bisa dikompromikan. Berbicara
keras tapi menyelamatkan jiwa jauh lebih baik daripada berbicara manis tapi
membiarkan satu jiwa berjalan binasa. Kebenaran tidak bisa dikompromikan, perlu
keteguhan hati untuk tetap berpegang pada Firman Tuhan. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar