TEMA
Kristus, Korban Tebusan Yang Kekal Bagi Kita
Pendahuluan
Kitab Ibrani ditujukan kepada jemaat Kristen Jahudi yang berada di perantauan. Situasi umat Kristen yang menderita karena tekanan dan penindasan dari penguasa membuat mereka menjadi tawar hati akan iman yang mereka miliki. Sampai-sampai mereka punya pemikiran bahwa Kristus tidak menjadi solusi (jalan keluar) akan persoalan yang mereka hadapi. Itu sebabnya, kitab Ibrani ini menjadi nasehat bahkan arahan untuk tetap setia di dalam Iman kepada Yesus Kristus. Kristus sudah menyatakan diriNya sebagai korban rekonsialiasi manusia kepada Tuhan. Dengan pe-korban-an yang dilakukan Yesus membuka jalan bagi kita untuk memasuki Ruang Kudus Allah. Dia-lah Imam Besar yang pernah turun dari Sorga dan kembali ke Sorga.
Kitab Ibrani ditujukan kepada jemaat Kristen Jahudi yang berada di perantauan. Situasi umat Kristen yang menderita karena tekanan dan penindasan dari penguasa membuat mereka menjadi tawar hati akan iman yang mereka miliki. Sampai-sampai mereka punya pemikiran bahwa Kristus tidak menjadi solusi (jalan keluar) akan persoalan yang mereka hadapi. Itu sebabnya, kitab Ibrani ini menjadi nasehat bahkan arahan untuk tetap setia di dalam Iman kepada Yesus Kristus. Kristus sudah menyatakan diriNya sebagai korban rekonsialiasi manusia kepada Tuhan. Dengan pe-korban-an yang dilakukan Yesus membuka jalan bagi kita untuk memasuki Ruang Kudus Allah. Dia-lah Imam Besar yang pernah turun dari Sorga dan kembali ke Sorga.
Keterangan Nas
Peristiwa Salib atau korban
persembahan yang dilakukan Yesus adalah fondasi sejarah keselamatan manusia dan
dunia. Dia-lah Imam Besar yang tiada bandingannya. Yesus Kristus adalah kurban
yang baru, yang lebih sempurna. Ia dikatakan telah melintasi kemah yang besar
dan yang lebih sempurna yang bukan dibuat oleh tangan manusia, melainkan datang
langsung dari Surga. Itu sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh imam-imam di
Perjanjian Lama. Semua ibadah di P.L. hanyalah lambang atau bayang-bayang dari
keselamatan yang akan digenapkan oleh Kristus. Barangsiapa hanya mau
bayang-bayang tapi menolak realita, dia adalah orang bodoh. Itu sebabnya
penulis Ibrani memberitahu orang-orang Israel: kalian tidak boleh merasa cukup
puas dengan upacara yang ada di P.L., karena Kristus sudah datang. Selama
ribuan tahun mereka terbiasa dalam hal mempersembahkan korban melalui imam
besar dan mengira itu sudah cukup membereskan dosa mereka.
Penulis Ibrani mempertanyakan: bisakah darah
binatang menyucikan dosa manusia? Di
ps.10 dijelaskan: darah lembu domba mutlak tidak bisa menyucikan manusia, karena darah lembu & domba hanyalah
lambang yang memberi isyarat akan kedatanganNya. Sungguh ironis, bangsa Israel
siang dan malam berdoa: Allah Abraham, Ishak dan Yakub, kirimlah Mesias untuk
menolong kami, tapi setelah Mesias dikirim, mereka malah berkata, siapa Dia,
kami tidak mengenalNya, pakukan Dia di atas kayu salib. Bahkan mereka berani
mengucapkan kata-kata yang begitu mengerikan: Biarlah kami dan anak cucu
keturunan kami yang menanggung dosa mengalirkan darah orang ini. Sesungguhnya
di balik perkara yang begitu ironis terkandung rencana Allah: hanya melalui
darah Yesus, jiwa setiap orang yang Tuhan pilih mungkin disucikan. Karena Yesus
bukan masuk ke kemah yang ada di dunia, melainkan masuk ke kemah yang ada di
sorga.
Kita
sering mengungkapkan kedatangan Yesus yang pertama sebagai:
inkarnasi (Allah menjadi manusia), tapi Yesus berkata, Aku keluar dari Bapa dan
masuk ke dalam dunia lalu Aku keluar lagi dari dunia dan kembali kepada Bapa
(Yoh.16:28). Kalimat yang Yesus ungkapkan untuk menonjolkan keunikkan
kekristenan, membuatnya berbeda dengan agama-agama lain yang masih menyangsikan
(meragukan) one way journey:
mungkinkah kita yang dari sini bisa ke sana? Maka mereka hanya berani berkata,
mudah-mudahan kita bisa mendapatkan tempat di sisi Tuhan, tidak berani
memastikan keselamatan diri mereka. Sedangkan Yesus, Dia mengucapkan statement
tadi dengan penuh kepastian, karena Dia memang melewati two ways journey: dari sana ke sini lalu dari sini ke sana, maka
Dia sanggup memberi jaminan bagi kita.
Walaupun
Yesus hanya sekali berkurban tetapi dampaknya berlangsung terus menerus, kekal
untuk selama-lamanya sehingga Ia tidak perlu dikurbankan lagi. Pengurbanan
Yesus bukan terutama untuk diri-Nya sendiri, melainkan untuk kepentingan kita
sebab Ia tidak berdosa dan tidak memerlukan pengampunan. Di sinilah Yesus
membuat paradoks yang sulit dipahami oleh manusia, satu sisi Dia adalah Raja
yang Mahatinggi dan Mahamulia, tapi di sisi lain Ia adalah hamba yang terendah.
Tentu, sungguh mudah bagi manusia mempercayai Yesus yang Mahatinggi atau Maha
Mulia, namun susah dipercaya Raja di atas segala Raja adalah hamba di bawah
segala hamba.
Kematian
Yesus hanya perlu sekali terjadi. Dalam hal ini, penulis surat Ibrani
menyamakan Yesus dengan manusia. Ia memberikan analogi kesejajaran antara apa
yang dialami oleh Yesus dan apa yang dialami semua manusia, yaitu bahwa orang
itu hanya mati satu kali. Bukan hanya cukup, tetapi memang tidak bisa lebih.
Ini pun merupakan bagian dari kepercayaan Kristen tentang kematian. Hal ini
berbeda dengan agama lain yang mengajarkan tentang kematian yang bisa terjadi
berulang-ulang (bnd.Re-inkarnasi di
Budha atau Hindu), karena adanya
pemahaman tentang hidup yang merupakan sebuah siklus yang selalu berputar.
Dalam pemahaman teologi Kristen, manusia hanya mati sekali saja dan sesudah itu
dihakimi. Manusia harus mempertanggungjawabkan apa pun yang dilakukan dalam
hidupnya dihadapan pengadilan yang lebih tinggi.
Dia
akan menyatakan diri untuk kedua kalinya (ay.28). Yang dibahas di ayat 28 ini
adalah Peristiwa Kedatangan Kristus yang
kedua (The second coming of Christ). Kedatangan yang pertama adalah untuk
menundukkan dosa (kuasa-kuasa setan/kegelapan), sedangkan kedatangan kedua
adalah menyempurnakan segalanya. Jadi kedatangan Yesus yang kedua adalah berita
baik bagi kaum pilihan, karena waktu Dia datang untuk kedua kalinya, tidak lagi
ada sangkut pautnya dengan dosa seperti pernah dilakukanNya dengan Penyaliban. Dia
datang untuk menggenapkan janjiNya. Tapi di saat yang sama juga merupakan
berita buruk bagi mereka yang tidak bertobat, karena waktu itu adalah
penghakiman yang kekal.
Di India, ada seorang raja yang keluar. Tiba-tiba di
tengah jalan terdengar suara "Raja, inilah pencuri yang baru kami tangkap.
Ini dia barang buktinya". Mereka minta Raja menghakimi orang tersebut.
Raja bertanya kepada orang itu "Tahukah bahwa kau bersalah?"
"Tahu" "Tahukah kau bahwa perbuatanmu ini mengundang kematian
padamu?" "Tahu" "Hari ini adalah hari aku bersenang-senang
sebab itu, aku tidak menghukummu. Pulanglah dan jangan berbuat jahat lagi"
"Terima kasih raja". Lalu orang itupun pergi, dia berpikir, raja ini
baik sekali, berbuat jahatpun tidak dihukum, maka dia terus menerus berbuat
jahat. Suatu saat, dia tertangkap lagi dan dibawanyalah menghadap raja, dia
kira, raja pasti mengampuni dia, karena raja sudah mengenalnya. Tapi tak
disangka-sangka raja itu berkata "Kamu lagi. Hari itu aku mengampuni kamu,
karena hari itu adalah hari senangku. Aku memang tidak berniat menghukum
siapapun. Tapi hari ini, aku duduk di atas tahta, kamu kira aku akan berlaku
seperti dulu lagi? Tidak! Bawa dia pergi dan penggallah kepalanya".
Kali
pertama Kristus datang untuk mengampuni, tapi kali kedua Dia datang untuk
menghakimi. Bagi mereka yang sudah bertobat, kedatanganNya yang kedua adalah
menggenapkan keselamatan, tapi bagi mereka yang tidak mau bertobat,
kedatanganNya adalah untuk menghakimi.
Renungan
1. Sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu
kali saja, dan sesudah itu dihakimi, demikian pula Kristus hanya satu kali saja
mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan
menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan
keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia. Yesus datang ke dunia dari
tempat yang Kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi
kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam
Besar sebagai kepala Rumah Allah.
2. Yesus tidak
hanya menjadi hakim atau jaksa yang hanya membela atau menuntut perkara yang
dilakukan lalu memvonisnya. Lebih dari itu, Yesus sebagai domba yang
dikorbankan: darahNya membayar hukuman semua dosa yang dilakukan sepanjang
sejarah. Kristus menjadi pengganti bagi setiap orang yang mempercayai Dia
sebagai Juruselamat. Dengan kata lain, Yesus merupakan jembatan menuju kepada
Allah. Dalam Yohanes 14:6, Ia berkata, ”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.
Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Dengan
kasih karuniaNya, Allah menyelamatkan mereka yang menerima Yesus.
3. Bagaimana
sekarang kita melihat akhir hidup kita? Sudahkah Anda mengijinkan Tuhan
memerdekakan Anda dari beban dosa? Apakah kita masih hidup jauh dari Yesus? Betapa mengerikan hukuman yang akan
dijatuhkan bagi orang-orang yang tidak masuk pilihan di dalam Kerajaan Tuhan,
dan betapa menyenangkan bagi setiap orang dimana Yesus hadir sebagai pembela
dari segala perkara kita selama di dunia ini. Amen (h2pb2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar