Selasa, 24 Maret 2015





Mazmur 69 : 1 - 20

Pendahuluan

LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) memberi judul Mazmur 69 adalah Doa dalam kesesakan. Hal ini sangat sesuai sebagaimana dialami pemazmur  di sini.  Pemazmur mengalami situasi yang genting, digambarkan seperti seorang yang tenggelam, yang sedang berputus asa. Daud memulai ratapannya secara to the point dan dengan tegas mengatakan perasaannya yang terdalam “Selamatkanlah aku ya Allah”. Ia dituduh telah merampas sesuatu, dan kemudian dipaksa untuk mengembalikan barang yang sebenarnya tak pernah ia rampas. Terhadap para musuhnya, pemazmur mengaku tidak bersalah. Namun, kepada Tuhan ia mengaku pernah bertindak bodoh (6). Maka ia memohon belas kasih Tuhan agar dampak kesalahannya tidak menimpa umat Tuhan. Di sisi lain, pemazmur merasa apa yang menimpa dirinya adalah karena ketekunannya melayani Tuhan (8-13). Oleh karena itu, ia berani berharap kepada Tuhan untuk melepaskannya dari tekanan musuh.

Mazmur ini menunjukkan tipikal sebuah mazmur keluhan atau ratapan. Mazmur ratapan memiliki genre karakteristik, antara lain : menggunakan metafora dalam meratap, bergerak dari kepedihan kepada sukacita, dan menawarkan transformasi iman (lih.Benny Solihin, Mengkhotbahkan Mazmur Ratapan,2012,h.34). Pemazmur menyampaikan keluhannya dengan harapan Tuhan akan menjawab dan menyelamatkannya dari ancaman kebinasaan. Mazmur seperti ini mengajar kita tentang bagaimana menghadapi musuh yang memfitnah bahkan hendak membinasakan kita padahal kita sedang melayani Tuhan. Kita memiliki Tuhan yang peduli dan yang akan bertindak pada waktu-Nya untuk menolong kita. Walaupun kita sudah merasa di ambang pintu kehancuran, jangan sampai kita melepaskan iman kita. Percayalah pada waktu-Nya, Ia akan menolong. Mazmur ini juga sering dipandang sebagai Mazmur tentang Mesias karena di bagian Mazmur ini berisi tentang seruan Daud minta tolong sejajar dengan penderitaan Mesias (Kristus). Mereka yang membenci Daud serupa dengan mereka yang membenci Kristus. Daud yang sangat menderita dari orang-orang di sekitarnya, seperti itu juga yang dialami Kristus.

Penjelasan Nas

1.      Penderitaan dan kesesakan

Pemazmur menggambarkan penderitaannya yang amat sangat pahit, seolah-olah dia tidak mampu lagi berbuat apa-apa dengan kekuatannya sendiri untuk keluar dari penderitaan itu. Digambarkan bahwa seolah-olah dia masuk kedalam “Lumpur Hidup=gambo lisop” jika dia semakin berusaha untuk bergerak dan keluar maka ia akan semakin masuk lebih dalam dan tentunya akan tenggelam. Ia sadar bahwa ia adalah manusia biasa yang berdosa (ayat 6). Namun jelas bahwa penderitaan yang dia tanggung bukanlah hukuman Tuhan atas dosa-dosanya. Bila kita baca ay.7-13 di situ dijelaskan oleh pemazmur bagaimana musuh-musuhnya memperlakukan dia, bagaimana sinisme orang lain terhadapnya. Ia menderita karena keberpihakannya kepada Allah membuat orang membenci dia. Dan dunia ini kejam sekali. Mereka berkomplot melawan orang yang mengasihi Allah (ayat 5). Bahkan, entah karena ikut berkomplot atau karena takut terkena "getah," sanak saudaranya ikut membuang dia (ayat 9). Itulah penderitaan terberat, karena orang-orang terdekat menganggap dia sebagai orang berbahaya dan harus disingkirkan. Ia juga jadi objek sindiran (ayat 13).

Kondisi hidup yang demikian hanya membutuhkan pertolongan dari si-penolong. Namun, dengan iman yang teguh pemazmur percaya bahwa Tuhan Allah akan menolongnya. Allah dijadikannya yang utama dan yang pertama sebagai penolong dalam hidupnya. Oleh karena itu pertama yang dipanggilnya untuk menolong ialah Tuhan Allah. Sebab dengan kondisi demikian dibutuhkan tumpuan yang kokoh untuk keselamatan. Tiada orang yang menndengarkan jeritannya, namun karena imannya percaya akan kemahakuasaan Tuhan, serta karena imannya dia percaya bahwa Tuhan itu tidak dibatasi ruang dan waktu dan Tuhan pasti mendengarkan seruannya. Tidak ada yang lebih kuat dari pada Tuhan, dan hanya ketika bersama Tuhanlah kita akan senantisa dapat berdiri dengan iman yang teguh.

2.      Tidak ber-apologet, lebih baik membuka diri

Penderitaan dan kesesakan yang dialami pemazmur membuat dia terbuka kepada Allah. Pemazmur tidak ber-apologi untuk membela diri atau menyalahkan orang lain, apalagi menyalahkan Tuhan. Pemazmur menyadari tidak ada yang tersembunyi di hadapan Allah yang Maha Tahu. Hal inilah yang mendorong pemazmur menyerahkan semua persoalannya kepada Tuhan. Dalam hal pemazmur, penderitaan membuat dia rindu akan  pemulihan rohani yang bukan untuk kepentingan sendiri, tetapi kepentingan orang lain. Ia mengharapkan pelepasan supaya orang beriman lainnya tidak tawar hati (ayat 7). Namun berkat terindah dari menanggung cela karena Allah ialah penegasan iman kepada perkenan Allah, kasih setia-Nya, dan pertolongan-Nya (ayat 14). Irama sumbang para pengejeknya kini menyingkir menjadi latar belakang yang tak berarti. Orang yang menderita ini masuk ke dalam hadirat kasih anugerah Allah yang ajaib. Kepada Allah, ia mempertaruhkan kasusnya. Dari Allah, ia beroleh peluputan yang mengalir semata dari anugerah perjanjian Allah yang terpercaya.

3.      Pertolongan hanya dari Tuhan (14 – 20)

Mazmur ini dinaikkan bukan hanya kelegaan yang dirasakan pemazmur karena telah mencurahkan kegalauan hatinya, melainkan suatu kelegaan yang lebih besar bahwa Tuhan yang dulu menyertai dan menolongnya akan kembali datang menyelamatkannya. Daud berjumpa kembali dengan kasih setia Tuhan. Tabung imannya terisi kembali dengan anak-anak panah = pengertian akan karakter Allah.  Brueggemann menunjukkan melalui Mazmur ratapan, iman seseorang ditransformasi tatkala ia mengalami penderitaan. Meskipun pertolongan belum datang, keadaan belum membaik, dan tidak ada secercah harapan, namun ia bangkit kembali dalam iman yang ditransformasikan. Transformasi iman menjadikan kehidupan yang berubah, from hurt to joy, from death to life.

Renungan/refleksi Firman Tuhan

Ada dua respons pemazmur yang bisa kita tiru di sini :

Pertama, Penderitaan jadi alat yang memperdalam pengenalan akan Tuhan, mempertebal kesadaran bahwa pertolongan hakiki datang dari Allah bukan dari manusia. Kini ia tidak saja mengakui kasih setia dan pertolongan Allah, ia juga mengenali keterlibatan Allah dalam hidupnya. Ada beberapa kata yang berbeda yang diucapkan berulang kali tetapi maknanya sebenarnya sama, seperti kata lepaskanlah aku, jawablah aku, berpalinglah kepadaku, janganlah sembunyikan wajahMu kepada hambamu ini, datanglah kepadaku, tebuslah aku, dan bebaskanlah aku. Semua itu, menunjukkan pemazmur menempatkan Allah segala-galanya di dalam hidupnya. Pada kondisi apapun, jadikanlah Allah tumpuan dan tiang utama, termasuk dalam  penderitaan sekalipun, Sebab penderitaan bisa menjadi jalan Tuhan untuk menunjukkan kasih setiaNya. Jika penderitaan menimpa kehidupan kita atau masalah datang menyerang kita, sampaikanlah kepada Tuhan dengan iman yang sabar teguh, percayalah Tuhan itu mampu mengalahkan dan memenangkan kita dari permasalahan apapun yang kita hadapi, sekali lagi ingatlah satu hal “biarkan kehendakNya yang jadi” sebab atas kehendakNya-lah berkat dan kasihNya akan dicurahkan, bukan atas kehendak manusia.

Kedua, betapa indah ratapan melalui pergumulan doa yang berangsur menjadi pujian. Melalui penderitaan, pemazmur dimungkinkan menaikkan pujian dengan dimensi yang makin dewasa. Kenyataan membuktikan, hidup yang kita jalani adalah suatu perjalan kehidupan yang selalu diperhadapkan dengan berbagai penderitaan, terlebih  dalam perjalanan kehidupan sebagai orang percaya kepada Allah di dalam Yesus Kristus. Kita akan terus berjuang untuk hidup sebagaimana yang diinginkan oleh Allah. Kehidupan yang harus kita jalani di dalam kesetiaan hanya kepada Allah yang hidup. Kita terpanggil untuk terus berjuang mempertahankan kehidupan beriman yang sungguh kepada Allah, sebagaimana Kristus tetap setia kepada BAPA di dalam kehidupanNya. Amen (h2pb2)

 

 

Mazmur 84 : 1 - 7

Mazmur 84 : 1 - 7 84:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur bani Korah.  84-2 Betapa disenangi tempat kediaman-Mu ,  ya ...