Rabu, 12 Desember 2012

Tema Natal 2012


ALLAH TELAH MENGASIHI KITA
(bdk. 1 Yoh 4:19)

Jingle Bells Jingle Bells Jingle all the way Oh what fun it is to
ride In a one horse open sleigh. Jingle Bells Jingle Bells...................
(Barry Manilow)

Pohon natal telah berdiri, lampu warna-warni telah menyala, pertanda natal sebentar lagi tiba. Beragam perasaan muncul di dalam hidup kita menyambut perayaan itu. Anak-anak beriang-gembira dengan baju baru, sepatu baru, dan berbagai hiburan. Bagaimana dengan kita sebagai orang tua? Apakah kita bisa seriang anak-anak kita menyambut Natal itu? Atau malah kita semakin stress karena banyaknya pengeluaran? Tentunya tidak salah kita merayakan Natal dengan kegembiraan seperti anak-anak kita. Tapi janganlah kita lupakan akan esensi Natal yang sesungguhnya bagi kehidupan kita?
Setiap merayakan Natal di dalam hidup kita, disitulah kita kembali merefleksikan arti Natal bagi diri kita. Natal adalah saat kita melihat kembali Karya Allah yang dinyatakan di dalam kehidupan kita. Karya nyata yang terbesar itu adalah AnakNya yang tunggal dihadirkan di dalam kehidupan ini. Inilah yang membawa kita kembali mengingat Bayi Natal melalui Tema Natal “Allah telah mengasihi kita” (1 Yoh.4:19). Seluruh aktivitas Allah adalah tindakan kasih. Ia menyatakan diri dalam kasih kepada manusia. Ia mengasihi manusia tanpa membedakan. Ia tidak menuntut syarat apa pun dari manusia sebelum menyatakan kasih-Nya. Ia mengasihi orang benar maupun orang jahat dan semuanya tidak pernah lepas dari kasih-Nya. Demikianlah, Allah Bapa di surga, “menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” (Mat 5:45).
Bila kita runut kebelakang sejenak, siapakah kita ini sehingga Allah harus mengasihi kita? Kita adalah orang-orang yang berdosa, yang tercela dan tidak patut untuk diselamatkan. Sebagai mana Paulus mengatakan bahwa upah dosa adalah maut (Roma 6:23). Hanya kematianlah yang patut kita terima akibat dosa yang semakin merajalela. Allah tidak berpikir demikian, justru bagi Allah kita sangatlah berharga.  Yesus rela menanggung penderitaan agar kita dibebaskan dari maut. Yesus pun rela menanggung semua itu karena Ia mengasihi manusia dan melihat semua manusia sebagai sahabat. Yesus menunjukkan kasih-Nya dengan memberikan nyawa-Nya sendiri untuk para sahabat-Nya. Sabda-Nya, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13).
Demikianlah Allah “telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” dan Ia telah “mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia” (Yoh 3:16-17). Jelas bahwa “bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita” (1Yoh 4:10). Allah tidak menunggu manusia mengasihi diri-Nya dan baru kemudian Ia mau mengasihi mereka. Yesus datang ke dalam dunia dan hidup di tengah manusia bukan karena manusia itu baik. Sebaliknya, Ia rela meninggalkan kemuliaan surgawi dan mengurbankan diri-Nya justru karena manusia berdosa dan tidak sanggup melepaskan diri dari ikatan dosa. Semua ini dilakukan-Nya semata-mata karena Ia menghendaki kebaikan dan kebahagiaan manusia. Allah menghendaki manusia hidup bahagia dalam kemuliaan abadi bersama Dia.


Mengasihi seperti Allah
Bagaimana respon kita di masa-masa natal yang tidak lama lagi kita rayakan? Apakah kita hanya sampai di perayaannya saja dan kering implementasi makna? Kehadiran Kristus sebagai manusia di dalam dunia ini mengajak kita untuk mengasihi seperti Allah. Sabda menjadi manusia untuk menjadi teladan kita dalam mengasihi. Seperti Allah yang menyatakan kasih-Nya dalam diri Kristus, kita diingatkan untuk mengasihi sesama semata-mata karena kita menginginkan orang lain bahagia. Hal ini juga berarti bahwa kita diajak untuk mengasihi sesama tanpa membuat pembedaan, walaupun mereka tidak berlaku seperti yang kita harapkan. Jika demikian, kita berlaku seperti Allah dan menjadi anak-anak Allah. Hanya orang yang membuka hati dan menyadari kasih Allah akan dapat mengasihi Allah dan sesama. Jika orang mengatakan bahwa ia mengasihi Allah tetapi membenci saudaranya, ia berdusta karena tidak mungkin mencintai Allah yang tidak kelihatan tanpa mencintai sesama yang kelihatan. Siapa yang mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya (bdk. 1Yoh 4:20-21). Dasar untuk saling mengasihi ini adalah kasih Allah. Dengan kasih seperti itulah orang
diajak untuk mengasihi sesamanya. Dalam terang kasih itu, kami mengajak Saudara-saudari untuk menanggapi kasih Allah dengan bertobat dan sungguh-sungguh mewujudkan kasih dengan memperhatikan beberapa hal penting berikut ini: Pertama, Allah mencintai semua orang maka kita juga harus mencintai semua orang. Semua orang adalah bagian dari kehidupan kita. Kita tidak akan bisa hidup tanpa orang lain. Kedua, Tuhan melibatkan dalam berbagai usaha yang baik maka kita juga melakukan hal-hal yang baik. Ketiga, sebagaimana Tuhan juga berbagi dengan kita, maka kita juga harus berbagi apapun yang kita miliki untuk orang lain. Keempat, Tuhan memprihatinkan apa yang terjadi di dunia ini, maka kita juga harus memprihatinkan yang terjadi di tengah-tengah dunia ini.  (h2pb2)

Mazmur 84 : 1 - 7

Mazmur 84 : 1 - 7 84:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur bani Korah.  84-2 Betapa disenangi tempat kediaman-Mu ,  ya ...