Menjadi Pendengar Firman Tuhan dan Melakukannya
Sapaan Firman Tuhan
minggu ini mengarahkan kita untuk setia di dalam Firman Tuhan. Kesetian yang
dimaksudkan adalah setia mendengar Firman Tuhan dan setia di dalam melakukan
Firman Tuhan. Kita mungkin adalah orang yang rajin ke gereja, rajin mendengar
firman Tuhan tetapi belum tentu kita orang yang rajin melakukan firman Tuhan. Bahkan
kesibukan hidup sehari-hari membuat kita jarang untuk bergaul dengan Firman
Tuhan apalagi untuk melakukannya. Jemaat (kita semua) adalah pelaku firman yang
aktif, bukan hanya pendengar yang pasif.
Firman Tuhan itu
mengajarkan hal-hal yang patut kita katakan dan kerjakan. Firman Tuhan semuanya
baik dan membangun hidup yang benar. Iman kita akan bertumbuh bila kita
melakukan firman itu dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga kehidupan kita
menjadi sebuah kesaksian bagi orang lain.
Akan ada terobosan-terobosan baru dalam hidup orang yang melakukan
firman Tuhan. Melalui Firman Tuhan, hidup kita akan mengalami transformasi kearah yang benar dan yang semakin lebih baik.
Hidup kita akan jauh dari hal-hal yang sesat , kekotoran, dan amarah yang hanya
mendatangkan kerugian dan kesengsaraan.
Mendengarkan dan
membuka hati lebar-lebar akan firman Tuhan membuat kita semakin mengenal diri
sendiri dan diajar untuk mengintrospeksi diri. Tuhan ingin orang percaya itu
mengenal dan menyadari dirinya sehingga melalui firman Tuhan yang
didengarnya mampu mengubah sikap dan prilakunya ke arah yang lebih baik dan
positif. Firman Tuhan menjadi “cermin yang hidup” yang selalu melihat kita
secara keseluruhan baik dari luar diri kita sendiri dan dari dalam hati kita.
Melalui Firman Tuhan akan “menelanjangi” siapakah kita ini sesungguhnya bagi
orang lain dan terutama bagi Tuhan.
Untuk tinggal di
dalam firman, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan: 1.
Menerima firman, “…terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di
dalam hatimu,” (Yakobus 1:21).
Kita harus menerima firman yang kita baca baik melalui renungan/kotbah dengan
hati yang lembut agar firman itu tertanam di dalam hati kita. Janganlah kita
mengeras hati dan pikiran kita sehingga sulit menerima Firman. Hati dan pikiran
yang keras membuat Firman Tuhan sulit untuk tumbuh subur di dalam kehidupan
kita. Hati lembut berarti tidak memberontak atau melawan, rela untuk dikoreksi
dan dinasihati. 2. Merenungkan firman, “…meneliti
hukum yang sempurna,” (Yakobus 1:25). Tidak asal membaca tetapi
kita harus memperhatikannya dengan teliti. Bukan bermaksud memilah mana Firman yang
berasal dari Tuhan dan bukan dari Tuhan. Meneliti Hukum atau Firman Tuhan
mengajari kita untuk memahami Firman Tuhan yang utuh bukan yang setengah-tengah
apalagi menafsirkan dengan tidak benar. .3. Melakukan firman, “…sungguh-sungguh
melakukannya…” (Yakobus 1:25). Artinya, melakukan Firman Tuhan secara benar
dan dengan segenap hati, jiwa dan pikiran (full power). Ada godaan dari banyak
pihak beragama untuk melegalisasi perbuatan yang dilakukannya bahkan dalam
kenyataannya tidak berdasarkan firman atau pemahaman mereka yang keliru mengenai
Firman.
Bagi penulis surat
Yakobus hukum atau Firman dapat memerdekakan orang hanya ketika hukum atau
Firman itu dimengerti dan direfleksikan secara benar (sudah barang tentu bukan
untuk dilupakan) serta sungguh-sungguh diarahkan untuk kepentingan orang
banyak. Hukum atau Firman akan mengekang ketika hanya dilihat sisi legalitasnya
saja, tanpa refleksi bahkan tidak diarahkan untuk kebaikan orang banyak. Karena
itu ada istilah dalam dunia pengadilan, "apakah kita menjadi corong hukum
atau pelaku hukum?". Jadi kembali pada pemikiran utama surat Yakobus, kita
diajak bukan hanya melihat aspek legalitasnya tetapi juga aspek reflektif dan
transformatif dari firman/hukum itu. Di sinilah peranan jemaat untuk secara
sungguh-sungguh menjadi pelaku firman terlihat, dan dengan demikian kehidupan
beriman menjadi sesuatu yang amat dinamis.
Yakobus menekankan tentang tujuan Tuhan
terhadap keberadaan anak-anakNya. Menurutnya, Tuhanlah yang berupaya menjadikan
kita sebagai “anak sulung”. Pemahaman sebagai anak sulung bisa kita artikan
bahwa kita dibentuk dan dibawa untuk menjadi ciptaan yang terbaik diantara
ciptaan lainnya. Betapa indah dan
besarnya anugerah yang telah kita peroleh dalam nama Tuhan Yesus. Kita yang
dahulu jauh sekarang sudah menjadi dekat, hidup kita telah diperbaharui menjadi
manusia baru, Dia menjadikan kita menjadi anak sulung di antara semua
ciptaanNya. Akhirnya, berbahagialah orang yang mendengarkan Firman Tuhan serta
memeliharanya di dalam kehidupan sehari-hari. Amin (h2pb2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar