Senin, 03 September 2012

Yakobus 1 : 16 – 27


Menjadi Pendengar Firman Tuhan dan Melakukannya

Sapaan Firman Tuhan minggu ini mengarahkan kita untuk setia di dalam Firman Tuhan. Kesetian yang dimaksudkan adalah setia mendengar Firman Tuhan dan setia di dalam melakukan Firman Tuhan. Kita mungkin adalah orang yang rajin ke gereja, rajin mendengar firman Tuhan tetapi belum tentu kita orang yang rajin melakukan firman Tuhan. Bahkan kesibukan hidup sehari-hari membuat kita jarang untuk bergaul dengan Firman Tuhan apalagi untuk melakukannya. Jemaat (kita semua) adalah pelaku firman yang aktif, bukan hanya pendengar yang pasif. 
Firman Tuhan itu mengajarkan hal-hal yang patut kita katakan dan kerjakan. Firman Tuhan semuanya baik dan membangun hidup yang benar. Iman kita akan bertumbuh bila kita melakukan firman itu dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga kehidupan kita menjadi sebuah kesaksian bagi orang lain.  Akan ada terobosan-terobosan baru dalam hidup orang yang melakukan firman Tuhan. Melalui Firman Tuhan, hidup kita akan mengalami transformasi kearah yang benar dan yang semakin lebih baik. Hidup kita akan jauh dari hal-hal yang sesat , kekotoran, dan amarah yang hanya mendatangkan kerugian dan kesengsaraan.
Mendengarkan dan membuka hati lebar-lebar akan firman Tuhan membuat kita semakin mengenal diri sendiri dan diajar untuk mengintrospeksi diri. Tuhan ingin orang percaya itu mengenal dan menyadari dirinya  sehingga melalui firman Tuhan yang didengarnya  mampu mengubah sikap dan prilakunya ke arah yang lebih baik dan positif. Firman Tuhan menjadi “cermin yang hidup” yang selalu melihat kita secara keseluruhan baik dari luar diri kita sendiri dan dari dalam hati kita. Melalui Firman Tuhan akan “menelanjangi” siapakah kita ini sesungguhnya bagi orang lain dan terutama bagi Tuhan.
Untuk tinggal di dalam firman, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan: 1. Menerima firman, “…terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu,” (Yakobus 1:21). Kita harus menerima firman yang kita baca baik melalui renungan/kotbah dengan hati yang lembut agar firman itu tertanam di dalam hati kita. Janganlah kita mengeras hati dan pikiran kita sehingga sulit menerima Firman. Hati dan pikiran yang keras membuat Firman Tuhan sulit untuk tumbuh subur di dalam kehidupan kita. Hati lembut berarti tidak memberontak atau melawan, rela untuk dikoreksi dan dinasihati. 2. Merenungkan firman, “…meneliti hukum yang sempurna,” (Yakobus 1:25). Tidak asal membaca tetapi kita harus memperhatikannya dengan teliti. Bukan bermaksud memilah mana Firman yang berasal dari Tuhan dan bukan dari Tuhan. Meneliti Hukum atau Firman Tuhan mengajari kita untuk memahami Firman Tuhan yang utuh bukan yang setengah-tengah apalagi menafsirkan dengan tidak benar. .3. Melakukan firman, “…sungguh-sungguh melakukannya…” (Yakobus 1:25).  Artinya, melakukan Firman Tuhan secara benar dan dengan segenap hati, jiwa dan pikiran (full power). Ada godaan dari banyak pihak beragama untuk melegalisasi perbuatan yang dilakukannya bahkan dalam kenyataannya tidak berdasarkan firman atau pemahaman mereka yang keliru mengenai Firman.
Bagi penulis surat Yakobus hukum atau Firman dapat memerdekakan orang hanya ketika hukum atau Firman itu dimengerti dan direfleksikan secara benar (sudah barang tentu bukan untuk dilupakan) serta sungguh-sungguh diarahkan untuk kepentingan orang banyak. Hukum atau Firman akan mengekang ketika hanya dilihat sisi legalitasnya saja, tanpa refleksi bahkan tidak diarahkan untuk kebaikan orang banyak. Karena itu ada istilah dalam dunia pengadilan, "apakah kita menjadi corong hukum atau pelaku hukum?". Jadi kembali pada pemikiran utama surat Yakobus, kita diajak bukan hanya melihat aspek legalitasnya tetapi juga aspek reflektif dan transformatif dari firman/hukum itu. Di sinilah peranan jemaat untuk secara sungguh-sungguh menjadi pelaku firman terlihat, dan dengan demikian kehidupan beriman menjadi sesuatu yang amat dinamis.
Yakobus menekankan tentang tujuan Tuhan terhadap keberadaan anak-anakNya. Menurutnya, Tuhanlah yang berupaya menjadikan kita sebagai “anak sulung”. Pemahaman sebagai anak sulung bisa kita artikan bahwa kita dibentuk dan dibawa untuk menjadi ciptaan yang terbaik diantara ciptaan lainnya. Betapa indah dan besarnya anugerah yang telah kita peroleh dalam nama Tuhan Yesus. Kita yang dahulu jauh sekarang sudah menjadi dekat, hidup kita telah diperbaharui menjadi manusia baru, Dia menjadikan kita menjadi anak sulung di antara semua ciptaanNya. Akhirnya, berbahagialah orang yang mendengarkan Firman Tuhan serta memeliharanya di dalam kehidupan sehari-hari. Amin   (h2pb2)

Tidak ada komentar:

Mazmur 84 : 1 - 7

Mazmur 84 : 1 - 7 84:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur bani Korah.  84-2 Betapa disenangi tempat kediaman-Mu ,  ya ...