Jumat, 19 Agustus 2011

Matius 7 : 24 - 27

Tema
“Jadilah bijak untuk melakukan Firman Tuhan”


Mat 7:24-27 adalah bagian terakhir dari kotbah berseri Yesus di bukit. Yesus mengakhiri Khotbah di Bukit dengan suatu peringatan yang terakhir dalam bentuk perumpamaan. Perumpamaan yang termasyhur itu, tentang rumah diatas batu dan rumah diatas pasir. Sebelum kita membahas perumpamaan ini, baiklah kita mendapat sedikit gambaran tentang keadaan negeri Israel, agar tujuan perumpamaan ini dapat kita pahami dengan jelas. Negeri tempat kediaman bangsa Israel itu tidak jarang ditimpa musim kemarau yang hebat. Sungai-sungai, selokan-selokan dan lembah-lembah menjadi sangat kering, dan yang nampak hanyalah pasir belaka. Keadaan inilah yang mendorong orang-orang yang berdiam di lembah-lembah untuk mengambil kesempatan bercocok tanam di tepi-tepi sungai, bahkan mendirikan pondok-pondok di situ, di atas tanah pasir. Sambil bekerja dengan rajin, mereka hanya memikirkan hasil yang akan mereka peroleh dari ladang-ladang yang sedang mereka usahakan. Sedikit pun mereka tidak ingat bahwa bila tiba musim hujan yang disertai angin kencang, ada kemungkinan segala harta benda dan pondok mereka akan hanyut oleh air “bah” yang tidak menaruh belas kasihan, yang melanda segala sesuatu yang menghalangi jalannya.
Perumpamaan ini disampaikan Tuhan kepada siapa saja, tanpa menghiraukan perbedaan yang ada di antara mereka dan Ia menjelaskan bahwa kelak tiap-tiap orang harus mendirikan sendiri rumahnya. Sebab itu, camkanlah bahwa : menurut banyaknya (kuantitas), kita adalah pembangun-pembangun rumah itu, tetapi kalau dilihat keadaannya (kualitas) tentu ada perbedaan diantara kita masing-masing, sekalipun bahan yang kita gunakan sama. Mengapa begitu? Karena dasar yang diletakkan oleh masing-masing orang belum tentu sama.
Kalau kita lihat pembangunan rumah dari kedua orang tadi sepintas lalu, tampaknya kedua rumah itu baik. Bangunannya berdiri sama tegak, aturan pembuatannya rapi dan bagus, akan tetapi, bila diperhatikan secara cermat barulah akan tampak perbedaannya yang besar dan akibatnya juga besar. Ada dua cara yang berbeda dari dua orang yang mendirikan rumah ini. Orang yang pertama : Menggali tanah dalam sampai jumpa batu. Diatas batu itu ia mendirikan dasar rumah. Dengan kata lain ia bekerja keras, dengan gigih, susah payah, ada usaha yang keras bukan dengan mudah atau jalan pintas dan gampang mendirikan rumah. Hasilnya rumah itu tahan dari terpaan banjir dan angin ribut. Orang inilah dikatakan orang yang bijaksana. Sedangkan Orang yang kedua : Membangun rumahnya diatas pasir ( Dipalestina Pasir yang benar hanyalah terdapat di tepi laut. Sebab itu dapatlah dianggap yang dimaksud Matius ialah “tanah”. Dalam ayat yang sejajar Lukas 6: 49 benarlah dipergunakan perkataan Yunani “ge “ yang berarti tanah). Ia menghindari kerja keras, tak mau susah-susah, tidak menggali tanah dalam-dalam sehingga hasilnya ketika datang hujan dan datanglah banjir lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya. Orang ini disebut orang bodoh.
Yesus sendiri yang menjelaskan tentang perumpamaan ini. Orang yang mendirikan rumahnya di atas batu melambangkan orang yang mendengar perkataan Yesus dan melakukannya, maka ketika hidupnya dilanda badai, ia akan tetap setia karena landasannya teguh; sedangkan orang yang mendirikan rumahnya di atas pasir melambangkan orang yang mendengar perkataan Yesus tetapi tidak melakukannya, maka ketika hidupnya dilanda badai, ia akan jatuh karena ia tidak mempunyai landasan yang kokoh.

Dua macam
orang Dua macam
landasan Dihadapkan dengan
topan badai Dua macam
pendengar Dihadapkan dengan
badai kehidupan
Orang bijaksana Membangun rumah
di atas batu Dilanda badai tetap berdiri Pendengar yang melakukan ajaranNya Dihadapkan kesulitan
tidak goyah
Orang bodoh Membangun rumah
di atas pasir Dilanda badai lalu rubuh Pendengar yang tidak melakukannya Dihadapkan kesulitan
maka menyerah
Tuhan Yesus menunjukkan melalui perumpamaan bahwa yang membedakan kita adalah mereka yang mendengarkan dan melakukannya. Mereka yang mendengar Firman Allah, seperti kita sekarang, belum tentu melakukannya. Mendengarkan adalah langkah pertama dalam mengetahui Firman Allah, tetapi tidak cukup sampai di situ, kita harus melakukannya. Ketika kita mendengarkan sabda Allah, kita harus memeliharanya (Lukas 11:28), dan yang berbahagia adalah mereka yang melakukannya (Yohanes 13:17).
Pada ayat 21-23 Yesus mengatakan bahwa tidak semua orang yang memanggil dia Tuhan akan selamat. Hal ini menandakan bahwa keselamatan kita tidaklah ditentukan dari seruan kita memanggil Tuhan. Banyak orang munafik akan berseru hal yang sama kepada Allah, tetapi pada harinya Allah akan tahu siapa yang benar-benar memuliakan Dia. Satu hal yang membuat Firman Allah berbeda adalah ketika kita tersentuh olehnya dan berubah karenanya. Berubah membutuhkan aksi mengganti yang lama menjadi yang baru. Aksi perubahan ini adalah sama dengan melakukan apa yang menjadi perintah Allah. Kalau kita hanya mendengarkan dan memuaskan diri dengan kata-kata, maka perkataan itu menjadi kosong dan kita hanya membohongi diri sendiri karena kita tidak melakukannya. Mengetahui tanpa melakukan adalah sia-sia. Banyak orang Kristen yang mengetahui apa yang baik namun tidak melakukannya. Kita juga bisa mengungkapkan perkataan ini dalam bahasa lain, banyak orang yang tahu sesuatu itu buruk tetapi dia tetap melakukannya. Di setiap kotak rokok kita bisa membaca “Rokok bisa menyebabkan…” namun tidak semua orang perduli akan peringatan tersebut. Semua orang tahu bahwa dengan belajar kita akan menjadi pintar, namun tidak semua orang belajar dengan keras. Kita tahu bahwa minum alkohol berlebihan dapat merusak ginjal namun tetap ada yang tidak bisa menghentikannya. Makan makanan jeroan dan daging berlebihan akan mengakibatkan kolesterol dan asam urat, tapi seakan orang tidak peduli dengan peringatan itu. Kita tahu bahwa berbohong itu melukai orang dan diri sendiri namun kita tetap melakukannya. Kita tahu bahwa olahraga itu sehat namun kadang hanya berhenti menonton acara olahraga tanpa ikut melakukannya. Yang Tuhan Yesus inginkan adalah mendengarkan dan melakukannya. Kalau memang kita tahu yang mana yang baik dan jahat, seharusnya mereka tidak melakukan yang jahat lagi, tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Manusia tetap melakukan dosa dan melukai hati Tuhan. Tuhan tidak menyukai mereka yang mengajarkan Firman Allah tetapi tidak melakukannya (Mat. 23:3). Mereka yang mengetahui tetapi tidak melakukannya sebenarnya membawa hukuman atas dirinya sendiri.
Camkanlah bahwa seteru kita yaitu iblis, penguasa di udara, si jahat. Ia akan selalu menyerang kita di tengah jalan, dengan tak disangka-sangka. Kuasa kegelapan itu akan menyerang dengan ganas, bagaikan banjir dan angina topan yang hendak merobohkan semua yang kita dirikan. Ia ingin menjebak dan menangkap kita, berusaha membujuk kita agar terjerumus dalam kebinasaan. Akan tetapi berbahagialah orang yang imannya dialaskan pada batu yang kekal, yakni Yesus Kristus dan FirmanNya. Dengan melakukan Firman Allah kita telah meletakkan dasar bangunan rumah kita di atas batu yang bisa bertahan dari hujan, banjir, dan angin. Batu itu sendiri sudah disediakan bagi kita, dialah Kristus. Membangun di atas batu bukanlah hal yang mudah. Diperlukan kerja keras untuk dapat membangun sebuah rumah yang baik di atas batu, namun ketika sudah melakukannya kita akan mendapatkan sebuah tempat berlindung yang aman dan nyaman. Marilah kita bangun pondasi rumah kita dengan mendengarkan dan melakukan Firman Allah. Amin.


Mazmur 84 : 1 - 7

Mazmur 84 : 1 - 7 84:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur bani Korah.  84-2 Betapa disenangi tempat kediaman-Mu ,  ya ...